Masalah-masalah MU di Mata Ralf Rangnick

Masalah-masalah MU di Mata Ralf Rangnick

Kris Fathoni W - Sepakbola
Jumat, 12 Nov 2021 19:47 WIB
MANCHESTER, ENGLAND - JANUARY 11: A detailed view of the corner flag inside the stadium prior to the Premier League match between Manchester United and Norwich City at Old Trafford on January 11, 2020 in Manchester, United Kingdom. (Photo by Catherine Ivill/Getty Images)
Foto: (Getty Images/Catherine Ivill)
Jakarta -

Ralf Rangnick sedang santer dikaitkan dengan posisi manajer di Manchester United seiring dispekulasikannya masa depan Ole Gunnar Solskjaer. Yang menarik, Rangnick juga pernah memaparkan masalah-masalah Setan Merah.

Rangnick, yang mulai merintis karier melatih sebelum berusia 30 tahun, tak cuma dikenal sebagai juru taktik. Salah satu pionir Gegenpress itu juga sudah pernah menjabat sebagai direktur sepakbola.

Bahkan di klubnya saat ini, Lokomotiv Moskow, pria 63 tahun tersebut menjabat sebagai Manager of Sports and Development sejak Juli 2021 lalu. Kabarnya, ia kini membuka kemungkinan balik melatih dengan MU jadi opsi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ini bukanlah kali pertama Ralf Rangnick dihubung-hubungkan dengan Man United. Pada 2019, paling tidak Rangnick juga pernah ditanya mengenai rumor yang mengaitkan dirinya dengan the Red Devils.

"Aku gembira di posisiku saat ini, tapi jika ada klub yang ingin bicara kepadaku, pertanyaannya adalah: 'apa aku bisa jadi seseorang yang juga bisa punya pengaruh dalam area pengembangan di penjuru klub?'. Jika tidak, anda cuma mendapatkan separuh dari kemampuanku. Setelah itu, jika bisa bekerja sama dengan cara saling respek dan saling percaya, kemungkinan untuk sukses menjadi lebih besar," katanya kepada Guardian pada saat itu.

ADVERTISEMENT

Pernyataan itu bisa terkesan arogan. Bisa pula mencerminkan keinginan dan keyakinan Rangnick bahwa dirinya bukan cuma mampu melatih tapi mengurusi transfer dan pengembangan pemain muda -- sesuatu yang memang sudah ia lakoni.

Kata-kata Rangnick saat itu bisa dibilang menarik karena beberapa di antaranya masih relevan dengan situasi yang dihadapi oleh Manchester United-nya Ole Gunnar Solskjaer. Secara umum pada era sepeninggal Sir Alex Ferguson.

Apa saja? Langsung simak halaman selanjutnya!

Dalam wawancara pada saat itu, Rangnick menyoroti sulitnya menjadi manajer MU selepas era Sir Alex yang sebegitu sukses. Kian sulit jikalau terus berganti-ganti manajer.

Jika pun dapat gelontoran uang belanja, tanpa perencanaan dan visi yang jelas maka transfer pemain yang dilakukan bisa kacau karena tidak sesuai kebutuhan memperkuat skuad. Apalagi jika sekadar merekrut pemain 'karena memang bisa' atau 'sekadar ada', yang lagi-lagi tidak sesuai dengan gaya main.

"Mengikuti jejak sosok seperti Sir Alex Ferguson, yang sedemikian sukses untuk waktu lama, senantiasa sulit dan itu jadi makin sulit kalau terus-terusan berganti pelatih," ucap Rangnick.

"Dengan setiap pergantian pelatih, berubah pula identitas tim dan ini dicerminkan oleh pengembangan di bagian keolahragaan. Anda bisa lihat seberapa besar uang yang sudah tersedia buat tim dalam lima tahun terakhir dan justru melihat adanya kemunduran."

"Di klub mana pun, jika anda tak bisa mendapatkan pemain yang tepat, maka paling tidak anda juga tidak boleh mendatangkan pemain yang keliru. Anda berada dalam masalah jika melakukan itu secara 2-3 kali beruntun di jendela transfer. Membangun klub adalah mengenai bagaimana menyusun skuad tepat dengan memasukkan pemain yang tepat dan memiliki persentase lebih dari 50 persen dalam mendatangkan para pemain yang tepat," tuturnya.


Hide Ads