Bersama Jose Mourinho, Chelsea berhasil mempertahankan kesucian Stamford Bridge di Liga Inggris. Hingga pekan ke-27 mereka memang tidak terkalahkan di kandang. Tidak hanya itu, raihan 3 poin ini juga membuat The Blues semakin kokoh di puncak klasemen sementara.
Sementara itu, gol tunggal John Terry pada menit akhir membuat Everton harus pulang dengan tangan hampa. Ini adalah kekalahan kedua beruntun di Liga, setelah sebelumnya juga gagal di kandang Spurs.
Line-up kedua tim (whoscored.com)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Martinez sepertinya paham bagaimana menghentikan serangan Chelsea. Setidaknya itu yang terjadi sepanjang babak pertama. The Blues dibuat tak berdaya dan tak mampu menyentuh jala gawang Howard, meski unggul jumlah peluang.
Kuncinya adalah dengan tidak membiarkan Hazard, Oscar, dan Willian memasuki area sepertiga lapangan akhir.
Sebenarnya, menggunakan taktik man to man marking untuk menghentikan trio The Blues itu jelas akan sulit dilakukan, terutama jika mengingat kelincahan dan kecepatan ketiganya. Everton lalu dengan sengaja memberikan ruang bagi mereka, namun bukan di sepertiga akhir.
Mirallas dan Pienaar diminta turun melebar untuk memberikan perlindungan pada area pinggir lapangan. Sementara dua poros ganda, Barry dan McCarthy, rapat dengan bek yang tidak terlalu turun. Sedangkan tugas untuk menutup bola di area tengah diserahkan pada Naismith dan satu gelandang yang dibiarkan menggantung di depan.
Menggunakan cara ini, pertahanan Everton memang terlihat lebih kokoh. Terutama sayap mereka yang sulit ditembus pada awal pertandingan. Namun lubang besar justru terbuka di tengah. Dengan mudah gelandang Chelsea mengirim umpan terobosan yang tembus hingga sepertiga akhir.

Tekel babak pertama Everton, kokoh di sayap (Statszone)
Beberapa umpan silang Chelsea juga hadir berkat lubang di tengah tersebut.
Chelsea sendiri sangat jarang mengirimkan bola dengan menyisir lapangan menembus pertahanan Everton. Pola yang diterapkan Mourinho adalah dengan mengirim umpan ke sayap melalui umpan terobosan dari tengah.
Jika bola memang berada di sayap, maka terlebih dahulu akan dibawa ke tengah sehingga fullback memiliki kesempatan untuk naik dan bersiap menerima umpan. Cara ini sepertinya juga sengaja dilakukan oleh Everton untuk membuat Chelsea keluar dari sarangnya.
Mourinho sendiri terkenal jarang meminta fullback-nya melakukan umpan silang. Jika harus maju ke depan, fullback Chelsea lebih banyak bergerak masuk ke dalam untuk melakukan tendangan ke gawang.
Berdasarkan statistik permainan, Ivanovic bahkan melakukan 2 kali tembakan ke gawang, dengan hanya 4 kali umpan silang. Sedangkan Azpiliqueta melancarkan tendangan ke gawang dan umpan silang, masing-masing hanya sekali.
Formasi Timpang Everton
Pola dasar 4-2-3-1 yang diterapkan oleh Martinez memang tidak sepenuhnya sama dengan yang ada di lapangan, karena secara permainan Everton tidak mempunyai sayap kanan. Mirallas yang seharusnya mengisi pos tersebut lebih banyak bergerak di tengah bahkan hingga ke sayap kiri.
Pada laga itu, Mirallas sendiri berperan sebagai seorang pengatur tempo dan beberapa kali bertindak sebagai penahan bola. Dengan posisi seperti ini, serangan Everton menjadi terpusat di kiri.
Mirallas hanya berkonsentrasi di kanan ketika sedang bertahan, meski ia beberapa kali telat untuk turun. Tugas melindungi Coleman sebagai bek kanan banyak dilakukan oleh McCarthy. Itulah kenapa lini tengah Everton sering meninggalkan lubang.
Nafas serangan Everton sendiri ada pada duet Baines dan Pieenar yang dibantu oleh gelandang lain. Keduanya selalu diberikan suplai bola dan perlindungan bak raja dan pangerannya.

Passing sepertiga akhir Everton - Timpang ke Kiri (Statszone)
Sadar akan ketimpangan formasi Martinez, Mourinho lalu menarik Oscar dan memasukan Ramirez setelah turun minum. Jika melihat pola serangan yang dilakukan Everton, maka taktik Mou yang diinginkan dari pergantian ini sepertinya sudah jelas: meperkuat sisi kanan yang terus dibombardir sepanjang babak pertama.
Pergerakan tiga gelandang Oscar, Hazard, dan Willian memang menjadi senjata mengerikan bagi Chelsea. Ketiga pemain tersebut dapat bergantian menjadi pembawa bola maupun pengatur serangan. Namun, hal ini justru membuat sayap Chelsea lemah dalam bertahan. Itulah mengapa fullback Chelsea amat jarang melancarkan umpan silang.
Maka masuknya Ramirez membuat Chelsea dapat lebih menguasai permainan, karena serangan Everton dapat sedikit diredam. Seringnya Baines meninggalkan pos juga memberi kesempatan bagi tuan rumah untuk melancarkan serangan balik cepat.
Kehilangan penguasaan bola membuat Everton menjadi terkesan bermain bertahan. Pola serangan di awal babak pertama, yang dilakukan melalui kerjasama di sisi kiri, juga mulai jarang terlihat. Pasukan The Toffees lebih banyak melakukan umpan panjang ke depan untuk melakukan serangan balik.

Grafik umpan panjang Everton (Statszone)
Peran Lampard dan Osman
Merangseknya Mirallas ke tengah membuat posisi Osman sedikit terdorong ke belakang. Apalagi dengan kokohnya tembok pertahanan pertahanan Chelsea yang ditopang Matic yang berduet dengan Lampard sebagai poros ganda Chelsea.
Meski mampu menguasai bola dan menjadi pengatur serangan di belakang, Osman beberapa kali harus gagal saat mendekati area sepertiga akhir. Banyak umpan yang dilakukannya justru mengarah ke belakang.
Kerap menghadapi kuatnya pertahanan yang dibangun Terry dkk, membuat Osman tak memiliki pilihan lain agar bola tidak berhasil direbut lawan selain mengoper ke ke belakang. Satu-satunya cara menyerang yang tersedia adalah dengan umpan pendek melalui sayap (lihat chalkboard di bawah).

Umpan Osman yang banyak menjauhi gawang (Statszone)
Jika Osman harus bersusah payah untuk menembus pertahanan Chelsea, tidak demikian dengan Frank Lampard. Ia justru lebih sangat nyaman dan enjoy dalam bermain. Berduet dengan Matic sebagai poros ganda di depan empat bek, Lampard mampu menjadi penghubung antar lini The Blues.
Kombinasi umpan yang dilakukannya juga mambuat serangan Chelsea lebih terlihat variatif. Tidak boleh dilupakan juga adalah tendangan bebasnya pada menit akhir yang menjadi penentu kemenangan tuan rumah. Meski sempat terjadi perdebatan kecil tentang siapa yang resmi mencetak gol.
John Terry memang tercatat sebagai sang juru selamat. Namun, jangan lupakan peran Lampard sebagai eksekutor tendangan bebas, juga sebagai pengatur lini tengah yang diperagakannya sepanjang pertandingan.
Kesimpulan
Martinez memang unggul dalam penentuan taktik awal pertandingan, dan sempat merepotkan tuan rumah. Namun kejelian dari Mourinho dalam membaca permainan membuat Chelsea mampu merayakan kemenangan di hadapan pendukungnya sendiri.
Apalagi, setelah pertandingan ini, kedua rival Chelsea dalam memperebutkan gelar juara, Manchester City dan Arsenal, juga mendapatkan kemenangan. Tiga poin ini tentu jadi sangat berharga mengingat BPL yang tinggal menyisakan 11 pekan.
Gol tunggal pada waktu tambahan sendiri menunjukan bagaimana ketatnya pertandingan. Pergantian pemain yang dilakukan keduanya juga memperlihatkan keduanya ingin terus menyerang. Bahkan, pasca-pertandingan Mourinho memberikan komentar simpatinya pada Everton. The Special One berujar bahwa semestinya satu poin adalah hasil yang adil untuk kedua tim dalam pertandingan kali ini.
====
*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini.
(roz/roz)