Tentang Pentingnya Gol Pembuka (Bagian 1)
Gol Pembuka adalah Kunci!

Kalimat di atas seringkali kita dengar dari komentator pertandingan, atau dibaca pada banyak tulisan preview pertandingan. Dan saya yakin, kita bisa sepakat jika gol pembuka memang benar penting.
Gol pembuka sendiri rata-rata dicetak dalam waktu kurang dari 15 menit pertama laga. Secara kasat mata, gol pembuka memang mampu jadi pengangkat moral bagi tim yang mampu mencetaknya. Dan sebaliknya, tim yang duluan kebobolan, tentu mendapatkan beban mental lebih besar.
Posisi unggul sendiri seolah membuat permainan nampak berjalan baik. Anda pun akan lebih percaya diri dalam melakukan aksi-aksi dengan bola, seperti passing, trik-trik yang memamerkan skill, umpan terobosan, bahkan lebih percaya diri saat melakukan aksi-aksi bertahan. Pada akhirnya, ini bisa mempengaruhi permainan dan hasil pertandingan.
Sampai batas tertentu, sebuah gol pembuka juga dapat membuyarkan strategi awal kedua tim dan memaksa kedua pelatih untuk mengubah taktik pada tengah permainan. Tim yang lebih dulu unggul, bisa saja beralih jadi lebih bertahan. Sementara yang kebobolan mesti lebih agresif untuk mengejar ketertinggalan, atau bahkan membalikkan kedudukan.
Atau, jika tim Anda tim underdog yang kebetulan berhasil mencuri gol pembuka, maka bisa jadi tim Anda akan "memarkir bus" sembari sesekali mencoba peruntungan dari serangan balik.
Jika dilihat dari konteks sepakbola sebagai sebuah permainan, gol pembuka sendiri menjadi penting karena jadi alat pengendali permainan yang sangat baik. Dan, bukankah kendali permainan adalah alat kunci utama untuk memenangkan satu laga?
Leading positon dapat membuat Anda mendikte lawan untuk melakukan apa yang Anda inginkan: melonggarkan pertahanan sebagai konsekuensi dari meningkatkan intensitas serangan.
Dari sisi pendukung, sebuah gol pembuka adalah sebuah ejakulasi, yang pertama dan yang yang paling murni karena kenikmatannya tidak tercemar oleh gol-gol lainnya. Gol pembuka yang terjadi pada penghujung pertandingan bahkan lebih nikmat lagi, karena terjadi setelah melalui pengulangan kegagalan dan menjanjikan kepastian kemenangan.
Namun gol pembuka yang cepat juga tak kalah menariknya karena menjanjikan multi-orgasme, berupa sajian pesta gol. Bahkan, ini bisa terjadi antara dua tim yang levelnya setara. Seperti yang dilakukan Manchester City saat menang lebih dari tiga gol atas Arsenal, Norwich, Manchester United, Fulham, Newcastle dan dua kali membantai Spurs.
Atau, yang dilakukan Liverpool ketika menang dengan margin besar atas Arsenal, Spurs, Norwich, Everton, Fulham, dan WBA.
Tapi, sebenarnya seberapa penting dan berpengaruhnya kah satu gol pembuka pada hasil akhir pertandingan? Dan bagaimanakah gol pembuka menjadi penting bagi hasil akhir dan (bahkan) posisi klasemen? Mari kita coba lihat dalam konteks Premier League.

Terlihat dari grafik di atas, bahwa jika tim mencetak gol pembuka, maka rata-rata poin yang bisa diraih adalah 2,23 poin. Sementara nilai rataan bouncing, atau nilai yang bisa didapatkan setelah kebobolan lebih dahulu, hanyalah 0,57 poin.
Dari disparitas antara poin bisa yang diraih saat mencetak gol lebih dahulu dan saat kebobolan lebih dahulu, setidaknya bisa terbukti bagaimana peran penting leading position dalam mengendalikan permainan, sebagaimana disampaikan pada argumen-argumen sebelumnya.
Dari kelima musim di atas, satu musim yang bisa disoroti adalah pada musim 2011/2012 dan 2012/2013. Kedua musim kompetisi ini memiliki nilai rataan poin setelah mencetak gol paling rendah, sementara nilai bouncing-nya tinggi. Artinya, lebih banyak drama yang tersaji pada kedua musim tersebut, karena tim yang lebih dulu membuat gol pembuka bisa dikejar oleh lawannya.

Lalu bagaimana dengan musim ini? Hingga pekan ke-26 (sampai data dikumpulkan pada 17 Februari 2014), rataan poin yang bisa diraih oleh tim pencetak gol pembuka (2,3 poin) berada di atas rata-rata lima musim sebelumnya (2,23 poin). Bahkan, angkanya pun mendekati musim 2008/2009.
Pada 2008/2009, Manchester United sendiri mampu jadi juara dengan mendapatkan 90 poin. Dari total nilai tersebut, 77-nya (85,5%) didapatkan pada pertandingan ketika 'Setan Merah' mencetak gol pertama. Nilai ini tertinggi diantara tim-tim lainnya di Premier League 2008/2009.
Prihal gol pembuka ini, adalah sebuah kewajaran jika rataan poin yang bisa didapatkan di kandang lebih tinggi dibanding saat bertamu ke stadion lawan (2,39 vs 2,20). Grafik di atas juga menunjukan bahwa saat bermain di kandang, sebuah tim mempunyai daya lebih baik untuk mengejar ketinggalan (0,64) daripada bermain di tandang (0,45), baik ketika laga berakhir seri ataupun kemenangan.

Tim besar dengan mental yang bagus tentu akan memiliki kecenderungan untuk menjadikan keunggulan ini menjadi sebuah kemenangan. Dan tentu saja pada akhirnya akan mempengaruhi posisi klasemen.
Terlihat pada grafik di atas bagaimana tim pada ranking 1-5 berhasil meraih poin setelah unggul terlebih dahulu (2,58 poin) di atas rata-rata klub-klub BPL season ini (2,30 poin). Kelimanya juga mendapatkan rataan poin lebih banyak ketimbang rataan tim BPL selama lima musim, yaitu 2,23 poin.
Namun, bukan hanya karena mampu mencetak gol pembuka yang membuat Chelsea, Arsenal, City, Liverpool, dan Spurs yang bisa bercokol di lima besar. Tapi juga tak lepas dari kemampuan untuk tetap meraih poin saat kemasukan lebih dulu. Saat ketinggalan, rata-rata tim pada posisi lima besar mampu meraih rataan poin 1,14, atau dua kali lipat dibanding rataan BPL (0,53).
Untuk urusan bouncing ini, rahasianya mungkin bisa ditanyakan kepada Chelsea. Pada musim ini, meski sempat tujuh kali tertinggal, The Blues masih mampu meraih 13 poin!
Lalu, apa pengaruh gol pembuka ini dalam perebutan gelar juara Premier League? Jawabannya ada pada tulisan selanjutnya.
(bersambung)
====
*ditulis oleh @yudhaasmara dari @panditfootball
(roz/roz)