'El Nino' atau 'Si Bocah' --demikian dia biasa dijuluki-- pulang ke Atletico untuk menemukan kebahagiaan yang lama dia cari-cari. Kariernya dianggap menurun sejak bergabung dengan Chelsea dan mengalami enam bulan yang kurang menyenangkan bersama AC Milan.
Torres mengaku tidak mendapatkan kepercayaan penuh semasa bergabung dengan Milan, namun dia berterimakasih kepada Rossoneri yang sudah memberikannya jalan lapang ke Atletico. Khusus untuk Chelsea, Torres merasa tidak flop karena membantu The Blues meraih beberapa trofi --dengan trofi Liga Champions 2012/2013 jadi salah satunya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di sinilah asalnya. Jauh di dalam lubuk hati, dia adalah salah satu dari kami. Dia akan selalu jadi bagian Atletico, di mana pun dia berada, untuk siapa pun dia bermain," ucap manajer Atletico, Diego Simeone, sebelum Atletico menghadapi Chelsea di Liga Champions musim lalu.
Simeone, bersama sang asisten, German Burgos, pernah menjadi rekan satu tim Torres. Uniknya, meski Simeone lebih senior, Torres-lah yang menjadi kapten Atletico ketika itu.
Berikut adalah perjalanan Torres dari kepergiaannya sebagai seorang bocah sampai kepulangannya sebagai pria dewasa.
Dari Fuenlabrada ke Tim Utama Atletico
|
Setelah mengawali perjalanannya sebagai pesepakbola sebagai kiper, Torres akhirnya memutuskan diri untuk menjadi penyerang. Dia kemudian masuk ke akademi Atletico dan memahat jalannya sendiri sampai ke tim senior.
Torres menjalani debutnya di tim senior ketika Atletico masih bermain di Segunda Division. Presiden Atletico ketika itu, Jesus Gil, menyebut bahwa turunnya Atletico ke Segunda Division bakal menjadi "satu musim di neraka" --meski akhirnya Atletico menghabiskan dua musim di neraka tersebut.
Torres bermain 40 kali di Segunda Division dalam dua musim dan mencetak tujuh gol. Ketika Atletico naik ke La Liga pada musim 2002/2003, Torres tetap jadi bagian dari tim utama.
Pada musim perdananya di La Liga, 'Si Bocah' bermain 29 kali dan mencetak 13 gol. Catatan tersebut tidak buruk untuk ukuran pemuda berusia 18 tahun.
Ketika usianya menginjak angka 19, dia didapuk menjadi kapten Atletico. Ini menjadikannya sebagai kapten termuda dalam sejarah Atleti.
Sempat Tidak Suka dengan Julukan 'El Nino'
|
Namun, dalam sebuah wawancara yang dirilis oleh situs resmi Chelsea, Torres sempat mengaku bahwa dia membenci julukan tersebut. Apa alasannya?
Ceritanya, ketika baru bergabung dengan Atletico, tidak ada satu pun yang mengetahui namanya. Lantaran malas dan tidak ingin tahu apa pun soal dirinya, orang-orang pun mulai memanggilnya 'El Nino'.
Buat Torres, julukan tersebut mengingatkannya dengan kemalasan orang-orang untuk mengenal dirinya dan mengucapkan namanya.
"Ketika saya berusia 16 tahun dan masuk ke ruang ganti Atletico, tidak ada yang ingin berbicara dengan saya. Mereka memanggil saya 'El Nino' karena mereka tidak tahu nama saya."
"Saya tidak suka dan seharusnya tidak seperti itu. Tapi, ruang ganti memang tempat yang rumit mengingat banyaknya pemain yang datang dari belahan dunia berbeda dan latar belakang berbeda."
Julukan tersebut akhirnya terus melekat sampai dia dijadikan kapten pada usia 19 tahun. Torres harus memimpin rekan-rekan yang usianya jauh di atasnya.
"Saya jadi kapten Atletico ketika berusia 19 tahun, bermain di tim yang sama dengan Demetrio Albertini yang sudah memenangi tiga trofi Liga Champions dan Sergi Barjuan dari Barcelona. Ketika itu, keduanya sudah berusia 32 dan 33 tahun."
"Saya adalah bocah yang menjadi kapten, bukan kapten sungguhan. Saya hanyalah bocah yang belajar banyak dari mereka. Saya mengenakan ban kapten, tapi merekalah pemimpin-pemimpin sesungguhnya dan saya belajar banyak dari mereka," kata Torres.
Top Skorer Atletico di La Liga
|
Torres kemudian mencuat sebagai salah satu penyerang terbaik Atletico. Dari 2001 hingga 2007, dia mencetak 84 gol dalam 214 penampilan di liga bersama Atletico --termasuk ketika masih bermain di Segunda Division.
Dari catatan tersebut, 74 gol dan 175 penampilan di antaranya dia torehkan di La Liga. Catatan yang terakhir ini tidak tersamai oleh penyerang-penyerang top Atletico berikutnya, seperti Sergio Aguero, Diego Forlan, Radamel Falcao, hingga Diego Costa.
Dalam catatan Opta, Aguero punya catatan 74 gol selama bermain 175 kali untuk Atletico di La Liga. Sedangkan Forlan punya 74 gol (dari 134 laga), Falcao menorehkan 52 gol (68 laga), dan Costa mencetak 43 gol (94 laga).
Torres mengaku, kepulangannya ke Atletico adalah untuk mencari kembali ketajaman seperti itu. Sejak bergabung dengan Chelsea, ketajaman itu seperti lenyap tidak bersisa dari dirinya.
Pergi Demi Perkembangan Karier
|
Ketika Torres masih bermain di sana, Atletico masih berkutat di papan tengah dan berjuang untuk mengembalikan kebesaran mereka seperti di era 90-an. Inilah yang membuat Torres menerima pinangan dari Liverpool.
"Saya harus pergi karena perkembangan saya berjalan ke satu arah dan perkembangan klub berjalan ke arah lainnya," ucapnya seperti dilansir oleh Guardian.
Ketajaman Torres berlanjut di Liverpool, di mana dia menorehkan 81 gol dalam 142 penampilan di semua kompetisi bersama The Reds.
Meski sudah berganti klub, Torres tidak melepaskan perhatiannya dari Atletico. Seperti yang diucapkan oleh manajer Atletico, Diego Simeone, akar Torres adalah akar Atletico.
"Saat masih kanak-kanak, mimpi saya adalah bermain untuk Atletico dan sekarang kembali adalah mimpi lain yang sudah saya capai," kata Torres.
"Orang-orang tahu ini adalah rumah saya dan saya merasakan kesedihan saat mereka kalah dan juga senang saat mereka sukses. Saya melompat dari sofa untuk mendukung mereka dan tidak ada yang bisa meragukan bagaimana perasaan saya ketika saya mengenakan seragam itu lagi," lanjutnya.
Pergi sebagai Bocah, Pulang sebagai Pria Dewasa
|
Ketajaman Torres menurun sejak dia bergabung dengan Chelsea dan berlabuh ke AC Milan. Kini, dia pulang untuk mengembalikan ketajaman yang sempat membuatnya ditakuti barisan bek seantero Eropa.
Pertanyaannya, apakah Torres bisa menemukan ketajaman itu kembali di Atletico?
Sebagai pelatih, Diego Simeone telah mengembangkan permainan Atletico menjadi "sangat dirinya" dan "sangat Atletico". Tahu bahwa Atletico banyak didukung oleh masyarakat kelas pekerja, Simeone menerapkan permainan agresif dan determinan ke dalam Atletico.
Tidak hanya itu, Simeone juga membuat Atletico tampil kolektif. Gol bisa datang dari mana pun, tidak hanya dari penyerang saja. Musim ini Antoine Griezmann sudah mencetak enam gol --sama dengan torehan si penyerang, Mario Mandzukic--, gelandang-gelandang seperti Raul Garcia dan Tiago masing-masing sudah mencetak tiga gol, sedangkan bek-bek seperti Miranda dan Diego Godin sudah mencetak tiga dan dua gol.
Di luar semua pembaruan itu, Simeone dan asistennya, German Burgos, pun berjanji untuk megeluarkan kemampuan terbaik Torres.
Di Chelsea, di mana ketajamannya mulai menurun, Torres dinilai tidak mendapatkan suplai yang semestinya. Dia kerap dipaksa berlari untuk mencari bola sendiri dan beberapa menit setelahnya dia malah tidak menyentuh (atau mendapatkan suplai) bola sama sekali.
Di Liverpool, dia mengaku terpaksa hengkang lantaran pemain-pemain yang menyokongnya, seperti Xabi Alonso dan Javier Mascherano, dijual oleh pihak klub.
Kini, tinggal ditunggu apakah Simeone benar-benar bisa mengembalikan Torres seperti sedia kala.
Halaman 2 dari 6