Shafira Ika Putri sudah nyaman dengan sepakbola. Atlet berusia 21 tahun ini menganggap bermain dengan si kulit bundar bagaikan terapi baginya.
Ika, begitu ia karib disapa, merupakan kapten Timnas putri Indonesia. Namanya kian populer setelah timnya mencatatkan sejarah dengan menjuarai Piala AFF Putri 2024.
Kesuksesan itu tentu tak diraihnya dengan mudah. Pesepakbola kelahiran 21 April 2003 itu bercerita banyak proses jatuh bangun yang harus ia lalui untuk merengkuh prestasi. Termasuk ketika ia memilih sepakbola sebagai jalan hidupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu aku bulutangkis cuma dislokasi tangan jadi beralih ke sepakbola. Awalnya sempat ragu sih, orang tua juga sempat melarang. Tapi enggak tahu saja, feeling aku kayak sudah kuat," kata Ika saat berbincang-bincang dengan detikSport.
"Lalu ayah juga selalu bilang, kalau kamu sudah masuk sepakbola kamu tak boleh keluar lagi. Kamu harus benar-benar yakin dengan kemauan kamu dan kamu harus rajin dan disiplin untuk mengejar itu, dan ya sampai sekarang," tuturnya.
Keyakinan bek Timnas Putri Indonesia itu semakin mantap karena mendapat dukungan dari sang mama, walaupun tak jarang banyak yang berpandangan sebelah mata terhadap dirinya.
"Aku selalu di-support mama ya, kayak enggak usah dipikirkan, kasih saja yang terbaik. Jadi lebih ke lingkungan sih yang memberi dukungan," tutur atlet yang mengidolakan pesepakbola putri Alex Morgan ini.
![]() |
Tercatat, Shafira Ika sudah menjalani internasional kariernya sejak U-16 pada tahun 2018. Sementara untuk level senior, dia pernah merumput di klub Tira Persikabo (2019-2020), Arema (2020-2022), Persis Solo (2022-2023), dan DKI Jakarta.
Dari perjalanan panjang itu, proses up and down sudah dilewatinya. Tak terkecuali saat mengalami cedera kepala serius. Sampai-sampai sempat membuat mamanya trauma.
"Terakhir aku main turnamen Piala AFF, aku sempat mengalami cedera kepala serius. Sempat geger otak ringan. Lalu pelipis aku pecah, jadi yang trauma mama, takut aku kenapa-kenapa. Makanya setiap after match itu mama selalu nanya, bagaimana keadaan kamu habis main, badan kamu ada yang cedera enggak?"
"Saat terakhir final (Piala AFF 2024) itu aku telepon mama langsung, dan itu mama nangis takut aku kenapa-kenapa, karena setiap aku telepon itu selalu kenapa-kenapa gitu kan. Ternyata aku sudah bawa pialanya, itu senang banget karena sudah bisa menghilangkan rasa trauma mama," tuturnya.
Kini, bagi Ika sepakbola sudah menjadi bagian hidup yang tak bisa dipisahkan. Kendati sepakbola putri sampai saat ini belum sepenuhnya dilirik publik selayaknya Timnas putra.
"Aku lebih ke sudah enjoy main bola jadi aku enggak bisa kalau sehari tak bisa latihan bola. Kayak gitu. Jadi kayak lebih happy saja, sepakbola itu seperti terapi buat aku," katanya.
"Saya berharap dengan gelar juara ini bisa membuka masa-masa kejayaan Timnas Indonesia agar bisa lebih baik dan berkembang ke depannya," ucap Shafira Ika.
(mcy/krs)