Masalah di Lini Belakang MU dan Minimnya Kreasi Pemain Sayap City

Liga Inggris: Man City 1-0 Man Utd

Masalah di Lini Belakang MU dan Minimnya Kreasi Pemain Sayap City

- Sepakbola
Senin, 03 Nov 2014 17:58 WIB
Shaun Botteril/Getty Images
Jakarta -

Langit kota Manchester tampak semakin biru setelah selama bertahun-tahun sebelumnya terus didominasi warna merah. Sebabnya, sudah empat pertemuan terakhir Manchester City berhasil mengalahkan Manchester United.

Pembelian pemain bintang hingga mendatangkan pelatih top seperti Louis van Gaal juga belum cukup bagi MU mengembalikan kejayaannya. Kalah empat kali beruntun melawan City terakhir terjadi pada tahun 1970, sungguh tragis.

Secara permainan MU juga tidak dalam kondisi yang baik dalam pertandingan kali ini, terutama pada babak pertama. Wayne Rooney dkk sering kali kesulitan memasuki kotak penalti City dan malah menerima serangan bertubi-tubi dari lawannya itu, yang mampu memanfaatkan garis pertahanan tinggi yang dipasang Van Gaal. Petaka terjadi setelah Chris Smalling menerima kartu kuning kedua pada menit ke-39. Praktis hingga akhir pertandingan "Setan Merah" lebih banyak mengandalkan serangan balik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beruntung David De Gea tampil mengesankan. Ia beberapa kali menghalau peluang yang berasal dari Jesus Navas ataupun Sergio Aguero. Kiper Spanyol ini pun semakin menunjukkan kematangan dengan pengambilan keputusan yang tepat, dengan tahu kapan harus keluar dari kotaknya dan kapan harus menjaga di tempat.

Hal ini berbeda dengan tuan rumah yang bermain secara konsisten, baik menyerang ataupun bertahan. Manuel Pellegrini mengandalkan kedua kekuatan sayapnya serta duet lini tengah Toure dan Fernando.

Diganggu Cedera

Kedua tim tidak dapat memainkan komposisi terbaiknya dengan alasan cedera. City harus kehilangan David Silva dan Frank Lampard, sedangkan MU bermain tanpa Radamel Falcao, Phil Jones, Rafael, serta Ashley Young.

Kehilangan Silva seharusnya menjadi masalah besar bagi City, karena sebagai kreator serangan perannya sangat dibutuhkan untuk memberi suplai bola ke Aguero. Namun, kombinasi Yaya Toure dan James Milner di lini tengah terbukti mampu memberikan umpan-umpan terobosan yang bisa membuat penyerang Argentina tersebut lepas dari penjagaan lawan. Sedangkan untuk Lampard tak terlalu masalah karena masih ada Fernando atau Fernandinho, posisinya juga bukan pemain utama.

Pada laga ini MU terlihat tak terlalu bermasalah terkait absennya beberapa nama di atas. Valencia yang didapuk menjadi bek kanan bahkan bermain paling baik di antara empat pemain bertahan lainnya.

Karena Rooney dipastikan sembuh dari cedera yang diterima saat latihan, Van Gaal mengambil keputusan untuk memasangnya dari menit awal dan mencadangkan Juan Mata. Ia tampaknya ingin bertaruh pada rekor baik Rooney sebagai pencetak gol terbanyak United di derby Manchester sepanjang massa dengan torehan 11 gol.


[Susunan Pemain Kedua Tim. Sumber: whoscored]

Kurangnya Gelandang Kreatif MU

Manchester United sempat melakukan kendali permainan sebelum Smalling diusir wasit pada menit ke-39. Melalui duet Daley Blind dan Rooney di tengah keduanya berduet menjadi poros umpan permainan United, membagi bola ke kedua sayap. Namun, satu hal yang terlihat aneh adalah posisi Maroune Fellaini yang nyaris sejajar dengan Robin Van Persie. Justru tugas menjemput bola diserahkan kepada Rooney. Pergerakan pemain Belgia ini juga terlalu statis dengan banyak berdiam di dekat kotak penalti.

Strategi ini juga terasa masih mengganjal karena MU tidak memainkan bola-bola panjang atau melakukan banyak crossing. Akibatnya bola terus mengalir di kaki pemain MU namun tidak sampai ke kotak penalti lawan.

Angel di Maria yang diharapkan melakukan tusukan-tusukan ke kotak penalti seperti yang ditunjukan pada awal musim, juga tak terlihat. Formasi dengan lima gelandang membuat Di Maria yang ditaruh di posisi sayap tak punya banyak ruang untuk masuk ke tengah.

Masalah ini bukan yang pertama terjadi, karena sempat terlihat pada dua pertandingan sebelumnya melawan Chelsea dan WBA.

Di bangku cadangan sebenarnya masih ada Juan Mata dan Ander Herrera. Mungkin saja insiden kartu merah pada babak pertama mengubah rencana arsitek asal Belanda tersebut dalam upaya memenangi laga. MU tidak memiliki gelandang kreatif yang berani menggiring bola atau memberi umpan terobosan ke kotak penalti. Pertahanan yang dibangun oleh City sudah terbukti gagal ditaklukan.


[Grafis Umpan MU babak pertama, jarang mencapai sepertiga akhir. Sumber: squawka]

Garis Pertahanan Tinggi

Van Gaal cukup berani memainkan garis pertahanan tinggi menghadapi City. Seperti yang kita tahu, Aguero punya kecepatan dan pergerakan individu yang mumpuni. Pada babak pertama saja ada tiga peluang yang didapatnya di kotak penalti MU. Salah satunya bahkan tinggal berhadapan dengan De Gea.


[Rataan Posisi Pemain MU Babak Pertama, Garis Pertahanan Tinggi]

Sepertinya strategi ini ditujukan untuk bisa menguasai lini tengah. Valencia maupun Luke Shaw juga aktif dalam membangun permainan dengan terlibat dalam umpan-umpan pendek di lini tengah.
Garis pertahanan tinggi ini yang dimanfaatkan Pellegrini untuk melakukan serangan melalui sayap. Namun perhatian lebih banyak dilakukan ke sisi kiri yang dihuni Millner dan Aguero. Sisi ini kemudian yang terus menerus β€œdihajar” oleh tuan rumah. Baik gol maupun kartu merah juga berasal dari sisi ini.

Namun, ini bukan karena Valencia yang menjaga pos bek kanan bermain buruk. Kartu kuning kedua yang diterima Smalling terjadi karena Fellaini kehilangan bola di daerah pertahanan MU. Ini membuat lini belakang tak sempat membentuk pertahanan, sehingga Smalling terpaksa mengambil risiko tekel walaupun terlambat.

Sedangkan gol semata wayang yang dicetak Aguero terjadi karena Di Maria berusaha memotong bola dengan sliding tackle dan gagal. Valencia sendiri berada di dalam kotak penalti karena strategi bertahan yang dilakukan Van Gaal menumpuk semua bek di dalam kotak penalti.

Formasi 4-4-2 Klasik Pellegrini

Pertandingan kali ini bukanlah pertama kalinya City memakai formasi 4-4-2. Selain 4-2-3-1, skema ini termasuk paling banyak dipakai sejak musim lalu. Tetapi Pellegrini akan menyelipkan salah satu pemain sayap yang punya kemampuan membagi bola atau mencetak gol.

Absennya Silva membuat peran tersebut menjadi hilang. Pellegrini juga memarkir Samir Nasri karena belum sembuh benar karena cedera. City kemudian menyerang dengan lebih banyak memaksimalkan kedua sayap melalui umpan-umpan silang.

Sebenarnya The Citizens punya keuntungan memakai skema tersebut, terutama dalam hal bertahan. Kedua sayap menjadi kokoh menahan gempuran Januzaj dan Di Maria yang lebih banyak menyisir lapangan. Satu-satunya gol yang tercipta dalam laga kali ini juga lahir melalui proses umpan silang.

Kelemahannya adalah City tak bisa lagi melakukan penguasaan bola dan menyerang dengan lebih banyak mengandalkan kecepatan sayap. Sekali lagi, Vincent Kompany dkk mendapat keuntungan dari MU yang bermain 10 orang. Karena setelah itu mereka dapat bermain dominan meski hanya mencetak satu gol.

Toure yang sebelumnya banyak membantu Fernando untuk menjaga pertahanan juga bisa aktif menyerang dan kembali menjalankan tugasnya sebagai pembagi bola.

Lini Belakang MU Semakin Keropos

Van Gaal menjadi orang paling pusing di Stadion Etihad kali ini. Ia tidak dapat dengan leluasa melakukan pergantian taktik dan justru harus melakukan tambal sulam karena kartu merah dan cedera.

Saat kartu merah Smalling, Van Gaal mengganti Januzaj dengan Michael Carrick. Tetapi pemain yang baru kembali pasca cedera panjang tersebut justru dijadikan bek tengah berduet dengan Rojo. Padahal masih ada Blind yang memang punya kemampuan baik sebagai bek tengah.

Beberapa waktu lalu, Van Gaal pernah mengatakan bahwa dia tidak akan memainkan dua bek kidal secara bersamaan. Petaka kedua muncul pada babak kedua ketika Rojo cedera dislokasi bahu sehingga harus ditarik keluar dan digantikan oleh McNair.

Di babak kedua Van Gaal memutuskan bermain bertahan dengan sesekali serangan balik. Semua gelandang menumpuk di depan kotak penalti dengan keempat bek bermain sempit. Namun taktik ini terbukti sukses karena pemain City pun tak mampu memanfaatkan ruang di sayap. Satu-satunya kelengahan MU adalah ketika Aguero berhasil mencetak gol berkat umpan silang dari Clichy, dengan memaksimalkan kekuatannya yaitu menyambar bola di kotak penalti.

Kesimpulan

Hasil laga kali ini memang tak bisa dipisahkan dari insiden kartu merah Smalling. Van Gaal bahkan menyebut tindakan tersebut bodoh, karena setelah menerima kartu kuning pertama dia masih mengambil risiko pada kejadian kedua.

Sedikit banyak hal tersebut juga mempengaruhi pemilihan taktik Van Gaal. Karena jika melihat masalah babak pertama, masih ada solusi di bangku cadangan bernama Juan Mata dan Ander Herrera. Belum lagi ia harus tambal sulam pergantian akibat kartu merah tadi dan cedera Rojo.

Sementara bagi Man City kemenangan mutlak menjadi milik tuan rumah. Bahkan sebelum kartu merah pun pasukan Pellegrini masih unggul dalam hal menciptakan peluang. Sang arsitek juga menyebut timnya layak mendapatkan paling tidak tiga penalti dalam laga kali ini. Meski akhirnya tidak satu pun yang "dikabulkan" oleh wasit.

Van Gaal juga masih harus memikirkan peran untuk Di Maria. Menempatkannya hanya untuk menyisir sayap jelas satu bentuk kerugian. Terakhir kalinya ia diberi kebebasan saat menghadapi Everton, satu gol dan assist berhasil disumbangkannya untuk membawa MU meraih kemenangan.


===

* Dianalisis oleh Pandit Football Indonesia. Profil lihat di sini.

(a2s/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads