Pertandingan kedua babak grup Piala Dunia kembali menghadirkan kejutan. Setelah mengandaskan Portugal dengan skor telak 4-0, Jerman hanya mampu bermain imbang 2-2 melawan tim asal Afrika, Ghana.
Sempat diragukan tampil karena cedera, Mats Hummels dipasangkan sejak menit pertama oleh pelatih Jerman, Joachim Loew. Susunan pemain pun masih menggunakan para pemain yang bermain kala melawan Portugal. Formasinya pun tetap sama, 4-3-3, atau 4-1-2-3 dengan menempatkan Lahm di depan back-four dan Khedira-Kroos lebih naik ke atas berada di belakang trio Goetze-Mueller-Oezil yang menempati pos lini serang.
Di kubu Ghana, Kewsi Appiah melakukan sedikit perubahan pada starting line-up. Penjaga gawang Adam Kwarasey digantikan Adam Dauda. Lalu Daniel Opare yang pada pertandingan melawan Amerika mendapat sorotan, digantikan Harrison Afful. Selain itu, Kevin-Prince Boateng pun berada di starting XI menggantikan Jordan Ayew.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menambal sisi kanan pertahanan menjadi PR besar bagi pelatih Ghana, Appiah. Gol pertama yang bersarang ke gawang Ghana pada laga melawan Amerika Serikat berawal dari sisi kanan yang tak mampu menghambat pergerakan Clint Dempsey pada menit-menit awal.
Oleh karena itu Daniel Opare yang sebelumnya bermain full pada pertandingan pertama, digantikan Harrison Aifful. Aifful dipilih lantaran ia lebih berpengalaman dibanding Opare. yang berusia 23 tahun dan baru bermain sebanyak 16 kali untuk Ghana. Sedangkan Aifful (27) sudah memiliki 41 caps bersama tim nasional Ghana.
Pergantian memberi efek positif bagi permainan Ghana. Jika pada pertandingan pertama sisi kanan adalah kelemahan Ghana, maka pada pertandingan melawan Jerman, sisi ini menjadi titik terjadinya dua gol yang diciptakan Ghana.
Aifful menjadi kreator atas terciptanya gol pertama Ghana. Umpan terukurnya mampu dimaksimalkan Andre Ayew sehingga membuahkan gol. Selain itu, ia pun cukup kuat dalam bertahan. Dalam 90 menit, Aifful yang bermain di klub Tunisia, Esperance, mencetak 78% umpan akurat, 2 clearance, 3 tackle, dan 6 interception (tertinggi dalam pertandingan ini).
Di laga ini, Jerman terhitung sering membuat umpan silang. Jika saat melawan Portugal anak asuh Loew hanya membuat 12 umpan silang, di laga ini mereka membuat 21 umpan silang. Tiap kali mereka mencoba melakukannya dari sisi Aifull, Jerman selalu kesulitan. Jerman hanya bisa membuat 4 umpan silang dari sisi kanan Ghana yang dijaga Aifull lewat open-play.
Problem Ghana terletak di sisi kiri pertahanan yang dijaga Kwado Asamoah. Sisi ini menjadi rentan karena Kwado terlihat kesulitan menjaga Oezil yang sangat berbahaya bukan melalui umpan silang, tapi lewat umpan-umpan terobosannya. Problem Kwado bertambah karena Oezil dan Mueller sering bertukar posisi.
Mematikan trio Goetze-Mueller-Oezil
Kembali menggunakan skema yang sama seperti ketika mengalahkan Portugal, formasi 3 penyerang menggunakan 3 pemain gelandang kali ini tak efektif. Sepanjang babak pertama, Jerman sangat kesulitan untuk memasuki area kotak penalti. Dari 5 percobaan mencetak gol sepanjang babak pertama, kesemuanya dilesakkan dari luar kotak penalti. Empat di antaranya dilakukan oleh pemain tengah, Toni Kroos (3) dan Khedira. Satu tembakan lagi dilakukan Mario Goetze.
Pergerakan trio Goetze-Mueller-Oezil sebenarnya masih sama seperti pertandingan sebelumnya. Oezil dan Goetze diinstruksikan bermain lebih melebar ketika para pemain tengah Jerman sedang membangun serangan dari lini tengah. Lalu ketika salah satunya mendapatkan bola, pemain yang tak menguasai bola diwajibkan memberikan opsi dengan mendekati pemain yang sedang memegang bola atau masuk ke area kotak penalti.
Lalu Mueller yang berperan sebagai 'false nine' mendapatkan kebebasan untuk berkreasi. Maka dari itu ia sering berada di kanan dan kiri bahkan ke tengah lapangan untuk menjemput bola. Fungsinya adalah sebagai pemecah konsentrasi bek lawan dalam melakukan penjagaan.
Namun skema penyerangan Jerman ini mampu diredam Ghana. Yang dilakukan oleh Appiah adalah memastikan agar trio lini serang Jerman ini tidak sering bertukar posisi dan mengacaukan konsentrasi pertahanan. Caranya adalah sebisa mungkin mencegat bola sejak lini tengah dan itu dilakukan salah satunya dengan memainkan garis pertahanan yang tinggi. Ghana bahkan berani menekan lini pertahanan Jerman saat mereka sedang menguasai bola dan mencoba membangun serangan dari belakang.

Ini bukan hanya memberi tekanan pada lini pertahanan Jerman, tapi berhasil mendesak lini tengah Jerman lebih ke dalam guna menciptakan jarak antara lini belakang dan lini tengah dengan lini serang. Di babak II, cara bermain ini bahkan berbuah gol kedua Ghana yang berawal dari pressing terhadap lini tengah Jerman yang membuat penguasaan bola berpindah di daerah Jerman sendiri dan berakhir dengan serangan balik sangat cepat.
Melalui cara ini pula lini pertahanan Ghana bisa menghindari cara bertahan man to man marking yang jelas akan merepotkan diri mereka sendiri mengingat cara bermain Goetze-Mueller-Oezil yang rajin saling bertukar dan saling mendekati satu sama lain. Ghana tak mau melakukan kesalahan yang dilakukan Portugal yang lini pertahanannya terlihat kebingungan ketika Goetze-Oezil-Mueller melakukan pertukaran posisi. Pergerakan Mueller yang bisa ada di mana saja mampu menciptakan celah di antara rapatnya pertahanan Portugal.
Dengan bermain zonal marking, para pemain bertahan hanya menjaga pemain yang berada di dekat areanya saja. Sehingga para pemain bertahan Ghana tetap berada di posisinya dan bisa fokus menjaga areanya masing-masing.
Selain itu, pertahanan yang digalang Jonathan Mensah ini tak melakukan tackle agresif untuk mendapatkan bola. Tackle pasif dilakukan agar pemain Jerman dibiarkan menguasai bola. Sebagai antisipasinya, para pemain bertahan Ghana bermain merapat untuk menghindari umpan-umpan pendek cepat. Lalu dua pivot Ghana --Muhammed Rabiu dan Sulley Muntari-- selalu menjaga di depan backfour untuk memaksa para pemain Jerman melakukan penyerangan lewat sayap.

[Dengan adanya double pivot membuat Jerman mengalihkan serangan ke kedua sayap ]
Tampaknya Appiah memang ingin memanfaatkan keunggulan fisik para pemainnya. Para pemain Jerman dipaksa duel untuk mendapatkan bola. Dengan pemain lini depan Jerman (khususnya Mueller dan Goetze) yang tak memiliki badan kekar, para pemain bertahan Ghana pun akhirnya mampu mengantisipasi umpan silang yang dilancarkan pemain sayap Jerman, baik lewat duel udara maupun clearance.

[Grafik defense action Ghana]
Pergantian Strategi Ghana yang Mengubah Jalannya Pertandingan
Pertandingan berjalan jauh lebih menarik di babak II, terutama dipicu oleh inisiatif Ghana yang mengubah cara bermainnya. Ghana tetap memainkan pressing yang tinggi sejak daerah pertahanan Jerman, hanya saja bedanya Ghana di babak II mencoba bermain lebih ofensif. Kendati taktik di babak I sebenarnya mampu mematikan cara menyerang Jerman, Kwesi Appiah memang didesak oleh kebutuhan untuk bisa meraih poin menyusul kekalahan di laga pertama.
Cara menyerang Ghana di babak II lebih ringkas dan menanggalkan umpan-umpan pendek seperti yang diperlihatkan di babak I. Ini terlihat dari cara mereka yang mulai melakukan skema serangan balik dengan umpan direct ketika melakukan penyerangan.


[Grafik final attacking third. Babak kedua lebih menggunakan direct pass (atas), babak pertama (bawah) umpan-umpan pendek.]
Jika pada babak pertama Ghana memaksimalkan faktor keunggulan fisikal dalam cara bertahannya, maka pada babak kedua The Black Stars mencoba memanfaatkan kecepatan para pemainnya dalam cara menyerangnya. Saat bertahan, mereka bahkan jauh lebih agresif ketimbang babak I, dengan harapan agar bisa merebut bola secepat-cepatnya guna membangun serangan balik melalui flank.

[Cara bertahan Ghana di babak II cenderung man to man]
Namun tentunya skema bertahan ini mengandung risiko. Upaya untuk merebut bola secepat-cepatnya ini tentu membuat jarak pemain Ghana dengan pemain Jerman menjadi lebih dekat dan rapat, cenderung man to man, agar bisa selekasnya berduel guna merebut bola. Imbasnya, di lini pertahanan, Ghana harus mengalami apa yang terjadi pada Portugal yang sebenarnya berhasil mereka hindari sepanjang babak I: kekacauan menjaga ruang karena terkecoh oleh pergerakan trio Mueller-Oezil-Goetze.
Dan benar saja, babak kedua baru berjalan 5 menit, Mueller berhasil mengalihkan perhatian lini pertahanan Ghana. Saat Oezil membawa bola di tengah, Mueller tiba-tiba sudah berada di sisi kanan. Menariknya, setelah Oezil melepas bola pada Mueller, dia tak masuk ke dalam kotak penalti, malah mendekati Mueller, mencoba mengecoh Ghana yang berpikir keduanya akan melakukan umpan satu dua. Saat itulah, Goetze yang ada di sisi kiri malah masuk ke dalam kotak penalti dan akhirnya sanggup mencetak gol memanfaatkan umpan silang Mueller (yang tak melakukan umpan satu dua dengan Oezil seperti yang dikira pemain Ghana).

[Proses gol Mario Goetze]
Tertinggal satu gol, Appiah cepat merespons. Tak lama dari situ Jordan Ayew dimasukkan menggantikan Prince Boateng yang perannya kurang maksimal. Maka dengan masuknya Jordan, Ghana mengubah formasinya menjadi 4-4-2 dengan menduetkan Jordan dan Asamoah Gyan di lini depan.
Memiliki 3 pemain bertipikal penyerang di lapangan memang menjadi bagian dari strategi Appiah. Dengan Ghana yang lebih aktif menyerang lewat sisi sebalah kanan, Ghana menginginkan tiga pemain berada di area kotak penalti.
Ini tak lepas dari pergantian pemain yang dilakukan Loew di wal babak kedua. Jerome Boateng yang dikabarkan mengalami cedera pada pertandingan pertama digantikan Shkordan Mustafi. Titik inilah yang menjadi incaran Appiah.
Berawal dari serangan sisi sebelah kanan, Afful mengirimkan umpan silang ke area kotak penalti. dua penyerang --Gyan dan Jordan Ayew-- tentunya dijaga duo centre back Jerman Mats Hummels dan Per Mertesacker. Maka jika Andre Ayew ikut berada di kotak penalti, penjaganya di sebelah kanan adalah Mustafi. Sialnya, Mustafi tak lebih jago dalam duel udara. Gol penyama kedudukan pun tercipta.
Keberhasilan perubahan strategi Appiah pada babak kedua semakin terlihat dengan terciptanya gol kedua. Pada gol kedua Ghana ini, terlihat bagaimana Ghana bermain dengan agresifitas yang begitu tinggi. Di daerah Jerman, bahkan ada 7 pemain Ghana berhadapan dengan 8 pemain Jerman. Melakukan pressing hingga area pertahanan milik Jerman, Muntari berhasil melakukan intersep dan memberikan umpan ke Asamaoah Gyan yang mendapatkan ruang kosong karena bek Jerman tak siap menerima serangan tiba-tiba. Gyan pun dengan kecepatannya unggul dan lari mendekati gawang lalu menaklukkan Manuel Neuer.

[Proses terjadinya gol kedua Ghana]
Faktor Klose
Tertinggal satu gol mau tak mau membuat Loew perlu melakukan perubahan. Kemudian ia memasukan Bastian Schweinsteiger dan Miroslav Klose menggantikan Khedira dan Goetze. Skema Jerman dengan masuknya Schweinsteiger dan Klose sejatinya tak mengubah pakem awal, 4-3-3. Hanya saja dengan adanya Klose, Mueller yang sebelumnya berposisi sebagai penyerang tengah di geser ke sebelah kanan --tentunya membuat Oezil bermain di sebelah kiri.
Hadirnya Klose cukup memberi perubahan berarti bagi permainan Jerman. Dengan hadirnya Klose, maka Jerman selalu memiliki pemain yang cenderung statis berada di dalam kotak penalti. Ini yang membedakan saat masih Mueller yang dipatok sebagai ujung tombak. Efek paling terasa adalah Ghana memundurkan garis pertahanannya lebih ke dalam. Ini juga yang membuat produksi percobaan mencetak gol Jerman meningkat setelah masuknya Klose.

[Grafik attempt sebelum dan sesudah Klose masuk]
Bahkan sebenarnya pengaruhnya sudah terasa sejak dua menit setelah Klose masuk. Pada menit ke-70, Hoewedes berhasil memenangi duel udara menerima umpan sepak pojok Toni Kroos. Bola yang mengarah ke samping kanan gawang ini kemudian diteruskan oleh sepakan keras Klose. Skor pun imbang 2-2.
Setelah skor imbang kedua tim melakukan jual beli serangan. Jerman lewat umpan-umpan pendek yang diakhir umpan silangnya, serta Ghana yang melakukan serangan balik cepat melalui flank area. Namun hingga wasit meniupkan peluit tanda pertandingan berakhir, skor masih tetap bertahan 2-2.
Kesimpulan
Tanpa disangka-sangka, kendali permainan laga Jerman melawan Ghana ada di tangan Gyan Asamoah dkk. Dengan kekuatan fisik dan kecepatan yang dimiliki para pemain Ghana, mereka berhasil membuat serangan Jerman selalu berhasil dipatahkan.
Sedangkan hasil 2-2 bagi Jerman benar-benar menunjukkan bahwa formasi 4-3-3 mereka belum sempurna. Sepanjang pertandingan Joachim Loew dipaksa memutar otak untuk bisa mengendalikan permainan.
Dengan hasil ini, persaingan di Grup G masih semakin ketat. Apalagi jika Portugal berhasil mengalahkan Amerika, pertandingan terakhir akan menjadi ajang penentuan nasib bagi empat tim penghuni grup. Selain itu, hasil ini pun kembali menunjukkan bahwa tim unggulan belum tentu bisa meraih kemenangan dengan mudah.
====
* Pandit Football Indonesia Mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia, meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Twitter: @panditfootball Facebook: panditfootball Website: www.panditfootball.com.
(a2s/rin)