Skandal Juventus dan Reformasi Olahraga di Italia

Skandal Juventus dan Reformasi Olahraga di Italia

Yanu Arifin - Sepakbola
Sabtu, 20 Mei 2023 09:45 WIB
TURIN, ITALY - NOVEMBER 06: Juventus fans hold up a banner bearing the clubs logo during the Serie A match between Juventus and FC Internazionale at Allianz Stadium on November 06, 2022 in Turin, Italy. (Photo by Jonathan Moscrop/Getty Images)
Foto: Getty Images/Jonathan Moscrop
Turin -

Juventus dililit beberapa skandal di Liga Italia. Menteri Ekonomo dan Keuangan Italia Giancarlo Giorgetti menyerukan adanya reformasi olahraga.

Juventus menghadapi beberapa tuduhan skandal musim ini. Dari mulai manipulasi keuangan hingga masalah gaji pemain saat pandemi melanda.

Imbasnya, Juventus masih terancam hukuman denda dan pengurangan poin di Serie A. UEFA bahkan ikut memantaunya, yang menyebabkan Bianconeri terancam dicoret dari Liga Champions musim depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa waktu lalu, Juventus kemudian dinyatakan lolos dari pengurangan poin usai mengajukan banding. Hal itu yang menjadi sorotan Giorgetti. Ia menilai, harus ada perubahan di olahraga Italia, khususnya soal sistem peradilannya.

"Dalam istilah ekonomi murni, jika Juventus membuat perhitungan yang salah, mengapa saya harus mengambil poin dari mereka? Jika saya beralasan seperti Agenzia delle Entrate atau Guardia di Finanza, saya akan menyita stadion mereka karena mereka adalah satu-satunya tim yang membangun stadion mereka sendiri, saya akan membuat kerugian ekonomi bagi mereka. Seluruh sistem harus dipikirkan kembali sedikit, jika tidak maka akan menjadi berantakan," katanya, dilansir Football-Italia.

ADVERTISEMENT

"Kami telah memulai perspektif reformasi tentang keadilan olahraga. Kami percaya sistem olahraga dapat mengatur dirinya sendiri, tetapi ini rumit. Jelas bahwa sistem yang dibuat pada tahun 1960-an tidak dapat lagi berfungsi."

"Selalu ada netralitas, tetapi tidak mungkin hakim olahraga dipilih bersama dengan mereka yang menang di federasi. Presidennya kemudian menunjuk diri sendiri sebagai hakim federal."

"Saya berbicara sebagai perwakilan negara. Kami memiliki Dewan Negara, pengacara negara bagian, anggota dewan Pengadilan Auditor yang kemudian terlibat dalam persidangan olahraga yang melelahkan secara gratis, setiap orang harus melakukan tugasnya."

"Hal yang paling tidak menyenangkan adalah kami bersorak untuk hakim olahraga ini atau itu. Kami berada di level paradoks. Ini benar-benar memalukan, karena permintaan akan sepakbola begitu jelas dan beragam sehingga upaya kolektif harus dilakukan untuk mengembalikan keadilan dalam perilaku dan komentar," ujarnya.




(yna/ran)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads