Kejelian Inzaghi dalam Memanfaatkan Menez sebagai False Nine

Liga Italia: Parma 4-5 Milan

Kejelian Inzaghi dalam Memanfaatkan Menez sebagai False Nine

- Sepakbola
Senin, 15 Sep 2014 14:59 WIB
Getty Images/Marco Luzzani
Jakarta - AC Milan kembali melanjutkan tren positif setelah berhasil meraih kemenangan keduanya di Serie A. Bertandang ke stadion Ennio Tardini, Senin (15/9/2014) dinihari WIB, Milan sukses menekuk Parma dengan skor tipis 5-4. Gol-gol yang dicetak Giacomo Bonaventura, Keisuke Honda, Nigel De Jong, dan Jeremy Menez (2), hanya mampu dibalas Antonio Cassano, Felipe, Alessandro Lucarelli, dan gol bunuh diri Mattia De Sciglio.

Hasil akhir pertandingan menunjukkan betapa serunya laga ini berjalan. Kejar mengejar gol terjadi sejak babak pertama. Laga ini pun diwarnai dua kartu merah yang masing-masing diberikan pada kedua tim, Felipe (Parma) dan Daniele Bonera (AC Milan).

Pada laga ini, kekuatan Parma berkurang setelah Jonathan Biabiany tak dapat diturunkan lantaran cedera. Alhasil Roberto Donadoni memasang Abdelkadar Ghezzal untuk mengisi pos sayap kanan yang ditinggalkan Biabiany.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sedangkan tim tamu, Stephan El Shaarawy yang menjadi bintang kala Milan mengalahkan Lazio pun harus menepi karena cedera. Fernando Torres yang dikabarkan akan menjalani laga debutnya pun bernasib serupa setelah engkelnya terkilir saat menjalani latihan beberapa waktu lalu.



Serangan Sisi Kanan

Tanpa hadirnya El Sharaawy membuat AC Milan mengubah gaya bermainnya. Meski masih menggunakan formasi 4-3-3 seperti yang digunakan kala melawan Lazio, melawan Parma Rossoneri lebih berani menguasai bola dengan umpan-umpan pendek di area tengah lapangan.

Berbeda dengan pertandingan sebelumnya yang selalu mengandalkan balik. Skema serangan balik yang dipraktekkan Milan memang memerlukan sosok El Shaarawy yang memiliki kecepatan, dan Bonaventura yang menggantikan posisinya tak memiliki kelebihan tersebut.

Maka dari itu, fungsi Bonaventura pun berbeda dengan El Shaarawy. Jika biasanya El Sharaawy selalu menjadi target passing Milan dalam melakukan serangan sehingga Milan melakukan serangan dari sisi kiri, kali ini Milan lebih memilih sisi kanan dalam membangun skema serangan.

Bonaventura bertugas sebagai finisher ketimbang sebagai pelayan. Pemain yang baru didatangkan dari Atalanta ini jarang sekali terlihat menguasai bola di sepertiga akhir pertahanan Parma. Berbeda dengan sisi kanan di mana sisi tersebut dihuni oleh Honda yang lebih aktif menguasi bola dan rajin mengirimkan bola ke area kotak penalti.

Sisi kanan memang menjadi alternatif tepat bagi lini penyerangan Milan. Selain adanya Honda yang bisa menjadi pengatur serangan, sisi kanan pun dihuni Ignazio Abate yang rajin naik untuk membantu penyerangan. Maka tak heran bola terus digulirkan ke sisi ini.



Grafik umpan silang Milan sepanjang pertandingan yang didominasi lewat sisi kanan

Namun, serangan kanan ini terbukti efektif dengan dua gol yang terjadi pada babak pertama. Bonaventura yang mencetak gol pertama menerima umpan dari Honda, sedangkan gol kedua Milan diciptakan oleh Honda yang memanfaatkan umpan silang Abate.

Milan sendiri diuntungkan oleh lini pertahanan Parma yang begitu rapuh. Sepanjang 90 menit, lini pertahanan Parma hanya melakukan 7 kali clearance dan 6 kali intersep. Bandingkan dengan Milan yang melakukan 24 clearance dan 22 intersep.

Maka tak heran serangan demi serangan yang dilancarkan Milan selalu berhasil menghasilkan upaya tembakan ke gawang. Pada babak pertama, Milan mampu melepaskan tujuh tembakan yang tiga diantaranya berhasil menjadi gol.

Perubahan Strategi Parma

Parma menerapkan strategi serangan balik sebagai upaya untuk mencetak gol. Parma hanya bertahan menggunakan sembilan pemain. Satu pemain lain, Antonio Cassano, berada di area milik Milan ketika bertahan. Fungsinya adalah untuk menjadi target kala melakukan serangan balik.



Defense Parma, Cassano tak terlihat membantu pertahanan kala Milan menguasai bola

Namun, serangan balik ini tak begitu efektif karena bola jarang sampai ke kaki Cassano. Setelah Milan berhasil mencetak gol pertamanya, Parma pun mulai lebih bersabar dalam membangun serangan, meskipun tetap tak melibatkan Cassano ketika membangun tembok pertahanan.

Dengan skema ini, Parma berhasil keluar dari tekanan. Parma mulai bisa menyentuh area kotak penalti Milan setelah mengubah skema penyerangannya. Namun lagi-lagi skema ini pun masih bisa diantisipasi para pemain Milan yang cukup solid membangun tembok pertahanannya. Ketika bertahan, seluruh pemain ikut turun membantu pertahanan.

Gol yang diciptakan Parma sendiri tercipta karena lengahnya dua bek tengah Milan, Alex dan Bonera, dalam melakukan penjagaan. Pada momen tersebut, keduanya tak melakukan penjagaan sama sekali pada Belfodil dan Cassano yang berada di kotak penalti. Cassano yang mendapat umpan silang pun dengan leluasa mengarahkan bola hasil sundulannya ke area yang sulit dijangkau kiper Milan, Diego Lopez.



Respons Inzaghi Kala Bermain dengan 10 Pemain

Pada babak kedua, permainan keduanya semakin terbuka. Apalagi Parma mampu memperkecil ketinggalan lewat gol Felipe yang tercipta melalui skema sepak pojok. Jual beli serangan pun dilakukan kedua tim.

Namun petaka bagi Milan terjadi pada menit ke-58. Milan harus bermain dengan 10 pemain setelah ia menahan bola sepakan pemain Parma dengan tangannya. Hukuman kartu kuning pun menjadi kartu kartu merah karena pada babak pertama Bonera telah mendapatkan kartu kuning.

Inzaghi lantas cepat-cepat menambal lubang yang ditinggalkan Bonera dengan memasukkan Adil Rami yang menggantikan Honda. Di saat bersamaan, Alex pun digantikan oleh Cristian Zapata. Setelah Honda ditarik keluar, Milan menggunakan formasi 4-1-3-1 dengan Bonaventura yang dimundurkan dan ditempatkan lebih sejajar dengan Andrea Poli dan Sulley Muntari di lini tengah. Milan tetap terus berusaha mencuri gol lewat Menez yang menjadi tumpuan dalam skema serangan balik.

Namun, bermain dengan 10 pemain nyatanya tak membuat Inzaghi menginstruksikan para pemainnya untuk bermain defensif. Milan tetap bermain pressing untuk mengacaukan serangan yang dibangun Parma.
Β 
Parma mulai balik mendominasi pertandingan. Serangan yang dilancarkan Parma pun lebih mudah untuk mencapai area kotak penalti Milan. Pressing yang dilakukan Milan beberapa berhasil ditembus oleh para pemain Parma yang lebih unggul jumlah pemain. Delapan tembakan pun berhasil dilepaskan sepanjang babak kedua (pada babak satu hanya melakukan satu tembakan).

Keberhasilan pressing Milan baru terbukti jitu pada menit ke-68. Ketika Parma sedang asyik melakukan serangan, Nigel De Jong berhasil merebut bola dari kaki Cassano yang mundur hingga ke tengah lapangan. De Jong pun dengan leluasa menggiring bola dari tengah lapangan tanpa hambatan berarti. Tendangannya pun berhasil membuat Mirante harus memungut bola dari gawang untuk keempat kalinya.

Unggul dengan skor 2-4 tak membuat Inzaghi puas dan melakukan strategi bertahan. Milan tetap mencoba bermain terbuka untuk meladeni serangan demi serangan yang dilancarkan Parma. Dan ternyata keberanian tersebut berakibat fatal ketika Lucarelli berhasil memperkecil ketertinggalan, lagi-lagi lewat skema sepak pojok.

Parma sendiri cukup jeli dalam melakukan serangan. Sadar sisi kanan pertahanan Milan sering kosong karena ditinggalkan Abate yang terus dan masih rajin membantu serangan meski dengan 10 pemain, bola terus digulirkan pada sisi sebelah kiri. Milan pun mulai kewalahan menghadapi serangan Parma yang seperti ini.



Grafik serangan Parma pada babak kedua yang condong ke sebelah kiri

Kekonsistensian Milan yang tak mengendurkan serangannya membuahkan hasil ketika Menez yang mendapatkan peluang untuk melakukan solo run, dijegal dengan keras oleh Felipe pada menit ke-77. Felipe yang menerima kartu kuning kedua pun akhirnya diganjar kartu merah sehingga membuat kedua tim bermain dengan 10 pemain.

Peran Menez-De Jong

Peran Menez pada laga ini memang begitu vital sehingga strategi serangan Milan yang mengandalkan kecepatan kala melakukan serangan berjalan dengan baik. Menez mampu menjadi pembagi bola sekaligus sebagai finisher meskipun hanya menyerang sendirian (apalagi setelah Milan bermain dengan 10 pemain).

Sebagai pembagi bola, Menez mencatatkan 96% keberhasil umpan sepanjang pertandingan. Bermain sebagai false nine ia bergerak kesana kemari untuk mencari bola. Ia bahkan tak ragu untuk mendekati area pertahanan Milan untuk menjemput bola atau pun membantu pertahanan.



Heatmap Menez sepanjang pertandingan yang menunjukkan ia pun sampai turun

Kecepatannya pun membuat lini depan Milan sejenak melupakan sosok El Shaarawy. Seperti El Shaarawy, Menez sering memilih sisi kiri sebagai jalur serangan untuk mencapai area kotak penalti. Gol ke-5 pun Milan diciptakan setelah Menez berhasil melewati para pemain bertahan Parma yang berada di sisi kanan. Pada golnya kelima ini ia bahkan mampu mengecoh kiper Mirante dengan dorongan bolanya yang menipu yang kemudian diakhiri dengan tendangan backheel.

Tak hanya Menez, peran De Jong di lini tengah pun cukup sentral. Ia berkali-kali mampu memutus serangan Parma yang coba dibangun lewat tengah. Tercatat pemain tim nasional Belanda ini melakukan enam intersep serta dua clearance untuk mengusir serangan Parma.

Selain menjadi pemotong serangan, aliran bola yang menjadi titik awal serangan Milan pun berjalan dengan baik. Pada laga ini, De Jong berhasil mencatatkan 91% keberhasilan passing. Di mana angka tersebut merupakan angka ketiga tertinggi, di bawah Alex dan Menez.

Kesimpulan

Filippo Inzaghi kembali membuktikan bahwa pasukannya patut diperhitungkan sebagai kandidat kuat scudetto. Lima gol yang bersarang ke gawang Parma menjadi bukti sahih bahwa lini penyerangan Milan memilki kekuatan mengerikan di mana Menez mampu memerankan false nine dengan baik.

Yang perlu menjadi catatan Inzaghi adalah, timnya yang sering kalah dalam duel udara. Tiga gol yang dicetak Parma semuanya tercipta karena kegagalan para pemainnya mengantisipasi umpan silang. Hal tersebut jelas perlu menjadi PR tersendiri bagi Inzaghi.

Pada laga ini, kemenangan Milan diakibatkan dari keberhasilan taktik Inzaghi baik dengan pemanfaatan Honda-Abate sebagai sumber serangan, maupun respons yang dilakukannya kala bermain dengan 10 pemain. Sedangkan bagi Parma, kordinasi buruk di lini pertahanan menjadi hal yang perlu menjadi perhatian besar bagi sang pelatih Donadoni.

====

*dianalisis oleh @panditfootball. Profil lihat di sini




(roz/a2s)

Hide Ads