Dua laga awal memang belum bisa menjelaskan segalanya. Namun dua laga perdana Persipura Jayapura musim ini, yang berakhir dengan sebuah hasil seri dan sebuah kemenangan, menyiratkan bahwa mereka masih belum bisa lepas dari beban ambisi sebagai juara bertahan: mematahkan misteri tak pernah ada yang bisa mempertahankan juara di Liga Indonesia.
Sejak Persib Bandung menjuarai Liga Indonesia edisi perdana pada 1995, sampai sekarang berubah format menjadi Indonesia Super League (ISL), tidak pernah ada tim juara yang berhasil mempertahankan gelar juaranya. Tak ada satu pun klub yang berhasil menjadi juara Liga Indonesia dua musim berturut-turut.
Berbicara tentang misteri juara di liga Indonesia, tim Mutiara Hitam ini memang menarik untuk dibicarakan. Selain belum bisa menjadi juara dua musim berturut-turut, gelar juara yang direbut memiliki pola tersendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menjadi juara di tahun ganjil itu kemudian diteruskan Persipura di era Indonesia Super League (ISL). Ditangani Jacksen F Thiago yang datang menggantikan Raja Isa, juara dipastikan datang ke Persipura setelah lagi-lagi mengalahkan Persija 3-1 pada 17 Mei 2009. Jacksen pula yang mengantarkan Boaz Solossa dkk., finis dengan unggul delapan poin atas Arema Indonesia di ISL 2011 yang berakhir 11 Juni 2011. Trofi ISL ketiga yang diangkat di Gelora Bangkalan Madura juga terjadi di tahun ganjil, yakni 5 September 2013.
Misteri selanjutnya, entah kenapa torehan juara Persipura di ISL selalu diraih dalam selang dua tahun. Bahkan ada yang mengaitkan torehan gelar juara mereka dengan pola tahunan 4-2-2-2 raihan cincin juara San Antonio Spurs di NBA. Spurs menjadi juara 1999, 2003, 2005 dan 2007. Sementara Persipura, 2005, 2009, 2011, 2013. Kaitan yang terlihat lucu. Sebab seolah mengajak Persipura untuk mengikuti jejak Spurs puasa gelar selama tujuh tahun hingga saat ini.
Misteri-misteri tersebut hanyalah bungkus luar. Persipura sejatinya diselimuti pertanyaan besar yang tak kunjung terjawab, "Bagaimana bermain lepas tanpa status juara bertahan?" Ya, tim asal Bumi Cendrawasih ini acap kali terbebani dengan gelar juara yang diraih di musim sebelumnya.
Usai merebut gelar juara Ligina V 2005, euforia menerbangkan mereka. Gelar itu membuat Persipura jemawa di tahun berikutnya. Alih-alih mencari pengganti sepadan atau lebih tinggi dari Rahmad Darmawan yang hengkang ke Persija, mereka merekrut Antonio Gonzaga Netto. Hasilnya? Jeblok!
Pelatih asal Brasil yang dalam tiga musim sebelumnya mengantarkan dua gelar Malaysia Premier One untuk Perak FA itu tak bisa berbuat banyak. Jangankan membawa Persipura lolos final atau Babak Delapan Besar, Persipura hanya mampu finis di peringkat 8 dari 14 klub peserta Wilayah Timur Ligina 2006.
Euforia berlebih itu kemudian diminimalisir Jacksen yang mulai mengantarkan Persipura menjuarai ISL di musim 2009. Mutiara Hitam terhitung tampil stabil. Walau gagal mempertahankan gelar juara, di tangan Jacksen setidaknya Persipura tak pernah keluar dari zona perebutan juara. Jika tak juara, ya runner-up. Namun, seperti yang sudah disebutkan di atas tadi, Jacksen hanya meminimalisir. Beban sebagai juara bertahan tetap ada saat mengawali musim.
Pada musim 2009-2010, Persipura memang tampil digdaya di pertengahan hingga akhir kompetisi. Mereka berhasil mencetak rekor tak terkalahkan selama 20 laga, termasuk menghajar Arema Indonesia 4-1, saat kedua tim sama-sama menyisakan lima laga. Hanya saja Persipura tetap tak bisa mempertahankan gelar. Start buruk Persipura yang membuat Arema melenggang ke tangga juara. Arema yang tak terkalahkan pada sembilan laga awalnya, tak bisa dikejar Persipura yang tertinggal 6 angka di akhir musim.
Beban juara kembali menghambat Persipura usai menjadi juara ISL 2010-2011. Laga perdana sang juara bertahan di musim 2011/2012 yang berlangsung pada 1 Desember 2011 di Stadion Mandala hanya berakhir satu angka. Mereka ditahan Persiba Balikpapan 3-3. Jacksen kemudian membangkitkan lagi Persipura di pertengahan musim kendati gelar juara akhirnya jatuh ke tangan Sriwijaya FC. Mutiara Hitam harus rela kembali menjadi runner-up.
Membedah Kekuatan Persipura Musim Ini
Dengan melihat dua laga awal pada ISL 2014 ini, penyakit Persipura seperti yang sudah-sudah belum hilang. Perolehan empat poin Persipura dari dua laga awal musim ini memang lebih baik ketimbang saat menjadi juara musim lalu dengan dua angka dari dua laga perdana. Tapi, dua angka musim lalu itu diraih saat mereka away melawan Persib Bandung dan Persita Tangerang. Sementara kini dua laga itu tercipta di kandang. Dan, salah satu tim yang menahan mereka 2-2 di Stadion Mandala adalah tim yang musim lalu mereka hajar 4-0 di tempat yang sama, Persepam Madura United.
Kebobolan dua gol di Stadion Mandala juga menggambarkan bahwa pertahanan tim asuhan Jacksen F Thiago ini sedang bermasalah. Hengkangnya Ricardo Salampessy ke Persebaya Surabaya dan Otavio Dutra ke Persegres (Gresik United) dan Ortizan Solossa ke Persiram Raja Ampat jelas ikut andil menggerogoti kekuatan pertahanan mereka. Perombakan di lini belakang tersebut sebenarnya salah satu hal yang tak diinginkan kapten Boaz Solossa.
"Saya rasa kami Persipura selalu eksis di lima besar atau perebutan juara, karena 80% adalah pemain yang sama. Tidak ada perombakan yang besar. Kami hanya menambah kekuatan yang ada," ujar Boaz usai mengangkat trofi ISL di Gelora Bangkalan musim lalu.
Ambisi untuk mematahkan misteri rekor menjadi juara dua tahun berturut-turut di atas juga terganjal karena perombakan tersebut. Sebab, faktanya Ricardo dan Ortis adalah dua dari paket delapan pemain yang memboyong tiga kali gelar juara ISL ke Persipura. Enam pemain lainnya adalah Boaz, Bio Paulin, Ian Louis Kabes, Yustinus Pae, Gerald Pangkali, dan Imanuel Wanggai.
Selain perombakan di lini belakang, dari dua laga awal juga menunjukkan betapa Persipura sebenarnya masih memiliki ketergantungan dengan Boaz yang masih absen karena cedera. Pada Inter Island Cup (IIC) 2014 sebelumnya juga terlihat.
Tanpa sang kapten, mereka gagal lolos ke babak berikutnya meski babak penyisihan digelar di Stadion Mandala. Padahal di IIC edisi tahun sebelumnya yang penyisihannya malah digelar di Malang, Persipura gagal ke Babak Delapan Besar hanya kalah tos koin dengan Arema Cronous. Saat itu Boaz memang sempat tampil beberapa menit, itu pun di pertandingan ketiga.
Ganjalan lainnya yang pasti datang adalah konsentrasi yang akan terpecah. Antara mempertahankan mahkota juara atau memburu ambisi lainnya, prestasi di level Asia. Ya, Persipura akan kembali tampil di AFC Cup tahun ini dan memperbaiki prestasi mereka di kompetisi kasta kedua antar klub se-Asia tersebut. Di AFC Cup 2011 lalu, langkah mereka dihentikan Arbil SC. Dua pertandingan melawan klub Irak yang dilangsungkan selang tiga bulan dari saat mereka menjadi juara ISL 2010-2011, tak pernah dimenangkan Persipura. Menyerah 0-1 di Irak serta takluk 1-2 di Jayapura.
Jika AFC 2011 itu digelar saat rehat pergantian musim ISL, musim ini diperkirakan akan dimulai saat ISL tengah berlangsung. Kian membuat Jacksen bingung memang. Tapi, justru inilah yang menarik untuk ditunggu.
Akankah mereka yang baru saja melego tiga pemain bertahannya akan menjawab hal itu dengan pertaruhan lagi? Bertaruh dengan mengorbankan salah satu dari ambisi mana yang akan dipilih. Antara mematahkan rekor juara Liga Indonesia atau meraih jejak lebih tinggi di level Asia.
Akan menjadi sebuah perjudian yang besar kalau kedua ambisi tersebut tetap dikejar. Sebab, mereka sendiri belum mampu menjawab misteri beban juara yang menyelimuti Persipura di laga-laga awalnya.
====
*akun Twitter penulis: @McXoem dari @panditfootball
(roz/nds)