Duel kontra Aston Villa disebut jadi partai kandang terakhir Harry Kane di Tottenham Hotspur. Tapi, Ryan Mason selaku manajer interim memastikan itu tidak benar.
Kane memimpin Tottenham saat menjamu Villa di Tottenham Hotspur stadium, Kamis (20/5/2021) dini hari WIB. Tiga poin jadi harga mati karena Tottenham tengah mengejar finis enam besar demi tiket Liga Europa.
Menurunkan susunan tim terbaiknya, Tottenham unggul duluan di menit kedelapan lewat Steven Bergwijn. Alih-alih bisa menambah gol, Tottenham malah kebobolan dua gol di babak pertama karena bunuh diri Sergio Reguilon serta Ollie Watkins.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tottenham yang berupaya mengejar di babak kedua tak mampu sehingga harus mengakui keunggulan 1-2 tim tamu. Kekalahan yang membuat Tottenham dalam posisi terjepit.
Sebab mereka bisa saja gagal lolos ke kompetisi Eropa musim depan, baik itu Liga Europa atau European Conference league, karena masih tertahan di posisi ketujuh dengan 59 poin.
Selisih tiga poin dengan West Ham United harus bisa dikejar di pekan terakhir, meski lawannya Leicester City yang juga mengejar finis empat besar. Belum lagi Everton dan Arsenal dengan selisih satu poin mengincar posisi Tottenham.
Jika saja Tottenham gagal mengalahkan Leicester, maka mereka bisa mengucapkan selamat tinggal kepada kompetisi Eropa. Ini tentu tidak bagus untuk rencana mereka mempertahankan Harry Kane.
Kane dikabarkan meminta dijual kepada Chairman Daniel Levy demi mencari klub yang bisa memberikannya peluang besar meraih trofi. Isyarat itu makin kencang saat Kane melakukan victory lap usai laga, dengan selalu memberikan tepuk tangan setiap melewati tribune.
"Itu wajar. Jika kalian sering menonton pertandingan kandang terakhir selama Harry Kane bermain di klub ini, dia selalu konsisten mengelilingi lapangan, memberi tepuk tangan kepada fans, dan mendapat reaksi bagus," ujar Mason seperti dikutip Independent.
"Tidak ada yang berubah kok dari laga-laga kandang di musim sebelumnya. Itu hal biasa kok," sambungnya.