Faktor-faktor yang Mengantar Juventus Meraih Titel ke-7 Beruntun

Faktor-faktor yang Mengantar Juventus Meraih Titel ke-7 Beruntun

Redzi Arya Pratama - Sepakbola
Senin, 14 Mei 2018 18:40 WIB
1.

Faktor-faktor yang Mengantar Juventus Meraih Titel ke-7 Beruntun

Faktor-faktor yang Mengantar Juventus Meraih Titel ke-7 Beruntun
Juventus meraih Scudetto ketujuh secara beruntun (Alessandro Bianchi/ REUTERS)
Jakarta - Juventus begitu superior di Serie A. Sudah tujuh tahun beruntun mereka menjadi juara. Bahkan saat perubahan terjadi di dalam tim, Bianconeri tetap tak punya lawan.

Hasil imbang 0-0 melawan AS Roma sudah cukup bagi Juventus untuk memastikan gelar juara Serie A 2017/2018. Meski Napoli sempat terlihat memberi perlawanan, pada akhirnya Partenopei kalah karena inkonsistensinya sendiri dan Juventus kembali mendapatkan Scudetto.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total Juventus telah mengangkat 34 trofi Serie A, jauh di atas Inter Milan dan AC Milan yang baru mengoleksi 18 titel. Ini juga menjadi trofi liga keempat beruntun Massimiliano Allegri, atau yang ketujuh berturut untuk Si Nyonya Tua.

Nyaris tak tergoyahkan sejak merebut posisi puncak klasemen di pekan 27, ada beberapa faktor yang bikin Juventus bisa bertakhta lagi musim ini.
Juventus sebenarnya sudah memiliki skuat yang istimewa dalam beberapa tahun terakhir. Tapi, mereka begitu jeli dalam membeli pemain, termasuk di musim panas lalu.

Mereka mendatangkan Federico Bernardeschi, Blaise Matuidi, Benedikt Hoewedes, Mattia De Sciglio, Wojciech Szczesny, dan Douglas Costa. Manajemen klub juga mempermanenkan Medhi Benatia serta Juan Cuadrado. Sebagian besar dari mereka menjadi kunci musim ini dan tampil sangat apik.

Matuidi tampil di 31 pertandingan Serie A sepanjang 2017/2018 dengan kontribusi tiga gol dan satu assist. Douglas Costa tak kalah cemerlang dengan torehan empat gol dan 12 assist dari 30 laga. Sedangkan Benatia tampil di 20 pertandingan dengan sumbangan dua gol.

Wojciech Szczesny tak kalah vital fungsinya. Sempat jadi pilihan utama saat Gianluigi Fuffon cedera, dia hanya kemasukan sembilan gol dari 17 pertandingan Serie A.

Ada banyak pertanyaan yang datang terkait lini belakang Juventus sepeninggal Leonardo Bonucci ke AC Milan. Ia menjadi salah satu pilar terpenting di belakang selama enam tahun terakhir.

Awalnya memang sempat ada masalah ketika mereka kebobolan 14 gol dari 13 laga liga. Tapi, setelah kalah 2-3 dari Sampdoria, Juve sangat solid di lini belakang dan hanya kebobolan 1 gol dari 16 laga liga.

Secara total mereka hanya kebobolan 23 gol sejauh ini, menjadi tim dengan kebobolan paling sedikit di Serie A. Menurut data Opta Juventus mencatatkan 22 clean sheet musim ini, menyamai rekor clean sheet terbanyak sepanjang sejarah Serie A.

Juve punya banyak opsi pemain di pelbagai posisi. Szczesny tak disangka tampil apik sebagai pelapis Buffon dan Bernardeschi kerap menjadi senjata rahasia ketika gelandang serang lain tak tampil istimewa.

Rival-rival mereka tak memiliki hal ini. Napoli memiliki kemewahan di tim utama, tapi pelapis mereka sangat timpang kualitasnya. Tak ayal, konsistensi Juventus lebih terjaga ketimbang Napoli.

Banyak yang mengeritik Juventus karena mereka tak selalu mengandalkan permainan cantik. Berbeda dengan Napoli yang memang menghibur filosofinya. Tapi, Allegri selalu menegaskan timnya memprioritaskan hasil.

Juve kerap terlihat menurunkan tempo dan menjadi sedikit pragmatis ketika sudah memimpin laga. Meski tak semuanya selalu berjalan baik, pada akhirnya Juve cukup sering membuat gol telat. Determinasi dan sikap, serta mindset pemenang memang sudah tertanam di sana.

Hide Ads