Bergabung dengan akademi Roma pada tahun 2000, De Rossi kemudian menembus tim utama setahun berikutnya. Sejak saat itu, Roma adalah satu-satunya klub yang dibela De Rossi sampai saat ini.
Bersama Roma, De Rossi memenangi dua gelar Coppa Italia dan satu gelar Piala Super Italia. Soal scudetto, gelandang internasional Italia itu belum pernah meraihnya, 'hanya' tujuh kali menjadi runner-up.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya memperkuat Roma, De Rossi mengaku menyesal tak sempat merasakan atmosfer kompetisi di negara lain. Tapi gelandang berusia 33 tahun itu juga tak mampu mengingkari hatinya yang sudah tertambat di Roma.
"Saya menyesal tidak merasakan atmosfer negara lain baik di dalam maupun luar stadion. Saya mau saja melihat bagaimana orang-orang hidup di tempat lain," ujar De Rossi dalam wawancara dengan majalah Undici seperti dikutip dari situs resmi Roma.
"Meski demikian, saya selalu sadar akan pilihan yang saya buat, bahkan ketika orang-orang berpikir itu adalah keputusan bodoh. Saya sadar bahwa, secara profesional, itu adalah pilihan-pilihan yang 'salah'. Keputusan macam ini dilihat sebagai altruisme (ketidakegoisan) yang luar biasa, cinta untuk seragam atau fans, tapi ini hanyalah bagian dari kenyataan."
"Bagian lainnya adalah itu adalah keputusan yang sangat egoistis, dalam hal bahwa saya sebenarnya butuh bermain untuk Roma. Saya mendapat kepuasan fisik dan emosional ketika saya memakai seragam ini," lanjut wakil kapten Roma itu.
"Tahun-tahun ketika saya nyaris pergi terasa sangat aneh, seperti saat Natal, mungkin, saya tahu bahwa bulan Januari mungkin saya meninggalkan klub. Selama laga kandang terakhir sebelum Natal, para pemain biasanya sudah siap berlibur begitu wasit meniup peluit panjang."
"Saya, di sisi lain, berjalan di atas lapangan hampir menangis saat itu. Saya melihat sekeliling dan berpikir mungkin ini bisa jadi laga terakhir saya di Olimpico... Itu terjadi pada saya dan saya sadar saya tidak bisa tanpanya."
"Hidup tanpa Roma akan lebih menyakiti saya daripada tidak merasakan Real Madrid vs Barcelona (sebagai pemain) atau tidak bermain di stadion-stadion terbaik di Inggris. Paling tidak, itulah yang saya pikirkan, tapi tidak ada cara menguji sisi lain dari argumen."
(nds/krs)