Joan Laporta menilai kredibilitas Barcelona telah kembali setelah sempat tersungkur akibat krisis ekonomi. Pembelian pemain-pemain anyar menjadi acuannya.
Barcelona dijerat utang mencapai 1,45 miliar euro (Rp 21,8 triliun) pada 2020. Tunggakan ini banyak disebabkan kesalahan manajemen rezim Josep Maria Bartomeu, serta keringnya pendapatan selama pandemi COVID-19.
Barcelona mencoba menyiasati finansial klub dengan rekstrukturisasi utang, hingga pemotongan gaji pemain. Dua 'tuas' ekonomi menjadi solusi yang ditawarkan Laporta untuk melepaskan Blaugrana dari krisis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dua solusi tersebut antara lain penjualan sebagian saham hak siar klub dan penjualan lisensi dan merchandise Barcelona (BLM). Kedua 'tuas' ini diproyeksikan membawa keuntungan mencapai 740 juta euro (Rp 11,5 triliun).
Barcelona sudah mengaktifkan 'tuas' pertama dengan melepas 10 persen saham hak siar klub selama 25 tahun. Los Cules mendapat keuntungan 740 juta euro (Rp 11,5 triliun) dari investasi tersebut.
Kucuran dana segar dari penjualan hak siar cukup mendongkrak pemasukan Barcelona. Klub asal Catalunya itu pun berani mendatangkan dua pemain anyar ke Camp Nou.
Franck Kessie diboyong dari AC Milan, sementara Andreas Christensen didatangkan dari Chelsea. Barcelona masih mengincar beberapa pemain lain setelah 'tuas' ekonomi kedua berhasil diaktifkan.
Joan Laporta menyambut positif situasi keuangan Barcelona yang mulai pulih. Presiden Barca itu mengklaim klubnya sudah bisa lagi menarik perhatian pemain-pemain top dan tidak sekadar gembar-gembor saja.
"Kredibilitas Barca telah kembali. Meski begitu, upaya transfer memiliki tingkat kesulitan tambahan karena situasi ekonomi yang diwariskan," kata Laporta, dikutip dari Mundo Deportivo.
"Beberapa pesaing ingin mengambil keuntungan dari situasi ekonomi ini. Hal itu berakhir ketika kami meluncurkan pesan pertama ke bursa transfer dan melakukan pembelian pertama," sambungnya.
"Kami beruntung, sebagian besar pemain ingin bergabung ke Barca," demikian kata Joan Laporta.