Keluhan Conte, Alarm untuk Tottenham

Keluhan Conte, Alarm untuk Tottenham

Adhi Prasetya - Sepakbola
Kamis, 17 Feb 2022 21:45 WIB
LONDON, ENGLAND - DECEMBER 19: Antonio Conte, Manager of Tottenham gestures from the touchline during the Premier League match between Tottenham Hotspur  and  Liverpool at Tottenham Hotspur Stadium on December 19, 2021 in London, England. (Photo by Alex Pantling/Getty Images )
Conte dikenal tak basa-basi dalam mengutarakan keluhannya. Foto: Getty Images/Alex Pantling
Jakarta -

Antonio Conte baru-baru ini mengeluh soal kebijakan transfer Tottenham Hotspur. Jangan kaget bila ia sewaktu-waktu cabut dari London Utara sebelum kontraknya habis.

Belum lama ini, Conte membahas soal kebijakan transfer Tottenham dalam wawancara dengan Sky Sport Italia. Ia menilai timnya lebih memprioritaskan pemain-pemain muda potensial untuk direkrut ketimbang bintang-bintang yang sudah jadi.

Hal tersebut bisa terlihat dari pergerakan di bursa transfer Januari. Hanya dua pemain yang didatangkan, yakni Rodrigo Bentancur (24 tahun) dan Dejan Kulusevksi (21 tahun).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bentancur dan Kulusevski adalah prospek ideal untuk Tottenham, karena tim ini sedang mencari pemain muda yang bisa dikembangkan, bukan para pemain jadi. Inilah masalahnya," ujar Conte.

"Inilah visi dan filosofi klub saat ini. Tak bisa dipungkiri, jika kami ingin berkembang dengan cepat dan segera kompetitif, kami butuh para pemain berpengalaman, karena mereka juga meningkatkan level tim secara keseluruhan."

ADVERTISEMENT

"Tapi saya ulangi, saya sadar sekarang bahwa inilah visi tim kami," jelas Conte.

Sikapnya yang terbuka kepada publik seperti ini bukan hal baru. Conte dikenal suka menuntut dalam urusan membangun tim. Jika seiring waktu kebijakan klub tak sesuai dengan yang pernah dijanjikan kepadanya, ia tak ragu untuk pergi.

Juventus pernah merasakannya di musim panas 2014. Usai memenangi scudetto tiga kali, Conte memutuskan mundur karena beranggapan 'Juventus tak bisa makan di restoran yang makanannya berharga 100 Euro jika hanya punya 10 Euro.'

Itu istilah yang ia pakai untuk menggambarkan jika ingin memenangi Liga Champions, harus mau pula berinvestasi besar. Juventus akhirnya mulai membeli pemain-pemain mahal, namun baru terjadi di era Massimiliano Allegri.

TURIN, ITALY - OCTOBER 02:  Juventus FC manager Antonio Conte celebrates the victory with Andrea Pirlo at the end of the Serie A match between Juventus FC and AC Milan on October 2, 2011 in Turin, Italy.  (Photo by Marco Luzzani/Getty Images)Conte saat melatih Juventus. Foto: Getty Images/Marco Luzzani

Inter Milan juga merasakannya. Dua musim melatih di sana, Conte berhasil mengantar Nerazzurri menjuarai Serie A, memutus dominasi Juventus selama sembilan tahun beruntun.

Tetapi gelar itu diraih di tengah masalah finansial yang menimpa Suning Group selaku pemilik Inter. Akibat pandemi COVID-19, gaji telat sampai bonus dipangkas pun harus dirasakan para pemain.

Keputusan manajemen untuk melepas Romelu Lukaku dan Achraf Hakimi demi membantu keuangan klub turut memicu kepergian Conte dari Inter. Melepas dua pemain tersebut dianggap sebagai penurunan hasrat kompetitif Nerazzurri, meski faktanya Inter masih kandidat kuat juara Serie A musim ini.

Inter Milan's head coach Antonio Conte with his player Romelu Lukaku, center, after the end of the Serie A soccer match between Inter Milan and Sassuolo at the San Siro Stadium in Milan, Italy, Wednesday, April 7, 2021. Inter Milan win the game 2-1. (AP Photo/Antonio Calanni)Conte adalah orang yang memulai sekaligus mengakhiri dominasi Juventus di Liga Italia. Foto: AP/Antonio Calanni

Tak cuma di Italia, semasa di Chelsea pun Conte juga pernah mengeluh soal kebijakan transfer klub yang tak menuruti keinginannya.

"Saya tak berharap tinggi dengan permintaan saya, terutama karena selama ini saya jarang diberi pemain yang saya minta. Saya selalu bekerja di klub yang menjalani program penghematan," kata Conte pada Januari 2018, musim terakhirnya di Chelsea.

Chelsea akhirnya memecat Conte setelah gagal mempertahankan gelar Liga Inggris dan gagal lolos ke Liga Champions. Kisruh pemecatan ini berujung The Blues harus membayar lebih dari 26 juta Pound kepada Conte dan stafnya.

Sekarang, meski baru tiga bulan di Tottenham, keluhan serupa sudah muncul dari mulut Conte. Ia dikontrak hingga Juni 2023, tapi komentarnya membuat spekulasi masa depannya di London Utara kembali bergejolak. Bisakah ia melanjutkan komitmennya membangun Tottenham? Mari kita nantikan.




(adp/adp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads