Tentang Morata dan Susahnya Jadi Penyerang Tengah Real Madrid

Tentang Morata dan Susahnya Jadi Penyerang Tengah Real Madrid

Yanu Arifin - Sepakbola
Kamis, 20 Jul 2017 15:03 WIB
1.

Tentang Morata dan Susahnya Jadi Penyerang Tengah Real Madrid

Tentang Morata dan Susahnya Jadi Penyerang Tengah Real Madrid
Samuel Eto'o di Real Madrid (Foto: Phil Cole /Allsport)
Jakarta - Alvaro Morata di ambang kepindahan dari Real Madrid. Jadi penyerang tengah El Real memang tak mudah. Ini bukan cuma dialami oleh Morata, melainkan juga beberapa striker top lainnya.





Madrid telah menyepakati harga transfer Morata dengan Chelsea, dengan nilai yang mencapai 80 juta euro atau sekitar Rp 1,2 triliun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya Morata pun baru semusim "dipulangkan" Madrid dari Juventus. Sepanjang musim 2016/2017, ia malah gagal mengamankan tempat di skuat utama kendatipun tetap mampu mencetak 20 gol.

Kepindahan Morata ini melanjutkan kecenderungan betapa kehidupan sosok penyerang tengah, atau pemain bertipe nomor sembilan, tidaklah mudah di Madrid.

Bagaimana tidak. Dalam masing-masing tujuh musim terakhir saja topskorer Madrid adalah Cristiano Ronaldo yang aslinya bukanlah seorang penyerang tengah -- walaupun belakangan tampak bertransformasi ke arah itu.

Menilik lebih jauh lagi, ada beberapa penyerang tengah yang juga mengalami masa-masa tak mudah di Madrid. Berikut pemain-pemain tersebut.


Higuain didatangkan Madrid dari River Plate sebesar 12 juta euro pada 2006. Selama dua musim pertama di Santiago Bernabeu, ia cuma mencetak 11 gol.

Barulah memasuki musim berikutnya Higuain tokcer. Striker asal Argentina itu menjadi topskorer Madrid pada musim 2008/2009 dan 2090/2010, mencetak 24 dan 29 gol secara berurutan.

Pun begitu, masa-masa Higuain tetap tak mudah. Terlebih ada Cristiano Ronaldo yang terus pamer kesuburan. Pada akhirnya Madrid lebih memilih mempertahankan Karim Benzema dan melepas Higuain -- keduanya memiliki posisi sama persis.

Napoli menampung Higuain di musim panas 2013. Jadi tumpuan, Higuain mencetak 92 gol dalam tiga musim. Musim lalu ia ditebus Juventus seharga 75 juta euro dan menandai musim pertama di Turin dengan 32 gol di seluh kompetisi.

Jauh sebelum bersinar di Barcelona, Eto'o memulai karier dari bangku akademi Madrid pada 1997 dengan mendapat nomor punggung 16. Namun sayang, kariernya tidak cemerlang.

Selama tiga musim, Eto'o baru punya tiga penampilan di Madrid lantaran tiap musimnya dipinjamkan ke Leganes, Espanyol, dan Mallorca. Pada musim 2000, Mallorca mempermanenkannya dengan biaya 4,4 juta euro.

Empat musim di Mallorca, penampilan Eto'o dilirik Barcelona. Bersama Blaugrana itulah, penyerang asal Kamerun itu menjelma jadi salah satu striker terbaik dunia.

Sama halnya dengan Eto'o, Soldado yang mencuat bersama Valencia merupakan jebolan akademi Madrid. Ia sempat jadi bagian Real Madrid Castilla di musim 2002-2006, sebelum naik ke tim senior di musim 2006/2007.

Namun, Soldado langsung dipinjamkan ke Osasuna, dan bermain 30 kali dengan mencetak 11 gol. Semusim berselang, ia kembali ke Madrid dan penampilannya justru lebih melempem.

Soldado, yang diberi nomor punggung 9, cuma bermain delapan kali dan bikin gol sama sekali. Ia kalah bersaing dengan Raul Gonzalez, Ruud van Nistelrooy, bahkan Gonzalo Higuain yang notabenenya juga pemain baru saat itu.

Semusim kemudian, Soldado pindah ke Getafe dan dikontrak hingga 2010, sebelum akhirnya dibeli Valencia. Tiga musim bersama 'Si Kelelawar', ia menemukan permainan terbaiknya dengan mencetak 59 gol dari 101 penampilan.

Perez melakoni debutnya di tim senior Madrid di usia 18 tahun pada musim 1990/1991. Namun hingga lima musim ke depan, ia kesulitan menembus tim inti.

Bersaing dengan striker sekelas Ivan Zamorano dan Emilio Butragueno saat itu, Perez cuma bermain 88 kali dan mencetak 13 gol selama berkostum Los Blancos.

Faktor cedera membuat Perez kesulitan bermain di Bernabeu. Perez juga kalah saing dengan Raul Gonzalez yang ketika itu juga baru mencuat namanya.

Pada musim 1995/1996, Perez akhirnya dilepas Madrid ke Betis dengan nilai transfer yang tidak diungkapkan. Di sana, ia akhirnya bisa berperan penting dengan mencetak 57 gol dari 152 penampilan.


Sama halnya dengan Perez, Esnaider juga kesulitan menembus skuat utama Madrid pada tahun 1990-1993. Ia cuma bermain 10 kali dan bikin satu gol. Ia pun dilepas ke Real Zaragoza.

Di Zaragoza, Esnaider awalnya berstatus pinjaman sebelum dipermanenkan. Ia bermain 61 kali dan mencetak 29 gol. Madrid akhirnya memulangkannya lagi pada musim 1996.

Sayang, lagi-lagi Esnaider gagal bersinar. Ia cuma bermain 26 kali di semua ajang dan mencetak satu gol. Esnaider pun dilepas lagi ke Atletio Madrid dan tak pernah kembali ke Bernabeu.

Hide Ads