Para Penghindar Pajak di Lapangan Hijau

Para Penghindar Pajak di Lapangan Hijau

- Sepakbola
Jumat, 29 Nov 2013 09:51 WIB
Getty Images
Jakarta - Tak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian dan pajak. Demikian pikiran yang pernah dilontarkan oleh Benjamin Franklin dan Daniel Defoe.

Menurut mereka, seorang manusia tidak mungkin menghindari kematian sebagaimana ia juga tak mungkin mengelak dari beban pajaknya semasa hidup. Tapi mungkin saja mereka berdua tidak kenal klub-klub dan para pemain sepakbola.

Dari kasus yang melibatkan Presiden Bayern Munich, Uli Hoeness, terkuak bahwa isu penggelapan pajak memang telah menjadi hal yang lazim dalam dunia sepakbola. Mulai dari pemain, pelatih hingga klub terkadang dengan secerdik mungkin menghindari kewajibannya itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umumnya ini terjadi karena besarnya beban yang harus dibayarkan. Dengan tingginya gaji yang diterima oleh para pelaku sepakbola, tentu pajaknya pun akan tinggi nilainya. Well, siapa yang rela berpisah dengan pundi-pundi uangnya, bukan?

Sama halnya seperti organisasi ataupun perusahaan, pemain dan pelatih tentunya mengharapkan laba maksimal dari penghasilan mereka. Adanya anggapan bahwa pajak merupakan suatu beban juga turut menyebabkan isu ini tak pernah lepas dari sepakbola.

Oleh karena itulah, terkadang pajak sampai mendikte nasib para pesepakbola. Pemain seperti David Beckham atau Xabi Alonso akan melihat besaran penghasilan setelah pajak yang akan didapatkan, ketika hendak memutuskan hengkang dari klub asalnya. Juga dengan beberapa aktor dalam lapangan hijau seperti Lionel Messi, Wayne Rooney, Ashley Cole. Bahkan, hingga klub sekaliber Real Madrid dan Barcelona pun ingin menghindari pajak yang tinggi.
Β 


Maka, tidak heran jika mereka yang terlibat dalam industri sepakbola menggunakan jasa konsultan pajak. Dengan teliti mereka merancang skema untuk meminimalisir kewajiban pajaknya.

Saking cerdiknya, beberapa perencanaan pajak yang telah "dikutak-katik" itu mungkin dapat dikatakan disusun secara jujur dan sah. Akan tetapi, selalu saja terdapat pelanggaran. Terlebih jika perencanaan tersebut dilakukan dengan melanggar etika dan undang-undang yang berlaku.

Ilmu perpajakan sendiri mengenal bahwa penggelapan pajak merupakan bagian dari tax evasion, atau suatu upaya untuk menguntungkan organisasi dengan mengurangi beban pajak. Akan tetapi, terdapat pelanggaran yang diterapkan dalam upaya tersebut. Karenanya penggelapan pajak merupakan suatu tindak pidana.

Penggelapan Pajak dari Hasil Image Rights

Pada lingkup pemain, contoh kasus pajak yang populer adalah yang menimpa Lionel Messi. Sebagaimana diketahui, pemain terbaik dunia 3 kali berturut-turut ini, di luar dari penghasilannya sebagai pemain, memiliki suntikan dana segar dari penjualan image rights. Pemasukan dari image rights inilah yang berusaha disembunyikan Messi dengan cara mengalirkan arus kas kepada suatu perusahaan.

Melalui skema membentuk perusahaan non-residen, para pesepakbola dapat mengakui pendapatan image rights sebagai dividen perusahaannya. Dengan cara ini, pemain dapat menghindar dari pajak yang dibebankan. Ini karena umumnya aturan pajak tidak mengakui dividen dari perusahaan non-residen sebagai objek pajak.

Perusahaan non-residen hanya dikenakan tarif pajak penghasilan atas aktivitas perusahaan. Nilai tarif pajaknya pun lebih kecil jika dibandingkan dengan pajak penghasilan atas individual/pribadi. Dengan cara tersebut, tentunya beban pajak yang dibayarkan akan berkurang nilainya, jika dibandingkan mengalirkan kas langsung ke saku pribadi Messi.

Satu kesalahan Messi yang menjadikan dirinya harus terlibat dengan otoritas pajak adalah ia menyembunyikan pemasukannya dari beberapa perusahaan yang ia miliki di Uruguay, Swiss, Belize, dan Inggris.

Di Inggris sendiri pajak perusahaan pribadi hanya dikenai tarif pajak sebesar 28%, jauh berbeda dengan pajak penghasilan pribadi (individual) yang mencapai 50%. Ini menyebabkan Wayne Rooney, Theo Walcott, Gareth Barry, dan beberapa pemain Inggris lainnya coba mengakali hal ini.

Dengan skema yang kompleks dalam perencanaan pajak ini, mereka dapat menghemat sebesar 2% dari pajak yang dikenakan. Rooney, yang menggunakan jasa konsultan pajak, bahkan mampu menghemat pengeluaran atas beban pajaknya hingga 600 ribu pounds pada tahun 2010 dan 2011.

Prihal penghematan pengeluaran pajak ini, the Sunday Times pernah melakukan investigasi. Mereka berhasil menemukan bahwa beberapa pesepakbola mampu menghemat pengeluaran pajaknya sebesar 2%, sebanyak 55 pemain lainnya juga mampu mengirit pembayaran pajak hingga sebesar 22%.

Bahkan, baru-baru ini Manuel Pellegrini dapat dikatakan melakukan penghindaran pajak yang lebih ekstrim. Melalui metode skema perencanaan pajak yang sama, Pellegrini mengalokasikan 20% pendapatannya ke dalam image rights. Dengan adanya aturan perpajakan yang baru di Pulau Guernsey, Pellegrini pun membangun perusahaan image rights di daerah tersebut.

Guernsey sendiri akan memberikan manfaat pajak maksimum bagi perusahaan yang berada pada wilayah tersebut. Terlebih lagi, selama objek pajak bukan penduduk Guernsey, maka pendapatan tidak akan dikenankan berbagai pajak, seperti pajak penghasilan, pajak daerah, pajak warisan dan pajak kematian lainnya, PPN, pajak barang dan jasa, pajak tidak langsung dan transfer modal.

Ditambah lagi pajak korporasi di Guernsey ada pada tingkat nol persen. Bandingkan jika Pellegrini membangun perusahaan di Manchester. Ia tentu tak mampu menghemat 50% dari beban pajak penghasilannya.

Pengaruh Pajak dalam Menentukan Klub

Selain menggunakan image rights untuk menghindari pajak, cukup banyak pemain yang melihat tarif pajak di suatu negara ketika memutuskan untuk pindah klub.

Perpindahan Cristiano Ronaldo, dari Manchester United menuju Real Madrid, jadi salah satu kasus yang lazim dijadikan contoh tentang pengaruh pajak dalam menentukan klub.

Kronologisnya, pada tahun 2009 adanya aturan Beckham Law yang berlaku di Spanyol turut mendasari perpindahan Ronaldo ke Real Madrid. Dengan adanya Beckham Law, Ronaldo sendiri hanya cukup dikenakan tarif pajak sebesar 24% dari laba yang ia dapatkan. Berbeda sekali kala dengan berkarier di Inggris, yang akan dikenakan tarif hingga sebesar 50%.

Berbeda dengan Ronaldo, Guus Hiddink yang sempat terlibat kasus penggelapan pajak memilih Anzhi Makachkala dalam meneruskan karier kepelatihannya. Ini karena pajak yang dibebankan kepada mantan pelatih PSV Eindhoven tersebut akan ditanggung oleh pihak klub.

Hiddink yang awalnya meminta gaji 15 juta euro per musim langsung mengubah pikirannya. Ia menerima tawaran gaji bersih setelah pajak sebesar 10 juta euro.

Dari Penghasilan dan Jual Beli Pemain

Dalam skala klub, boleh dikatakan pajak memiliki beban yang kecil, terlebih jika dibandingkan dengan beban gaji pemain. Akan tetapi, di tengah gencarnya usaha klub dalam meraih pendapatan dan mencari laba semaksimal mungkin, faktor beban pajak cukup menjadi pengganjal dalam kinerja laporan keuangan suatu klub.

Bagi beberapa klub yang tidak menghasilkan laba, tentu beban pajak sendiri tidak akan terlalu berpengaruh. Ini karena pajak tidak akan dipungut apabila perusahaan tidak mendapatkan laba pada periode laporan keuangan tertentu.

Namun, akan berbeda sekali dengan kondisi klub yang sedang dililit utang. Laba maksimal tanpa beban pajak tentunya dapat dialokasikan guna membayar utang yang menumpuk. Sebagaimana halnya yang berlaku pada Manchester United.

United mampu membayar hutang Glazer sebesar 48 juta pounds pada musim 2012-2013, dari laba kotor yang mencapai angka 146 juta pounds. Angka tersebut merupakan porsi kedua terbesar untuk beban pengeluaran di bawah finance cost senilai 71 juta pounds. Executive Vice Chairman Manchester United Edward Woodward pun berujar, "Kami sangat bangga dengan hasil kami pada tahun fiskal 2013."

Namun, dapat dikatakan, hasil tersebut tak lepas dari cara United untuk menghindari pajak.

Selain dengan melakukan Initial Public Offering, Manchester United mampu memaksimalkan laba karena rendahnya beban pajak karena terdaftar di Kepulauan Cayman. Area ini masih merupakan bagian dari teritori Britania Raya, dan berada pada wilayah barat, Laut Karibia. Dengan memanfaatkan kebijakan tax haven di Kepulauan Cayman, tentu United mampu melakukan penghematan pajak.
Β 


Tak hanya menyangkut penghasilan, pajak juga harus dibayarkan dengan klub berkaitan dengan proses jual-beli pemain. Setidaknya itu yang dirasakan Paris Saint-Germain terkait akan aturan pembebanan tarif pajak sebesar 75% bagi pesepakbola yang mendapatkan gaji di atas 1,35 juta euro.

Bagi PSG sendiri, dengan adanya 10 pemainnya yang menerima gaji di atas 1 juta euro, tentunya pengeluaran klub akan membesar. Apalagi ini dikarenakan pemain meminta penghasilan bersih tanpa pajak dari klub. Bahkan, menurut sumber dari Paris Saint-Germain sendiri, pengeluaran klub diestimasi membengkak hingga 30%, apabila tarif pajak yang baru akan dikenakan.

Jelas suatu hal yang tak adil bagi Paris Saint-Germain. Apalagi, AS Monaco, yang notabene merupakan klub saingan PSG dalam kompetisi Ligue 1, mendapatkan kompensasi yang berbeda. Sebagaimana telah banyak diketahui, Monaco membebankan tarif pajak yang kecil karena sistem kekerajaan yang berbeda dengan daerah Prancis lainnya.

Penghindaran Pajak Dalam Usaha Membantu Klub

Apabila menyinggung Real Madrid dan Barcelona dalam kasus penghindaran pajak, tidak selamanya kasus ini semata-mata hanya menguntungkan pihak pemerintah saja. Dalam kasus ini, kubu kerajaan Spanyol yang diwakili oleh Madrid dan kubu Catalunya yang diwakilkan oleh Barcelona, dapat dikatakan memberikan keringanan atas beban pajak yang dikenakan kepada kedua klub.

Dengan bentuk badan usaha sebagai yayasan, sebagaimana organisasi nirlaba pada umumnya, tentu pemerintah tidak akan memberikan tarif beban pajak yang terlampau tinggi. Di Spanyol sendiri, ada Real Madrid, Athletic Bilbao, Osasuna dan Barcelona yang berada pada jalur ini.

Semua semata-mata dilakukan demi mendukung kegiatan klubnya. Karena umumnya, selain sebagai sarana hiburan bagi masyarakat kelas pekerja, sepakbola di Spanyol merupakan suatu simbol perlawanan atas kerajaan ibu kota.

Didasari hal itu, klub yang merupakan simbol perlawanan atas kerajaan Madrid diberikan keringanan khusus dalam beban pajak, agar klub dapat meningkatkan daya saing dengan memperkuat sektor perekonomian.

Sepakbola memang tidak pernah dapat dilepaskan dari urusan sepakbola. Terlebih kini sepakbola telah menjadi ladang bisnis yang cukup menjanjikan bagi para investor. Dan ketika ada aktivitas bisnis yang menghasilkan laba, disitulah otoritas pajak akan selalu terlibat di dalamnya.

Ketika uang dan keuntungan terlibat, maka saat itu juga skema untuk menghindari pajak akan terjadi. Semuanya tidak dapat dihindari. Maka, boleh kiranya pameo itu diralat menjadi: Tak ada yang pasti di dunia ini, kecuali kematian, pajak, dan pengemplang pajak.

====

*akun Twitter penulis: @shralys dari @panditfootball


(roz/a2s)

Hide Ads