Laga penutup babak 16 besar akan mempertemukan dua tim yang amat kontras yakni, Belgia dan Amerika Serikat.
Sebagai sebuah tim unggulan, dan kuda hitam banyak orang, Belgia dihuni oleh banyak pemain klub-klub top Eropa. Sayangnya, banyak kritik ditujukan pada pelatih mereka yakni Marcs Wilmots, yang dinilai belum mampu memadukan para bintang menjadi satu tim padu dengan pola permainan menarik.
Di lain sisi, Amerika Serikat adalah negara underdog. Kendati kaya pengalaman di Piala Dunia, nyatanya skuat mereka amatlah sederhana. Tak ada lagi hingar bingar pemain yang menghuni klub-klub besar Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, laga Belgia kontra Klinsmann nanti akan jadi laga sengit dengan pondasi yang berbeda baik dalam karakter pemain maupun pelatihnya.

Mewaspadai Vertonghen dan Lini Pertahanan Belgia
Belgia datang ke Brasil dengan titel sebagai kuda hitam yang patut diunggulkan. Namun, menilik permainan Belgia selama babak grup, penampilan mereka jauh dari ekspetasi. Meski menyapu bersih semua laga dan menjadi pemuncak klasemen dengan nilai sempurna di Grup H, The Red Devils selalu kesulitan mencetak gol.
Melawan Aljazair, Rusia, dan Korea Selatan di fase grup, Belgia hanya mampu menang tipis tak lebih dari 1 gol. Itu pun dengan catatan gol kemenangan selalu terjadi di menit-menit akhir, yakni menit 80, 88, dan 78. Kondisi ini yang membuat Wilmots dikritik habis-habisan.
Tak henti di sana, melawan Amerika nanti malam Belgia mesti ditinggalkan banyak pemain inti akibat cedera. Dari 23 pemain yang dibawa, hanya tersisa 17 pemain bugar. Sisanya diragukan untuk tampil. Celakanya Belgia banyak kehilangan centerback. Setelah Anthony Vanden Borre dan Thomas Vermaelen cedera, kini Vincent Kompany pun dikabarkan akan absen. Sialnya, sang bek pelapis, Laurent Ciman, pun kebugarannya masih diragukan pasca mengalami cedera.
Kemungkinan besar Wilmots akan memilih kembali Nicolas Lombaerts untuk menemani Daniel van Buyten seperti saat laga melawan Korea Selatan. Opsi lain adalah dengan menggeser bek kiri, Vertonghen, ke posisi center-back. Namun hal pelik ini adalah opsi terakhir mengingat Belgia tak memiliki lagi stok full-back kiri. Apalagi Vertonghen juga memiliki peran penting dalam skema serangan Belgia.
Meski baru kebobolan 1 gol, pertahanan Belgia memang belum teruji betul. Wilmots memang berhati-hati dalam soal lini belakang. Ia lebih cenderung menahan gerak full-back untuk overlap. Biasanya ia akan menahan satu full-back untuk sejajar dengan center-back, dan membiarkan full-back lain bergerak naik.
Misalnya saja Toby Alderweireld. Ia akan disejajarkan dengan center-back hingga menyerupai back-three, dan Vertonghen yang dibiarkan naik maju ke depan. Tapi tugas Vertonghen bukanlah naik guna melepas crossing, tapi justru untuk melakukan cut-in yang diakhiri dengan shooting atau troughball ke striker.
Selama babak penyisihan grup, Vertonghen baru 6 kali melakukan umpan silang, tanpa satu pun yang mencapai target. Namun statistik lainnya berbicara beda. Dari dua kesempatan diturunkan pada Starting XI, Vertonghen mampu membuat 6 shoots, 2 key-passes dan 1 gol.
Andaikan ingin menekuk Belgia, Amerika mesti mewanti-wanti pergerakan Vertonghen. Pemain ini adalah lini kedua saat striker dan gelandang kesulitan menembus barisan gedor lawan.
Mengekploitasi Kelambatan Sayap Belgia
Sisi sayap adalah kelemahan utama Belgia. Mereka amat lemah jika diserang dari sisi flank dan selalu cenderung telat bertahan. Andaikan Belgia memaksa Amerika bermain melebar, tentu itu adalah keuntungan bagi skuat Klinsmann.
Untuk mengeksploitasi sayap Belgia, Amerika bisa memakai gelandang-gelandang atletik. Kecepatan lawan inilah yang membuat Belgia selalu cenderung bertahan di babak pertama pada babak penyisihan grup. Wilmots paham, lini belakang mereka amat rapuh jika menghadapi serangan balik. Hal ini sempat diakuinya kala menang tipis dari Aljazair 2-1.
Pada dasanya, pola 4-4-2 yang dipakai Amerika akan berubah menjadi 4-5-1 saat menyerang. Clint Dempsey akan mundur ke tengah, hingga membuat para gelandang bermain melebar. Klinsmann biasanya menambah satu full-back untuk membantu serangan.
Pada saat melawan Jerman, pelatih asal Jerman ituamat mengandalkan bek kanan, Fabian Johnson, yang memang bermain ke sana ke mari dan memiliki kecepatan. Namun kala menghadapi Belgia, Johnson akan diminta untuk mengawal Hazard dan Vertonghen sekaligus. Alih-alih mencetak gol, siapa tau malah Amerika yang kebobolan.
Menghentikan Eden Hazard
Di lini belakang, Amerika tak akan mengalami banyak perombakan. Omar Gonzalez akan tetap mengisi pos bek tengah bersama dengan Matt Besler. Namun, andaikan Klinsmann cenderung bermain defensif dan ingin mematikan Hazard serta enggan mengambil resiko, ia mungkin akan kembali memainkan Geoff Cameron. Pemain bek tengah ini akan digeser sebagai full-back kanan.
Cameron dan Hazard tak asing untuk saling bersua. Cameron, yang membela Stoke City, sering berjumpa Hazard yang bermain di Chelsea. Kelebihan Cameron adalah mampu menghentikan dribbling yang jadi keunggulan Hazard.
Jika Cameron benar ditempatkan sebagai fullback kanan, maka Fabian Johnson akan dinaikkan menjadi gelandang sayap, serta Jermaine Jones ditempatkan ke tengah. Artinya, Klinsi akan mengorbankan striker Jozy Altidore untuk duduk di bangku cadangan.
Belgia dan Amerika sebenarnya sempat melakukan laga ujicoba internasional pada tahun 2013. Kala itu, Amerika yang bermain di Cleveland, mesti dipermalukan tim tamu dengan skor 4-2. Amerika kalah kekuatan di lini tengah, karena tak bisa memainkan Michael Bradley yang berperan sebagai gelandang bertahan. Alhasil anak asuh Wilmots mampu menyerang secara membabi buta dan sempat unggul telak 4-0.
Laga itu bisa menjadi gambaran bagaimana Belgia bisa memenangkan pertandingan. Andaikan Belgia bisa mengatasi trio gelandang Amerika --Jones, Bradley, Kyle Beckerman--, maka Hazard dkk mungkin akan mudah membobol gawang Tim Howard.
Gaya menyerang Belgia
Tingginya ekspetasi publik atas penampilan Belgia di Piala Dunia kali ini bukan tanpa sebab. Di babak kualifikasi Piala Dunia zona Eropa, mereka adalah satu-satunya tim yang tak terkalahkan dan memiliki rekor sempurna menang 8 kali, seri 2 kali, dan tak pernah kalah.
Kekuatan mereka tak ayal dari performa apik Christian Benteke sebagai seorang ujung tombak. Sayangnya, Benteke mesti absen di Piala Dunia akibat cedera yang dialaminya bulan April lalu.
Di Piala Dunia peran Benteke digantikan oleh Romelo Lukaku. Meski pun keduanya mirip secara fisik, pola permainan mereka berdua jauh berbeda. Benteke adalah sosok striker yang nyaman untuk menarik lini belakang lawan dengan mundur jauh ke tengah. Ini berbeda dengan Lukaku, yang lebih memilih bermain tinggi ketika Belgia menguasai bola di lini tengah.
Lukaku bekerja dengan baik di Everton karena The Toffees memanfaatkan ruang yang diciptakan oleh gerakan Lukaku dengan cara membebaskan full-back mereka naik jauh ke depan.
Berbeda dengan Everton, Belgia sama sekali tak bermain melebar. Dua sayap lebih cenderung akan cut inside dan berhadapan langsung dengan dua bek tengah lawan. Ketidakefektifan Lukaku itu yang memutuskan Wilmots lebih sering memakai jasa Origi ketimbang dirinya.
Kendati Hazard di Piala Dunia kali bermain tak sesuai performnya seperti bersama Chelsea, nyatanya Hazard tetap jadi kunci kekuatan Belgia untuk menyerang. Dua assist dari empat gol yang dibuat Belgia adalah penegas argumen itu. Klinsmann mesti berhati-hati untuk tidak membiarkan Hazard memegang bola di dalam dan di sekitar kotak penalti.
Tapi bukan hanya kemampuan Hazard saja yang harus diperhatikan. Suplai bola terhadap dirinya juga harus senantiasa diputus. Banyak pengamat berbicara bahwa performa buruk Hazard terjadi akibat minim suplai bantuan lini belakang untuk pemain Chelsea ini.
Belgia memang mengalami krisis full-back yang bisa menyerang. Selama ini mereka mesti memasukan Vertonghen dan Vermaelen, yang merupakan bek tengah, menjadi full-back. Ketidakhadiran full-back yang naik ke depan membuat Hazard kesulitan mengeksploitasi ruang untuk menggiring bola dan membuka peluang.
Untuk mematikan Hazard, Klinsmann akan memakai Cameron seperti yang dijelaskan di awal. Hanya saja, tak cukup sampai di sana, AS pun meski menghambat full-back atau poros ganda, entah itu Witsel atau Fellaini, untuk merapat ke Hazard.
Prediksi
Secara materi kualitas pemain, sulit untuk tidak mengunggulkan Belgia dari Amerika Serikat. Apalagi dengan bermain tidak meyakinkan saja Belgia mampu meraih tiga kemenangan di fase grup dari lawan yang levelnya nyaris setara dengan Amerika Serikat.
Tapi, dengan bertumpunya Belgia pada Hazard, tak menutup kemungkinan pada laga ini tak akan banyak gol tercipta. Kalau pun Belgia unggul, tidak dengan selisih gol banyak. Pasalnya Amerika mungkin tak akan gegabah. Mereka akan bermain sama seperti saat menghadapi Jerman dan Portugal, yaitu lebih memilih menunggu celah dan membiarkan lawan mengusai bola.
Jika Amerika ingin menang, maka ada titik yang bisa dimanfaatkan. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, Belgia memiliki kelemahan di bek sayap yang lambat mengantisipasi gerak lawan, minimnya dukungan pada Hazard, serta barisan pertahanan yang didera cedera. Jika Klinsmann memainkan kartunya dengan sempurna, maka bukan tidak mungkin Amerika akan mengejutkan semua orang.
====
* Pandit Football Indonesia Mengkhususkan pada analisis sepakbola, baik Indonesia maupun dunia, meliputi analisis pertandingan, taktik dan strategi, statistik dan liga. Keragaman latar belakang dan disiplin ilmu para analis memungkinkan PFI untuk juga mengamati aspek kultur, sosial, ekonomi dan politik dari sepakbola. Twitter: @panditfootball Facebook: panditfootballΒ Website: www.panditfootball.com.
(a2s/mrp)











































