Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026 karena Ulah Sendiri

Indonesia Gagal ke Piala Dunia 2026 karena Ulah Sendiri

Lucas Aditya - Sepakbola
Selasa, 14 Okt 2025 13:00 WIB
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir memberikan selamat kepada Timnas Indonesia atas keberhasilannya lolos ke babak semifinal Piala Asia U-23 2024.
Indonesia gagal lolos ke Piala Dunia 2026 karena ulah sendiri. (Foto: Dok.PSSI)
Jakarta -

Perjuangan panjang Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026 berakhir dengan pahit. Skuad Garuda, dan semua pencintanya, tak perlu mencari kambing hitam. Indonesia gagal ke pesta bola sejagad karena ulah sendiri!

King Abdullah Sports City Stadium menjadi tempat pamungkas perjuangan Indonesia untuk ke Piala Dunia 2026. Dalam dua pertandingan Indonesia kalah dari Arab Saudi (2-3) dan Irak (0-1). Indonesia berakhir menjadi juru kunci klasemen Grup B babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Perjuangan selama dua tahun untuk menuju Piala Dunia 2026 harus berakhir dengan kecewa. Indonesia mesti menunggu empat tahun lagi untuk berlaga di ajang dunia!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Riak-riak Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026

Perjuangan Indonesia ke Piala Dunia 2026 dimulai pada Oktober 2026. Karena ranking FIFA yang rendah, Indonesia harus berjuang dari babak pertama.

Melawan Brunei Darussalam, Indonesia menang meyakinkan dalam dua pertandingan dengan skor 6-0 dan 6-0. Indonesia melaju ke babak kedua.

ADVERTISEMENT

Indonesia masih di bawah arahan Shin Tae-yong saat itu. Maju ke babak kedua, Indonesia segrup dengan Irak, Vietnam, dan Filipina.

Indonesia tak dijagokan lolos juga ke babak ketiga saat itu. Lion of Mesopotamia dan Golden Star Warriors yang menjadi unggulan.

Pada prosesnya, Indonesia sukses melaju ke babak ketiga, sekaligus lolos ke Piala Asia 2027. Indonesia kalah dua kali dari Irak, menang dua kali dari Vietnam, dan sekali menang serta sekali imbang melawan Filipina.

Indonesia lantas tergabung di Grup C babak ketiga. Jepang, Australia, Arab Saudi, Bahrain, dan China yang menjadi lawan Indonesia.

Enam pertandingan awal dijalani Indonesia dengan cuma satu kemenangan atas Arab Saudi. Dalam lima laga lainnya, Indonesia tiga kali imbang dan dua kali tumbang.

Kekalahan Indonesia dari China yang menjadi awal riak di tubuh tim. Ada klaim dinamika tim, yang melibatkan tim kepelatihan Shin Tae-yong dengan skuad.

Setelah kekalahan itu, Indonesia bisa bangkit dengan mengalahkan Arab Saudi. Meski demikian, PSSI tetap mengambil keputusan untuk menyudahi kontrak Shin Tae-yong, menggantinya dengan Patrick Kluivert.

Meneer Belanda itu disebut sebagai staf kepelatihan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia oleh Exco PSSI Arya Sinulingga, bahkan saat belum bekerja.

Indonesia menurun dibawah Meneer Belanda dan para stafnya. Dalam enam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026, Indonesia mencatatkan dua kemenangan dan empat kekalahan. Indonesia mencatatkan lima gol dan kebobolan 15 kali.

Celakanya, dua kekalahan Indonesia terjadi di saat krusial, dua pertandingan dan 180 menit, yang mengubur mimpi Indonesia ke Piala Dunia 2026. Untuk sekadar minta maaf dan menemui suporter usai kegagalannya Kluivert pun tidak mampu melakukannya.

Kini, suara evaluasi PSSI dan Kluivert menggema. Suporter Indonesia dari berbagai belahan dunia sudah mengeluarkan suaranya. Semoga federasi tidak tuli dan tidak antikritik dalam menjalankan roda organisasi.

Narasi Kecurangan Berlebihan Jadi Bumerang

Menatap babak keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI menggaungkan narasi potensi kecurangan. AFC menunjuk Arab Saudi dan Qatar menjadi tuan rumah, pertandingan penting tak digelar di tempat netral.

Selain itu, pemilihan wasit asal Kuwait dan China juga digugat. Protes resmi pun diajukan PSSI untuk meminta pengadil di lapangan dari region lain selain timur tengah.

Jadwal bertanding juga disoal. Indonesia memainkan dua laga berurutan melawan Arab Saudi dan Irak, minim waktu istirahat. Green Falcons yang menjadi pihak paling diuntungkan dengan bermain kandang, juga mempunyai waktu pemulihan paling panjang.

Manifestasi negatif ini yang membuat Indonesia tak fokus pada diri sendiri agar bersiap lebih maksimal menatap laga-laga penting. Apalagi semua kekhawatiran itu tidak terbukti!

Wasit Kuwait, Ahmed Al-Ali, memimpin pertandingan Indonesia melawan Arab Saudi dengan prima. Tapi, tetap saja Indonesia menelan kekalahan.

Kekalahan melawan Arab Saudi juga karena ulah Kluivert yang asal-asalan menentukan starting XI. Akibatnya, permainan tim di lapangan berjalan buruk, banyak skema permainan yang tidak berjalan.

Sementara saat melawan Irak, Indonesia sudah bermain baik. Wasit asal China, Ma Ning, juga tak banyak melakukan keputusan yang kontroversial.

Satu-satunya kekurangan Indonesia saat melawan Irak adalah tak bisa mencetak gol. Bagaimana kita bisa memenangkan pertandingan kalau lini depan tumpul?

Narasi kecurangan itu menjadi terdengar seakan kita sudah kalah sebelum bertanding. Apa yang ditakutkan kalau kita sebenarnya mempunyai skuad yang bagus? Tapi, ibarat masakan, percuma juga bahan yang dipakai bagus kalau koki yang memasak tak punya pengalaman dan tak memiliki kemampuan memasak yang enak!

Evaluasi PSSI dan Kluivert Harga Mati, Saatnya Tatap ke Depan

Kini, PSSI dan Kluivert harus bertanggung jawab atas kegagalan Indonesia ke Piala Dunia 2026. Evaluasi harus dilakukan, kekurangan apa saja yang sudah dilakukan hingga perjuangan berujung kegagalan.

Keputusan spekulatif PSSI mengganti Shin Tae-yong sudah membuahkan pupusnya harapan Indonesia ke Piala Dunia 2026. Semua keputusan itu harus dipertanggungjawabkan.

Dari sisi Kluivert, dia semestinya bersikap ksatria. Dia memang sudah bilang akan bertanggung jawab, tapi bertemu suporter selepas laga saja dia tidak mampu.

Indonesia sudah tak mempunyai ajang lagi sampai Piala AFF 2026 pada Juli-Agustus tahun depan, ya mungkin masih ada juga FIFA matchday bulan depan. Oleh karena itu, PSSI masih mempunyai waktu panjang untuk melakukan persiapan.

Andai nanti desakan #KluivertOut dari suporter diakomodir, maka PSSI juga harus mencari juru taktik dengan curiculum vitae yang jelas. Jangan juga pelatih gagal di Timnas Curacao yang direkrut hanya karena mau datang wawancara di hari raya Natal.

Indonesia masih bisa mencetak sejarah kok dengan menjuarai Piala AFF 2026. Ya sebagai negara ASEAN, Indonesia belum juga pernah menjadi kampiun ajang ini.

Bermimpi jauh ke Piala Asia boleh, tapi bagaimanapun juga Piala AFF menjadi ajang paling realistis Indonesia bisa meraih trofi, juga menjadi ajang terdekat yang akan diikuti Indonesia. Tak perlu gengsi berprestasi di Piala AFF bahkan sampai bilang ajang itu cuma piala ciki.

Semoga ada evaluasi yang bukan hanya lip service dari PSSI. Semoga sepakbola Indonesia terus bergerak ke arah yang lebih baik.

Saksikan Live DetikSore:




(cas/aff)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads