Menanti Racikan dan Amukan 'El Mono' di Derby Madrid

Menanti Racikan dan Amukan 'El Mono' di Derby Madrid

- Sepakbola
Sabtu, 13 Sep 2014 14:29 WIB
Getty Images/Gonzalo Arroyo Moreno
Jakarta -

Atletico Madrid berhasil kembali ke jajaran klub papan atas La Liga, bahkan Eropa. Setelah terpuruk di akhir dekade 90-an dan awal 2000-an, kini Atletico kembali ke tempat yang seharusnya. Tidak tanggung-tanggung, dominasi dua klub elit Spanyol, Real Madrid dan Barcelona, pun mereka tumbangkan musim lalu.

Diego Simeone, sang arsitek yang sudah menangani Atletico Madrid sejak tahun 2011 ini berhasil membangun tim yang sangat solid. Tidak peduli seberapa banyak pemain andalannya yang pergi ke klub lain, Simeone selalu berhasil mengembalikan performa tim dengan pemain-pemain barunya.

Namun, Simeone bukan satu-satunya nama yang berada di balik kesuksesan Atletico Madrid beberapa tahun belakangan ini. Selain memiliki susunan pemain yang baik, Simeone juga memiliki staf yang bisa diandalkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebelumnya, kita telah mengenal Oscar Ortega, pelatih fisik Atletico Madrid yang para pemain Atletico selalu berada dalam kondisi prima. Namun, terdapat satu nama lain yang juga tidak boleh kita lewatkan.

Jika kita menyaksikan pertandingan Atletico Madrid, kita akan melihat sosok pria berbadan besar di sekitar Diego Simeone. Pria ini bahkan terkadang terlihat lebih banyak vokal berteriak di lapangan ketimbang Simeone.

Sosok tersebut adalah German Burgos sang asisten manajer. Setipe dengan Simeone, Burgos juga memiliki sifat yang keras. Sifatnya yang blak-blakan membuatnya selalu mengekspresikan apa yang ada dipikirannya.

Media Spanyol, El Pais, menggambarkan bahwa Burgos selalu mengatakan semuanya dengan jelas. Baginya hanya ada hitam atau putih, tidak ada abu-abu.

German Burgos adalah mantan pemain tim nasional Argentina di tahun 1995-2002. Sebanyak 35 pertandingan dilaluinya bersama Albiceleste. Dua Piala Dunia dilalui Burgos bersama tim nasional Argentina, meski Burgos hanya menjadi penghangat di bangku cadangan tanpa sekalipun bermain.

Sebagai seorang pemain, Burgos pun sempat membela Atletico Madrid dalam kurun waktu 2001-2004. Sosoknya yang tinggi besar, ditambah dengan rambut panjangnya, sejalan dengan tingkat agresivitasnya saat menjaga gawang.

Beberapa kali penyelamatan heroik dilakukannya untuk untuk menyelamatkan gawang. Satu penyelamatan yang paling terkenal adalah saat dia berhasil menahan tendangan penalti Luis Figo, dengan menggunakan wajahnya dalam derby Madrid pada kompetisi musim 2002/2003.

Julukan 'El Mono' atau 'Si Monyet' pun melekat padanya akibat sosok rambut panjangnya serta aksinya yang heroik. Julukan ini muncul saat Burgos berumur 16 tahun dan bermain untuk klub Ferro Carril Oest. Melihat aksi Burgos di depan gawang, sang pelatih berkata, "Kamu bergerak dengan luar biasa bagaikan seorang monyet."

"Menurutku dia ingin mengatakan seperti gorila," kata Burgos ketika ditanya soal julukan dari pelatihnya ini. Namun kemudian teman-temannya mendengar apa yang dikatakan sang pelatih dan memberikan julukan 'El Mono' kepada Burgos.

Melihat aksinya yang selalu berani menerjang lawan memang tidak aneh jika Burgos mendapatkan julukan ini. Sifat emosionalnya sudah ditunjukan sejak Burgos masih menjadi pemain. Burgos sempat menerima hukuman larangan bermain selama 11 pertandingan saat masih membela Mallorca. Pada pertandingan tersebut, Burgos memukul pemain Espanyol, Manuel Serrano. Hukuman ini merupakan hukuman terberat yang pernah ada di sepakbola Spanyol ketika itu.



Setelah memutuskan untuk pensiun, kesangaran Burgos sama sekali tidak berkurang. Mantan kiper bertinggi badan 188 cm ini sempat beralih profesi menjadi vokalis band rock, The Garb. Garb adalah singkatan dari nama lengkapnya, German Adrian Ramon Burgos. Lima album telah band ini keluarkan.

Namun, Burgos tidak bisa bohong soal kesukaannya kepada sepakbola. Burgos akhirnya kembali ke dunia sepakbola di tahun 2010. Burgos mengambil kursus kepelatihan di Las Rojas, bersama Aitor Karanka dan Mauricio Pochettino.

Karier kepelatihannya kemudian dimulai dengan melatih klub Segunda Division B, RCD Carabanchel. Klub tertua ketiga di Spanyol setelah Real Madrid dan Atletico Madrid ini ditanganinya selama satu tahun.

Pada tahun 2011, Diego Simeone mengajaknya terbang ke Italia untuk untuk menjadi asisten manajer Catania. Dari sini, dimulailah perjalan duet mantan pemain tim nasional Argentina sebagai manajer dan asisten manajer. Catania menjadi tim pertama yang berhasil mereka selamatkan dari jurang degradasi.

Burgos kemudian selalu ikut kemanapun Simeone pergi. Sempat beberapa saat menangani Racing Santander, kedua pelatih ini kemudian pindah ke Atletico Madrid.

Sebagai asisten manajer, Burgos tetap tidak lepas dari cerita-cerita miring di lapangan. Beberapa kali dia terlibat cek-cok dengan pemain lawan. Bahkan, seorang Jose Mourinho pun pernah diajaknya berkelahi.

Pada tahun 2012 saat melawan Real Madrid, secara terang-terangan burgos menunjuk Jose Mourinho dan mengatakan, "Aku bukan Tito (Villanova), aku akan merobek kepalamu." Kalimat ini muncul setelah sebelumnya Morinho menusuk mata Tito Villanova pada pertandingan Super Cup antara Real Madrid melawan Barcelona.

Wasit pun tidak lepas dari amarah Burgos. Bukan pemandangan yang jarang ditemui ketika Burgos protes terhadap keputusan wasit. Yang paling parah adalah ketika melawan Real Madrid musim lalu.

Burgos tidak terima saat Diego Costa dianggap diving di kotak penalti dan mendapatkan kartu kuning. Protes keras dilancarkan kepada Carlos Ferreiro yang menjadi wasit ketika itu. Delapan orang staf Atletico Madrid harus turun untuk menahan laju Burgos agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun kisah Burgos juga tidak melulu soal aksi-aksi emosional. Keberadaan Burgos di samping Simeone bukan sekedar untuk beradu jotos dengan tim lawan. Dibalik sifatnya yang emosional, Burgos memiliki otak encer yang mampu merancang taktik yang baik bagi timnya.

Saat pertandingan dimulai, Burgos seolah-olah berubah menjadi sosok yang berbeda. Tidak seperti Simeone yang akan banyak berteriak dari pinggir lapangan untuk memberikan instruksi, Burgos lebih banyak duduk, memegang papan taktik, dan menganalisa pertandingan.

Burgos semakin terkenal ketika dia menjadi pelatih pertama yang menggunakan google glass di pinggir lapangan. Teknologi termutakhir itu digunakan Burgos untuk mengetahui kondisi teraktual yang terjadi di lapangan. Data statistik pemain di lapangan secara aktual melalui google glass, memudahkan Burgos untuk menganalisa jalannya pertandingan.

Perbedaan antara Burgos dan Simeone inilah yang menjadikan Atletico Madrid sebuah tim yang sangat solid. Sang manajer adalah seorang motivator handal yang selalu memberikan dukungan dari pinggir lapangan. Sedangkan sang asisten adalah pemikir yang terus mencari inovasi untuk strategi yang dimainkan.

Namun, Atletico Madrid dan German Burgos akan menghadapi cobaan berat pada akhir pekan ini. Bertandang ke Santiago Bernabeu, Atletico Madrid tidak akan didampingi oleh Diego Simeone. Pasalnya, Diego Simeone masih menjalani masa hukuman larangan mendampingi Atletico di pertandingan selama 8 laga akibat memukul ofisial pertandingan saat pertandingan Piala Super Spanyol bulan lalu. Dengan begitu, Burgos akan menjadi pemimpin Atletico Madrid saat bertandang ke Santiago Bernabeu.

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, mampukah Burgos menjalani tugasnya sebagai manajer Atletico Madrid di Bernabeu?

Permasalahan yang harus dihadapi Burgos adalah bagaimana dia bisa memikirkan strategi pertandingan sambil memainkan peran Simeone untuk memberikan motivasi kepada para pemain. Burgos harus memainkan dua peran penting ini pada pertandingan yang sangat penting ini.

Ditambah lagi dia juga harus bisa menahan emosinya, mengingat ini adalah pertandingan antar dua rival sekota. Tensi tinggi hampir pasti akan berlangsung disepanjang pertandingan. Tentu akan sangat sulit bagi Burgos untuk memainkan dua peran penting tersebut dalam emosi tinggi.

Diego Simeone sama sekali tidak khawatir dengan kondisi ini. "Kami akan mencari terbaik untuk tetap berkomunikasi saat pertandingan. German memiliki kapasitas dan aku sangat percaya. Kami memiliki pemikiran yang sama soal permainan tim. Dia akan berada di bangku cadangan dan aku akan menyaksikan dari tempat lain."

Fans Atletico Madrid mungkin tidak perlu khawatir soal strategi yang akan dimainkan oleh timnya. Mereka tetap memiliki sang ahli strategi di pinggir lapangan yang akan siap memberikan solusi ketika permainan tidak berjalan sesuai rencana.

Namun, permasalahan akan terjadi jika hambatan pada pertandingan nanti terjadi dari sisi mental para pemain. Dalam kondisi ini, Burgos harus bisa membuktikan kapasistasnya sebagai manajer yang juga bisa memberikan motivasi bagi para pemain.

Setidaknya mungkin ini akan berguna jika suatu saat Burgos bosan menjadi orang kedua dan ingin menjadi manajer utama di suatu klub.

====

*ditulis oleh @aabimanyuu dari @panditfootball



(roz/roz)

Hide Ads