Dalam wawancara pada saat itu, Rangnick menyoroti sulitnya menjadi manajer MU selepas era Sir Alex yang sebegitu sukses. Kian sulit jikalau terus berganti-ganti manajer.
Jika pun dapat gelontoran uang belanja, tanpa perencanaan dan visi yang jelas maka transfer pemain yang dilakukan bisa kacau karena tidak sesuai kebutuhan memperkuat skuad. Apalagi jika sekadar merekrut pemain 'karena memang bisa' atau 'sekadar ada', yang lagi-lagi tidak sesuai dengan gaya main.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mengikuti jejak sosok seperti Sir Alex Ferguson, yang sedemikian sukses untuk waktu lama, senantiasa sulit dan itu jadi makin sulit kalau terus-terusan berganti pelatih," ucap Rangnick.
Baca juga: Apa Ini Formasi MU jika Dilatih Rangnick? |
"Dengan setiap pergantian pelatih, berubah pula identitas tim dan ini dicerminkan oleh pengembangan di bagian keolahragaan. Anda bisa lihat seberapa besar uang yang sudah tersedia buat tim dalam lima tahun terakhir dan justru melihat adanya kemunduran."
"Di klub mana pun, jika anda tak bisa mendapatkan pemain yang tepat, maka paling tidak anda juga tidak boleh mendatangkan pemain yang keliru. Anda berada dalam masalah jika melakukan itu secara 2-3 kali beruntun di jendela transfer. Membangun klub adalah mengenai bagaimana menyusun skuad tepat dengan memasukkan pemain yang tepat dan memiliki persentase lebih dari 50 persen dalam mendatangkan para pemain yang tepat," tuturnya.
(krs/ran)