Jakarta -
Kolaborasi Luciano Spalletti dengan Francesco Totti awalnya berjalan manis di AS Roma. Namun kemudian, hubungan keduanya justru berakhir tak happy ending.
Spalletti terbilang cukup sukses dalam periode pertamanya melatih Roma pada rentang 2005-2009. Ia mampu mengantarkan Roma empat kali finis sebagai runner-up di Serie A serta dua kali memenangi gelar Coppa Italia.
Saat itu Spalletti mengusung taktik yang cukup revolusioner dengan formasi 4-2-3-1 andalannya. Salah satu perubahan yang sukses dilakukan Spalletti adalah menjadikan Totti yang sebelumnya seorang trequartista bermain sebagai false 9.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya berbuah manis dengan Totti tampil tajam dan berhasil menjadi top scorer Liga Italia di musim 2006/2007 lewat torehan 26 golnya. Spalletti mengatakan bahwa keputusannya menjadi Totti sebagai false 9 karena Er Purpone punya kemampuan luar biasa dalam memanfaatkan ruang.
Francesco Totti berhasil meraih gelar sepatu emas di musim 2006/2007 (Photo by NewPress/Getty Images) Foto: Getty Images/New Press |
"Pada saat itu, saya memiliki Zero di depan, yaitu Totti. Ia menciptakan ruang dan mampu memastikan selalu bisa lolos dari bek lawan. Dia adalah master dalam memanfaatkan ruang," ujar Spalletti dikutip dari Football Italia.
Empat tahun yang indah antara Spalletti dan Totti berakhir setelah pelatih kelahiran Certaldo ini hengkang ke Zenit St Petersburg. Spelletti sempat kembali membesut Roma pada 2016-2017, namun hubungannya dengan Totti tak lagi sama.
Ia sering membangkucadangkan Totti. Keputusan tersebut membuat Totti geram dan menyebut Spalletti sengaja menyingkirkannya untuk memaksa ia pensiun. Di musim 2016/2017, Totti tercatat hanya sekali tampil penuh selama 90 menit di Serie A.
Pengeran Roma tersebut memang akhirnya pensiun usai musim 2016/2017 tuntas. Ia kemudian melanjutkan kariernya sebagai direksi Roma lalu banting stir menjadi seorang agen pemain.
Spalletti kini menjelaskan bahwa dirinya terpaksa menepikan Totti demi kebutuhan Roma. Totti kala itu memang sering dibekap cedera dan terbilang sudah lambat karena usianya telah menginjak kepala empat. Ia dianggap tak sesuai kebutuhan taktik Spalletti.
Francesco Totti memberikan salam perpisahan kepada para pendukung AS Roma saat laga kontra Genoa di musim 2016/2017 (Photo by Paolo Bruno/Getty Images) Foto: Getty Images/Paolo Bruno |
"Saya pikir hubungan kami tetap sama. Namun dalam dua periode tersebut saya menunjukkan sikap yang berbeda," jelas Spalletti.
"Kebutuhan tim adalah hal yang paling penting bagi seorang pelatih dan saya harus mengusahakannya. Saya selalu berusaha bersikap sama, hanya saja ada hal-hal yang berbeda terjadi.
"Itu mengharuskan saya menunjukkan sikap yang berbeda. Namun semuanya selalu demi kebaikan tim."
"Saya berharap Totti memiliki karier yang hebat sebagai agen dan saya yakin kita akan berjumpa di masa depan dalam pekerjaan kita masing-masing," ungkapnya ingin kembali bekerja sama dengan Totti.