Menebak Kans Juara dari Gol Pembuka

Tentang Pentingnya Gol Pembuka (Bagian 2-Habis)

Menebak Kans Juara dari Gol Pembuka

- Sepakbola
Senin, 24 Feb 2014 14:03 WIB
AFP/Ben Stansall
Jakarta -

Pada tulisan pertama, kita telah melihat bagaimana gol pembuka menjadi kunci dalam mengendalikan satu permainan. Tapi kita belum beranjak pada pertanyaan paling utama, yaitu apakah keberhasilan mencetak gol pembuka ini dapat menentukan gelar juara? Menjawab pertanyaan di atas sebenarnya sama sulitnya seperti menentukan pengaruh ball possession dengan jumlah gol.

Namun, dari beberapa gambaran pada tulisan pertama tentang pentingnya gol pembuka, tak ada salahnya kita melihat beberapa angka pada tabel di bawah ini untuk sedikit bermain-main dengan data. Tentu sembari tetap berprinsip bahwa bola itu bulat, dan segala kemungkinan bisa terjadi.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tabel di atas adalah data lima juara Premier League pada lima musim terakhir. Terlihat bahwa tim juara Premier League rata-rata mencetak gol pembuka pada 26,8 laga (atau 70,5% dari total 38 pertandingan).

Kelima juara ini juga mendapatkan nilai rataan poin setelah mencetak gol pertama lebih tinggi dibandingkan rataan tim BPL selama lima musim. Kelima juara mampu mencatatkan 2,63 poin sementara sisa tim lainnya 2,23 poin. Artinya mereka memang mampu mengonversi keungggulan menjadi 3 poin.

Ada satu catatan menarik dari raihan kelima juara tersebut. Pada musim 2011/2012, Manchester City, yang mencetak 29 gol pembuka, hanya mampu menjadi juara melalui selisih gol. Ini lantaran Manchester United, yang menguntit pada peringkat dua, meraih poin lebih banyak karena keberhasilan mencetak gol pembuka. Mereka mampu mendapat 86 poin setelah mencetak gol pertama, sementara City hanya 80 poin.

Dari ilustrasi Manchester City dan Manchester United di atas terlihat bahwa tingginya frekuensi mencetak gol pembuka saja tidak cukup. Kemampuan itu mesti juga dibarengi dengan mempertahankan keunggulan dan mengonversinya jadi 3 poin.

Misalnya saja kelima tim juara itu. Ketika mereka mencetak gol pertama, maka 85% laga tersebut mampu berakhir dengan 3 poin di tangan.

Dari tabel di atas juga terlihat satu data menarik lainnya: bagaimana mungkin United, yang raihan frekuensi gol pembuka serta poin dari gol pembukanya di bawah rata rata, masih dapat menjuarai Premier League dengan margin 11 poin dari peringkat kedua?

Jawabannya adalah pada tabel di bawah mengenai satu ukuran yang sempat dibahas di tulisan pertama, yaitu bouncing. Dari angka-angka di bawah terlihat bagaimana perkasanya United untuk menyajikan drama dan melakukan comeback saat kemasukan lebih dahulu.

Walau musim lalu pendukung The Red Devils enam belas kali sempat merasa kecewa lantaran kebobolan gol lebih dahulu, namun ternyata United mampu sembilan kali membalikan keadaan menjadi kemenangan dan meraih total 29 poin. Ini lebih hebat daripada yang dilakukan Liverpool musim 08/09 saat meraih 22 poin dari posisi tertinggal.

Sejauh ini, dari tulisan pertama dan kedua, dapat kita simpulkan sementara bahwa sebuah gol pembuka akan menjadi sangat berharga untuk penentuan posisi akhir klasemen jika dibarengi dengan hal-hal berikut:

-Faktor kandang-tandang. Main di kandang mempunyai peluang lebih tinggi untuk mengonversi keunggulan menjadi kemenangan, atau bangkit dan meraih poin saat kemasukan gol pembuka.
-Frekuensi mencetak gol pembuka. Secara ekplisit, tentu saja lebih banyak mencetak gol pembuka pasti lebih baik.
-Kemampuan untuk mengkonversi keunggulan menjadi kemenangan.
-Bouncing, atau kemampuan untuk tetap meraih poin (seri atau menang) saat kemasukan gol terlebih dahulu.

Berhitung Gelar Juara Musim Ini

Nah, bagaimana dengan prospek juara musim ini? Mari kita lihat Top Five klasemen Premier League sementara.



Musim ini, The Gunners jadi tim yang berada pada posisi teratas yang mengambil keuntungan dari gol pembuka. Total 49 poin diraih dari 18 kali mencetak gol pertama (2,72 poin/laga) dalam 26 pertandingan. Mereka juga mempunyai kemampuan tertinggi untuk mengubah keunggulan menjadi kemenangan, yakni sebanyak 16 kali atau 88,9%.

Sementara Liverpool juga menunjukan daya saing dari seringnya mengambil posisi unggul. The Reds mampu 19 kali mencetak gol pertama dan meraih 47 poin. Namun, sayangnya hal ini tidak diikuti oleh kemampuan mengonversi gol pembuka jadi tiga poin.
Β 
Yang paling mencolok terlihat adalah pada laga Liverpool versus City dan Chelsea. Pada kedua laga tandang tersebut, tim Merseyside ini berhasil mencetak gol pembuka, namun malah dibalas oleh dua gol sebelum turun minum. Meski tak dapat dipungkiri faktor tandang juga turut memengaruhi kekalahan Liverpool tersebut.



Sementara itu, kunci sukses Chelsea bisa bercokol di puncak klasemen sementara ini ternyata hampir mirip dengan Manchester United musim lalu: kemampuan mencetak 1.86 poin dari posisi tertinggal.
Β 
Walau "hanya" berhasil meraih 41 poin dari 16 kali mencetak gol pembuka, ternyata Chelsea mampu meraih total 13 poin dari posisi ketinggalan. Angka yang jauh di atas pesaing-pesaingnya. Sementara Arsenal, Liverpool, dan City masing masing hanya mampu meraih rata-rata 5,66 poin saat kebobolan lebih dahulu dari lawannya.



Dari faktor keberhasilan mencetak gol pembuka, dan dengan perbedaan angka yang tidak terlalu menjulang, sebenarnya lima tim di atas masih berpeluang untuk menjuarai Premier League musim ini.

Setiap tim punya kunci sukses masing masing, namun masing masing juga tetap punya area untuk yang bisa diperbaiki, yakni: Chelsea harus memperbanyak frekuensi mencetak gol pembuka. The Blues juga mesti mempertahankan kemampuan, baik dalam mengonversi keunggulan menjadi kemenangan atau membalikan posisi tertinggal menjadi poin.

Sementara itu, Liverpool mesti bisa mempertahankan keunggulan, atau bisa meraih kemenangan dari posisi unggul. Sebagai catatan, belum pernah ada juara dari lima musim sebelumnya yang memiliki rataan poin, yang didapatkan dari mencetak gol pembuka, lebih rendah dari 2.5 poin/laga (konversi kemenangan lebih rendah dari 80%).

Arsenal mempunyai frekuensi mencetak gol pertama yang tinggi, serta kemampuan paling baik untuk mempertahankan keunggulannya menjadi kemenangan. Namun bersama Liverpool dan Manchester City, Arsenal juga harus lebih ngotot mengejar poin dan membalikkan keadaan saat tertinggal.

Paling tidak, dalam urusan bouncing ini, The Gunners mesti menyamai rataan poin yang didapat oleh para juara lima musim sebelumnya, yakni 1.53 poin dalam tiap laga yang ketinggalan lebih dahulu.

Jika ingin tetap bersaing di jalur juara, Spurs harus mulai meninggalkan kebiasaan kemasukan gol pembuka. Walau punya kemampuan untuk membalikan keadaan dari posisi tertinggal, namun seringnya Spurs kemasukan gol pembuka membuat Michael Dawson dkk. kehilangan banyak poin.

Tapi, taruhlah keadaan masing-masing tim tetap sama. Lalu apa yang akan terjadi?

Jika kelima tim tersebut tidak memperbaiki key-success di atas, dengan menggunakan persentase frekuensi dan konversi yang sama, melalui perhitungan kasar, saya akan memprediksi bahwa klasemen akhir akan berakhir dengan Chelsea sebagai juara.

The Blues akan berada di peringkat pertama dengan 85 poin, diikuti Manchester City dan Arsenal dengan 83 poin, Liverpool 79 poin, dan Spurs dengan 73 poin.

Tapi, jangan lupa, bola tetap bulat dan semua prediksi berdasarkan hitungan di atas kertas selalu punya peluang salah. Satu hal yang dapat disimpulkan dari berbagai perhitungan di atas adalah: kuncinya ada di gol pembuka!

====

*ditulis oleh @yudhaasmara dari @panditfootball

(roz/mrp)

Hide Ads