Duel Skema yang Belum Sempurna

Liga Jerman: Bayern 2-1 Dortmund

Duel Skema yang Belum Sempurna

- Sepakbola
Minggu, 02 Nov 2014 14:33 WIB
Duel Skema yang Belum Sempurna
CHRISTOF STACHE / AFP
Jakarta -

Juergen Klopp memiliki ambisi besar dalam laga der klassiker yang berlangsung Minggu (02/11/2014) dini hari tadi. Kemenangan atas pemuncak klasemen, Bayern Munich, akan mengangkat moral tim di liga.

Di pertandingan tersebut, Dortmund tak menunjukkan tanda-tanda permainan tim peringkat bawah klasemen. Mereka menandingi serangan bertubi-tubi Bayern lewat pertahanan yang berlapis. Nahas, dua kesalahan di lini belakang berakibat fatal. Dortmund pulang dengan wajah tertunduk.

Dortmund pun kalah 1-2 dari sang rival, Bayern Munich. Dortmund sempat unggul lewat gol Marco Reus pada menit ke-31. Namun, keunggulan tersebut sirna setelah Robert Lewandowski mencetak gol pada menit ke-72 dan Arjen Robben pada menit ke-85 lewat tendangan penalti.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baik Klopp maupun Pep Guardiola menerapkan sesuatu yang berbeda musim ini. Ada perubahan secara taktikal di keduanya. Dortmund ingin lebih memperkuat pertahanan dan memaksimalkan serangan balik cepat. Sementara itu, Bayern mencoba memaksimalkan banyaknya gelandang kreatif yang mereka miliki.

Segala sesuatu butuh penyesuaian, begitu pula dengan Dortmund dan Bayern.Masih terlihat sejumlah celah yang terbuka.Bedanya, Bayern mendapatkan hasil akhir yang memuaskan, sementara Dortmund mengerikan.



Sisi Pertahanan yang Rentan

Pep kembali menggunakan formasi tiga bek. Namun, terlihat ada perubahan signifikan di lini tengah. Biasanya, dua wide midfielder mendampingi dua gelandang yang biasanya dihuni Xabi Alonso dan Phillip Lahm. Di pertandingan semalam, Pep hanya memasang tiga gelandang.

Hal ini untuk mengakomodasi peran Mario Goetze dan Arjen Robben di kedua sisi, serta Thomas Mueller yang bermain di belakang Robert Lewandowski.

Formasi ini nyatanya menimbulkan sedikit kekacauan di lini pertahanan Bayern. Dua wide midfielder yang biasanya ikut membantu pertahanan, kini tak terlihat perannya. Juan Bernat yang bermain di kiri, lebih sering memasrahkan sisi kiri pertahanan Bayern kepada David Alaba. Sementara Phillip Lahm berjuang di lini tengah bersama Xabi Alonso.

Apa yang menonjol dari pertandingan semalam adalah peran Alonso yang terlihat tidak maksimal. Biasanya, saat bertahan Benatia bergeser ke kanan, sementara Alaba ke kiri. Di tengah, Jerome Boateng duet dengan Alonso yang turun membantu pertahanan.

Artinya, ada empat pemain yang berdiri sejajar di area kotak penalti. Empat pemain tersebut tidak dimaksudkan untuk menahan langsung serangan lawan. Tugas tersebut diberikan pada Bernat, wide midfielder kanan, dan Phillip Lahm.

Kelemahan dari sistem ini adalah saat wide midfielder terlambat turun, kedua sisi pertahanan menjadi rawan untuk diserang.

Hal ini terlihat pada gol yang dicetak Marco Reus. Bola umpan terobosan Shinji Kagawa pada Aubameyang, tidak dapat dihentikan Alonso. Bola pun melengkung ke arah Marco Reus, yang dijaga Benatia. Bekas pemain AS Roma yang gemar mencetak gol melalui sundulan tersebut, gagal menahan umpan Aubameyang. Bola pun disundul Reus.

Dari sini terlihat bagaimana Alonso bersusah payah berlari dari tengah, menuju sisi pertahanan demi mengejar Aubameyang. Usahanya terbilang gagal karena ia memberikan jarak yang cukup jauh sehingga Aubameyang dapat dengan bebas memberikan umpan silang.

Di dalam kotak penalti, dua bek Bayern hanya menyaksikan bola melewati kepalanya. Sementara Benatia terlihat salah langkah dan kehilangan posisi saat bola diumpan ke arah Reus. Dua sisi pertahanan Bayern terlihat begitu rapuh. Ini juga disebabkan oleh Alonso yang tak bermain tak begitu maksimal dalam membantu pertahanan.

Eits, tapi jangan langsung menyalahkan Alonso. Pasalnya, sistem yang digunakan Pep dengan hanya menempatkan tiga gelandang dan satu gelandang serang, membuat adanya jarak yang teramat lebar di lini tengah Bayern.

Ini yang membuat Alonso yang kerap berdiri sejajar di lini pertahanan bersama tiga bek Bayern, kini menahan diri di tengah. Tujuannya tak lain agar bola muntah dari belakang, tak disambar langsung lini kedua Dortmund.


[kiri: Posisi Alonso di mana ia berdiri sejajar dengan tiga bek Bayern. Kanan: Posisi Alonso saat pertandingan menghadapi Borussia Dortmund di babak pertama]

Bisa dibilang, tugas Alonso amatlah berat. Ia mesti menjaga pertahanan, sekaligus berperan mengalirkan bola ke lini serang. Di pertandingan semalam, Lahm dipasang di kanan, sehingga area tengah praktis dibebankan pada Alonso. Jarak antara Alonso ke Thomas Mueller terlalu lebar sehingga ia menahan di tengah agar Dortmund tak menguasai area tersebut.

Di babak pertama, seperti yang terlihat dalam grafis di atas, Dortmund memanfaatkan satu sisi saja dalam menyerang. Ini yang membuat Mkhitaryan maupun Aubameyang kerap mendapatkan ruang gerak. Dengan serangan yang condong ke satu sisi, hampir semua gelandang Dortmund bergerak ke sisi itu. Artinya, ada surplus jumlah pemain, karena satu bek Bayern berdiri di sisi yang berlawanan.

Untungnya, hal ini hanya terjadi di babak pertama. Karena setelah memasuki babak kedua, serangan Dortmund seperti tak terpola.

Memaksa Bayern Berikan Umpan Silang

Klopp tahu benar betapa bahayanya pergerakan Arjen Robben baik saat mengirim umpan, atau langsung melepaskan tendangan. Di awal pertandingan, Klopp dengan jeli melihat pergerakan Robert Lewandowski yang kerap turun memberi alternatif serangan. Hal ini sebenarnya berdampak buruk bagi lini serang Bayern.


Heat Map Lewandowski kiri: babak pertama, kanan: babak kedua (Sumber: Squawka)


Lewandowski akan lebih mudah mencetak gol jika terus-terusan diberi suplai bola. Dalam hal ini, ia terbiasa memanfaatkan umpan silang atau umpan tarik dari kedua sisi.

Saat turun membuka ruang, pos di depan biasanya diisi Mueller. Ia bertugas menyambut segala umpan yang mengarah ke dalam kotak penalti. Malam tadi bukanlah malam terbaik Mueller di Bundesliga.

Mueller melakukan enam attemps, yang empat di antaranya mengarah ke gawang. Ia pun memberi dua key passes dan tiga umpan silang bagi rekan-rekannya. Dua attemps yang tidak mengarah ke gawang, sebenarnya adalah peluang terbaik Mueller. Saat tidak terjaga, ia tidak bisa mengontrol bola. Sentuhannya pun malah membuat bola melebar.

Dari grafis di atas, terlihat titik pergerakan Lewandowski hanya beberapa kali menyentuh kotak penalti. Sisanya ia bermain ke segala arah. Karena inilah, Klopp meminta dua poros ganda, Sven Bender dan Sebastian Kehl menahan serangan Bayern dari tengah secara habis-habisan.


Umpan Bayern Munich di sepertiga lapangan akhir


Strategi ini sukses. Bola pun selalu dikirimkan ke kedua sisi. Sesekali, Robben melakukan tusukan ke dalam dan melakukan tendangan. Namun, ia tak mendapatkan ruang yang nyaman dalam menembak sehingga bola tendangannya selalu bisa diantisipasi Roman Weidenfeller.

Apa yang membuat strategi ini terbilang sukses?

Tanpa penyerang bertubuh jangkung, sulit bagi Bayern memenangi duel bola udara dengan Matt Hummels ataupun Sokratis. Memang, beberapa kali umpan silang yang dikirimkan adalah umpan mendatar, tapi tetap saja kalau tidak diblok ya melesat melewati gawang tanpa bisa disambut pemain Bayern.





Berdasarkan data dari statszone, dari 21 umpan silang hanya enam yang mencapai sasaran. Namun, jika melihat grafis di atas terlihat dominasi warna merah (gagal) dan abu-abu (di-blok). Tidak ada garis berwarna biru yang berarti bola berhasil sampai tujuan.

Di dalam kotak penalti Dortmund, telah menunggu empat bek dan poros ganda. Ini yang menjadi jawaban mengapa Bayern kesulitan mengirimkan umpan silang. Hal tersebut karena mereka memang dipaksa untuk melakukan umpan silang karena Dortmund telah memiliki formula untuk mengatasinya.

Dampak Buruk Pergantian Pemain

Di awal babak kedua, Klopp mengganti Hummels dengan Neven Subotic. Seperti diketahui, kondisi Hummels jelang pertandingan masih belum fit karena tengah dalam masa penyembuhan cedera.

Setelah pergantian tersebut, terlihat adanya celah di lini pertahanan Dortmund. Subotic kerap maju meninggalkan posnya. Padahal, gelandang Bayern memiliki keunggulan dalam kecepatan.

Klopp pun membuat kesalahan dengan memasukkan Kevin Großkreutz yang menggantikan Shinji Kagawa. Padahal, dalam pertandingan tersebut Kagawa memiliki peran sentral dalam mengalirkan bola ke lini serang. Terlihat hingga akhir pertandingan Großkreutz hanya melakukan satu umpan!

Semenit sebelumnya, Pep memasukkan Ribery untuk menggantikan Mario Goetze. Dengan ini Robben ditarik ke tengah, sementara Mueller digeser ke kanan. Pep pun menginstruksikan Lewandowski berjaga di depan kotak penalti.




Proses gol pertama Bayern Munich

Hasilnya, satu umpan Ribery kepada Robben yang salah diantisipasi Subotic, menjadi berkah bagi Lewandowski. Melihat peluang terbuka lebar, ia melepaskan tendangan dari luar kotak penalti. Bayern pun menyamakan kedudukan.

Setelah gol tersebut, Bayern kembali meningkatkan intensitas serangan. Lagi-lagi, lewat Ribery di kiri, Bayern mendapat kesempatan membuka keunggulan. Beruntung bagi Bayern karena Subotic yang kalah langkah menarik kaus Ribery yang membuatnya terjatuh. Tanpa ragu, wasit menunjuk titik putih.

Pergantian pemain yang dilakukan Klopp terbilang tidak maksimal. Jika pergantian Hummels oleh Subotic karena sang pemain menderita cedera, hal tersebut bisa dimengerti.Melihat adanya penurunan kualitas, Klopp mestinya mengubah gaya permainan menjadi bertahan dan mempertahankan keunggulan hingga akhir. Namun, nyatanya tak begitu.

Sulit membandingkan visi bermain Großkreutz dengan Kagawa. Malah, dengan Mkhitaryan sekalipun, Kagawa lebih mampu mengendalikan situasi saat menyerang. Ia tahu kapan harus mengumpan, dan mesti mengumpan ke arah mana.

Lagi-lagi, pergerakan Ribery membuat Dortmund harus bertahan lebih lama di papan bahwa klasemen Bundesliga. Lewat kecepatannya, Ribery mampu memaksa Subotic menghentikannya lewat tarikan baju. Di gol kedua ini, kesalahan agaknya bisa ditujukan pada Subotic.

Pertama, ia gagal membuang bola, kedua, tentu saja menarik kaus Ribery. Malah, bisa dibilang kekalahan Dortmund adalah karena kesalahan yang dibuat Subotic.
Jika kesalahan terus-terusan terjadi dan berulang, maka pola baru Klopp ini tak akan pernah mencapai kesempurnaan.

Kesimpulan

Dortmund di musim ini terlihat berbeda dengan musim-musim sebelumnya. Tidak terlihat pressing ketat seperti yang biasa mereka peragakan pada final DFB Pokal tahun lalu misalnya. Namun, terlihat peningkatan ketahanan di lini belakang. Menghadapi Bayern Klopp seolah tahu strategi macam apa yang mesti digunakan.

Klopp menyimpan Mkhitaryan di kanan dan Reus di kiri. Di tengah, Shinji Kagawa bertugas mengalirkan bola. Nyatanya, di lapangan Mkhitaryan tak selamanya bergerak di kanan. Ia malah bergeser ke sisi sebaliknya. Rupanya, Dortmund menerapkan skema serangan dengan fokus pada satu sisi saja. Ini yang membuat lini pertahanan Bayern terlihat lebih terbuka.

Di pertandingan semalam, terlihat Alonso tidak menampilkan permainan dan penempatan posisi terbaiknya. Ini karena jarak antar lini yang terlalu lebar, yang membuatnya sering menahan diri untuk tidak membantu serangan. Jika Alonso berdiri sejajar di lini belakang, maka Dortmund akan dengan mudah menguasai lini tengah.

Di sepanjang pertandingan, Bayern dipaksa mengalirkan bola ke sayap dan mengirimkan umpan silang. Hasilnya jelas buruk. Tidak ada satupun yang menghasilkan gol. Malah, dari 21 percobaan, hanya enam yang mencapai sasaran.

Sementara itu, di babak kedua Dortmund seolah kehilangan ritme, terutama setelah ditariknya Hummels dan Kagawa. Di sisi lain, Pep memantapkan serangan mereka dengan memasukkan Ribery dan menempati sayap kiri.

Masuknya Ribery membuat Lewandowski fokus menjadi ujung tombak serangan. Lain halnya dengan Goetze atau Mueller, Ribery dan Robben punya keunggulan baik itu memberi umpan silang, menendang langsung dengan menusuk ke dalam, hingga adu sprint dengan bek lawan.

Kesempurnaan pertahanan Dortmund akhirnya runtuh juga karena dua kali kesalahan yang dilakukan Subotic. Secara mental, kekalahan ini tidak bisa diterima karena mereka kalah dari rival terberat di liga. Secara poin, tentu saja, mereka makin terjerembab di zona degradasi.

Meski menang, Pep mesti berterimakasih pada Klopp yang membongkar kelemahan di lini tengah mereka. Memasang tiga gelandang serang dan satu penyerang berarti mengorbankan lini tengah mereka. Kecuali Pep mengorbankan posisi wide-midfielder dan mengubahnya sebagai gelandang tengah.

Jika melihat pertandingan semalam, tak ada yang salah dengan taktik yang digunakan Klopp di awal pertandingan. Malah, Dortmund terlihat bermain lebih tenang, terutama kala membangun serangan. Mereka berhasil memanfaatkan kelemahan di skema tiga bek Bayern. Kesalahan yang dilakukan Klopp hanyalah memasukkan orang yang salah.


===

* Dianalisis oleh Pandit Football Indonesia. Profil lihat di sini.

(raw/raw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads