Namun ujian berat harus kembali dihadapi skuat besutan Rahmad Darmawan. Thailand siap menghadang kembali di partai pemuncak SEA Games kali ini. Ini tim yang pada fase grup memaksa Kurnia Meiga memungut bola empat kali dari dalam gawangnya. Dari 17 kali pertemuan dengan Thailand di SEA Games, Indonesia pun hanya pernah menang 3 kali. Sementara itu, Thailand tampil superior dengan 13 kali kemenangan.
Tapi final adalah final. Semua keraguan yang menghantui semenjak nama Thailand muncul sebagai lawan pamungkas harus secepatnya ditepis. Toh tim ini pun bukannya tanpa kelemahan.
Β

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat perjalanan kedua tim untuk sampai ke babak final, banyak kalangan akan langsung mengunggulkan Thailand. Thailand lolos Grup B dengan menjadi juara grup setelah menang 2 kali dan seri 2 kali. Sementara itu Indonesia lolos dengan "bantuan" regulasi yang lebih mementingkan head-to-head ketimbang selisih gol.
Indonesia sendiri memang memulai turnamen dengan kurang mengesankan. Melawan tim lemah Kamboja, Indonesia hanya menang satu kosong lewat gol semata wayang Yandi Sofyan. Menuju pertandingan kedua, langkah Indonesia semakin meragukan setelah digilas Thailand 1-4. Meski kemudian lolos, dua pertandingan selanjutnya juga belum menunjukan permainan yang membaik dari Indonesia.
Anak asuh Rahmad Darmawan ini akhirnya mulai sedikit membaik pada laga semifinal melawan Malaysia. Malaysia yang sangat superior di fase grup dengan berhasil memenangkan 3 pertandingan dan seri satu kali dipaksa bermain hingga adu penalti.
Produktivitas tinggi yang ditunjukan Malaysia di fase grup pun berhasil diredam hingga Malaysia baru dapat mencetak gol pada menit 86. Pada pertandingan kali itu Rahmad Darmawan berhasil meracik strategi yang cukup melawan keperkasaan tim lawan (lihat ulasan pertandingan Indonesia vs Malaysia).
Fasihnya Thailand
Dari sisi permainan, Thailand terlihat lebih unggul ketimbang Indonesia. Thailand sudah sangat fasih memainkan operan dari kaki ke kaki dan bermain sabar dengan umpan-umpan pendek, sambil mencari celah menuju pertahanan lawan. Ini berbeda dengan Indonesia yang masih sangat konsisten dengan mengandalkan sayap dan dribble untuk menembus lawan.
Tekanan yang diperagakan para pemain Thailand saat lawan memegang bola pun sudah cukup untuk membuat skema penyerangan menjadi berantakan.
Seperti yang diperagakan saat menghadapi Singapura, trio gelandang Thailand selalu membentuk segitiga menghadap gawang sendiri. Ini efektif untuk membuat aliran bola lawannya, dari gelandang ke pemain depan, menjadi terhambat.
Mengalirkan bola ke pinggir juga tidak kemudian menjadi pilihan yang tepat. Kedua fullback Thailand akan selalu dibantu oleh kedua pemain sayapnya untuk berjaga. Ditambah dengan salah seorang gelandang yang juga ikut ke pinggir, sehingga ada tiga orang yang akan selalu menghadang serangan dari pinggir.
Indonesia sendiri masih bermasalah dengan jarak antarlini yang terlampau jauh. Hingga pertandingan terakhir melawan Malaysia di semifinal, Rizky Pellu-Egi Melgiansyah, dan Yandi Sofyan tak pernah dalam posisi berdekatan, sehingga ada ruang kosong di tengah yang rawan dieksploitasi lawan.
Bahayanya, Thailand memiliki Thitiphan Puangjan yang sejauh ini sangat cemerlang mengatur serangan dari tengah lapangan. Jika ruang kosong di lapangan tengah masih belum bisa ditambal oleh para pemain Indonesia, pemain nomor 7 ini tidak akan menyia-nyiakannya.
Satu gol dan satu assist-nya saat menang 4-1 melawan Indonesia, seharusnya sudah menjadi peringatan tersendiri bagi Rahmad Darmawan untuk lebih serius mencari penyelesaian untuk permasalahan ini.
Serangan Balik
Serangan balik, menjadi momok yang berkali-kali mengancam Indonesia saat kalah dari Thailand di fase grup. Bahkan, tiga dari empat gol yang bersarang ke gawang Kurnia Meiga adalah hasil dari tidak siapnya barisan pertahanan Indonesia menerima serangan balik yang cepat. Adisak Kraisorn, Charyl Chappuys, dan Pokklaw A Nan berkali-kali mengancam gawang Kurnia Meiga melalui satu skema serangan balik.
Namun, serangan balik juga bisa jadi strategi dengan harapan paling besar bagi Indonesia untuk mencuri angka. Singapura menunjukkan dengan jelas bagaimana lemahnya pertahanan Thailand menghadapi serangan balik. Dua fullback Thailand yang sangat rajin membantu penyerangan membuka celah lebar di daerah pertahanan Thailand.
Dengan masuknya serangan balik melalui celah yang terbuka ini, beberapa kali gawang Thailand terancam. Bahkan pada pada awal babak pertama Thailand vs Singapura, pemain nomor 8 Singapura sempat berhadapan satu lawan satu dengan kiper Thailand, setelah ia mendapatkan umpan terobosan melalui ruang terbuka ini.
Beruntung bagi Thailand, pemain singapura ini tidak cukup tenang dalam mengeksekusi peluang, yang sudah 90% menjadi gol.
Melihat kondisi ini, seharusnya Indonesia juga dapat memanfaatkan kelemahan yang dimiliki tim lawan. Apalagi sisi sayap adalah sisi terkuat Indonesia dalam melakukan serangan. Bayu Gatra, Andik Vermansah, Yohanes Pahabol adalah pemain sayap yang memiliki kecepatan yang luar biasa. Semestinya ketiganya sangat kompeten untuk mengeksploitasi celah kosong yang terbuka seperti ini.
Hanya saja, dibutuhkan kecerdikan dari para pemain sayap tersebut untuk berada di posisi yang tepat saat Indonesia mulai melakukan serangan balik. Dengan begitu, bola yang dialirkan melalui celah kosong akan langsung dapat dimanfaatkan untuk mengancam gawang Thailand.
Patut diwaspadai, Thailand juga sangat fasih mencetak gol dari permainan terbuka. Dari 9 gol yang dicetaknya sejauh ini, 5 di antaranya dicetak lewat open play. Namun, Thailand belum pernah sekalipun mencetak gol lewat tendangan pojok atau tendangan bebas langsung.

Waspadai Awal Babak
Meski kalah dari berbagai macam sisi, harapan Indonesia untuk membawa pulang medali emas pertama dalam kurun waktu 20 tahun terakhir bukan berarti tertutup.
Pertandingan melawan Malaysia sudah menunjukan bahwa tim nasional U-23 yang turun di SEA Games ini juga bisa bersaing dengan klub-klub besar lainnya. Untuk itu dibutuhkan konsentrasi penuh dari setiap pemain untuk tidak membuat kesalahan-kesalahan yang dapat berkibat fatal.
Fokus bermain harus langsung dimulai sejak kick-off agar kecolongan gol di menit awal tidak terulang kembali. Awal babak kedua juga menjadi waktu yang harus diwaspadai, mengingat Thailand berhasil mencetak gol pada masa ini pada 3 dari 5 pertandingan yang telah mereka lalui di SEA Games 2013.

Deja vu tahun 1991, mungkin dapat menjadi satu faktor yang dapat mendorong mental para pemain Indonesia. Tahun ketika emas terakhir kali dapat dibawa pulang ke tanah air juga harus dilalui dengan awal yang meragukan di babak awal. Indonesia, yang ketika itu di final melawan Thailand, dalam kondisi tidak diunggulkan. akhirnya dapat mengalahkan Thailand melalui drama adu penalti.
Player to Watch
Thitiphan Puangjan. Bermain sangat rapih di tengah dan sangat pintar mengatur tempo permainan. Umpan-umpannya yang sangat akurat harus diwaspadai, memberikan ruang kosong di tengah kepada pemain nomor punggung 7 ini akan dapat mendatangkan mimpi buruk bagi Indonesia.
Adisak Kraisorn. Penyerang haus gol Thailand, memiliki pergerakan yang sangat berbahaya di daerah kotak penalti. Kedua centre back Indonesia sama sekali tidak boleh melepaskan pandangan dari pemain ini walau hanya sekejap.
Β

=====
*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini
*foto-foto: ANTARA/Prasetyo Utomo
(roz/rin)