Inter Milan sempat dicap tempatnya para pemain buangan. Sang pelatih Antonio Conte pasang badan dan menyebut para pemainnya adalah pemenang.
Inter Milan sukses menjurai Scudetto, setelah puasa gelar 11 tahun lamanya. Inter Milan memupus dominasi Juventus, yang sudah sembilan musim terakhir menyabet gelar juara Liga Italia Itu.
Inter Milan dipastikan kukuh di puncak klasemen Liga Italia pada pekan ke-34. Setelah, I Nerazzurri menang 2-0 atas Crotone pada Sabtu (1/5/2021) dan Atalanta imbang kontra Sassuolo 1-1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan empat laga tersisa, Atalanta yang mengumpulkan 69 poin (berada di peringkat kedua) sudah tak mungkin mengejar Si Ular yang kukuh di puncak klasemen dengan 82 angka. Poin maksimal La Dea cuma bakal mencapai 81 poin.
Inter Milan, sejak musim lalu ditangani Antonio Conte sebenarnya mendapat cap yang kurang enak didengar. Inter bagaikan sekumpulan pemain buangan, yang dinilai sudah habis dan sudah berusia di atas 30 tahun.
Inter mendatangkan Alexis Sanchez dan Ashley Young, dua pemain Manchester United yang disebut sudah habis masa jayanya. Arturo Vidal yang didatangkan dari Barcelona, juga disebut sudah melewati usia emasnya.
Begitu pula dengan Aleksandar Kolarov, yang didatangkan cuma-cuma dari AS Roma. Ivan Perisic pun juga diyakini bakal cuma menghiasi bangku cadangan.
Namun nyatanya, pemain-pemain yang sudah dinilai habis justru bisa membuktikan diri. Mereka jadi pemain penentu, yang bisa memberikan perbedaan.
"Mereka adalah tim pemenang," tegas pelatih Inter Milan, Antonio Conte seperti dilansir dari Football Italia.
![]() |
Antonio Conte menambahkan, dirinya bangga dengan skuad yang dipunya. Para pemainnya, disebutnya mampu terus matang sepanjang musim.
"Mereka memiliki keseimbangan antara menyerang dan bertahan. Para pemain terus belajar membaca permainan dan kapan waktunya untuk menekan lawan, serta kapan untuk lebih santai di area kami sendiri dan menunggu. Itu adalah tanda dari tim yang matang," papar Conte.
"Seorang pelatih harus mengerti bagaimana cara menyakiti lawan, tapi juga tidak kehilangan jati diri. Kami tidak pernah kehilangan identitas kami, karena ketika kami menguasai bola, kami tahu persis apa yang harus kami lakukan. Kami juga tahu persis apa yang harus dilakukan saat kami tidak menguasai bola," tutupnya.