'Profesor' Ortega, Rahasia Kebugaran Prima Atletico Madrid

Atletico Madrid menjungkirkan prediksi banyak kalangan setelah secara tidak terduga memenangi Liga Spanyol musim ini. Padahal tidak ada yang menduga bahwa La Liga musim ini menghasilkan juara selain Barcelona dan Real Madrid.
Tidak sekadar menjadi juara liga domestik, gebrakan Atletico juga terjadi di kompetisi paling populer di Eropa, Liga Champions. Diego Simeone dan anak-anak asuhnya terus melaju dan berhasil mencapai babak final.
Lawan yang mereka kalahkan pun bukan lawan sembarangan. Dari babak 16 besar sampai semifinal, Atletico telah mengahadapi raksasa-raksasa Eropa dari berbagai negara. Mereka bertemu AC Milan di 16 besar, Barcelona di perempatfinal, dan Chelsea di semifinal. Yang lebih luar biasa lagi, semua pertandingan yang dijalani Atletico di Liga Champions berakhir tanpa satu pun kekalahan.
Atletico sebenarnya mengikuti satu kompetisi lagi. Hingga Februari 2014, mereka masih berlaga di Copa Del Rey atau Piala Raja. Meski gagal sampai di babak final, Atletico sendiri sempat berlaga hingga babak semifinal.
Sebagai manajer, Simeone kerap disebut sebagai otak utama di balik performa cemerlang Atletico. Pelatih muda asal Argentina ini dianggap menjadi aktor yang membuat Atletico mampu mengalahkan banyak tim besar Eropa.
Tapi bukan berarti pujian hanya bisa dialamatkan pada Simeone semata. Tak bisa dikesampingkan pula orang-orang yang berada di belakang pelatih yang akrab dipanggil El Cholo tersebut. Salah satunya adalah Oscar Ortega, sang pelatih fisik. Pria 55 tahun ini adalah dalang di balik fisik para pemain Atletico yang tahan banting.
Menjalani pertandingan domestik dan internasional dalam satu musim memang bukan perkara mudah bagi para pemain. Apalagi mereka harus berlatih dan bertanding ke berbagai tempat yang jaraknya berjauh-jauhan. Dibutuhkan kondisi tubuh yang prima agar dapat melalui semuanya dengan sempurna dan, terutama, tanpa cedera. Apalagi jika tim itu adalah Atletico Madrid yang terkenal dengan intensitas pressing dan work rate yang luar biasa.
Keduanya bertemu pertama kali di Atletico, ketika Simeone sedang menghabiskan masa kariernya sebagai pemain. Ketika itu, Ortega sudah menjadi pelatih fisik Los Rojiblancos.
Melihat cara kerja Ortega yang luar biasa, Simeone pun tidak mau melepas sang "Profesor" –julukan Ortega. Setelah gantung sepatu dan memilih berkarier menjadi pelatih pada tahun 2006, Simeone langsung mengajak Ortega ke dalam tim pertamanya, yaitu Racing Club di Argentina.
Setelah itu, ke mana pun Simeone berganti klub, Ortega selalu diikutsertakan ke dalam staf kepelatihan. Dari Racing Club, Simeone kemudian pindah ke Estudiantes. Satu tahun di kota La Plata, Simeone kembali bergerak dan kemudian melatih River Plate. Hingga akhirnya pelatih berusia 44 tahun itu terbang ke Italia untuk melatih Catania dan lalu pindah lagi ke Spanyol pada 2011, Ortega selalu bersamanya.
Disenangi dan Disegani
Satu hal yang menarik dari cara Ortega melatih adalah bagaimana ia tetap mampu menjaga kedekatan dengan pemain, meski menerapkan disiplin super ketat. Padahal, latihan fisik terkadang jadi bagian latihan yang tidak disenangi para pemain. Para pemain Atletico pun sudah berkali-kali menjalani siksaan saat menjalani sesi latihan Ortega.
David Villa sendiri sempat dikagetkan dengan sesi latihan fisik yang diterimanya di Atletico. Mantan pemain Valencia dan Barcelona ini juga tak pernah menutupi bagaimana sulitnya mengejar ketertinggalan tingkat kebugaran dari rekan-rekan setimnya di kota Madrid. Menerima latihan berat yang dirancang oleh Ortega, Villa bahkan kadang latihan sambil berteriak: "Coach, kau akan membunuhku!"
Namun keras dan sulitnya latihan fisik ini tidak membuat Ortega menjadi tidak disenangi. Ia malah dikatakan sebagai orang yang bisa sangat akrab dengan para pemain, namun tetap mampu menjaga wibawa sebagai pelatih.
"Pelatih fisik kami memiliki hubungan yang sangat dekat dengan para pemain. Dia mempunyai cara komunikasi yang luar biasa," kata Antonio Sanz, Direktur komunikasi Atletico Madrid.
Periode awal musim, atau lazim dikenal dengan pre-season, dikatakan sebagai masa-masa paling kejam dari sesi latihan Ortega. Para pemain, yang datang dengan perut buncit karena pola hidup tidak teratur semasa liburan, harus berhadapan dengan serangkaian kegiatan yang mengutamakan latihan fisik.
Saat pertandingan, kita akan melihat Ortega bersama para pemain Atletico memasuki lapangan untuk melakukan pemanasan. Ini karena Ortega langsung memimpin sesi pemanasan para pemain Atletico dan memberikan porsi latihan dengan dan tanpa bola.
Simeone sendiri tidak pernah mau mengganggu Ortega ketika ia sedang menjalankan tugasnya. Sang pelatih sepenuhnya percaya dengan kemampuan Ortega yang sudah bersamanya dalam satu dekade terakhir.
Selain masalah fisik, Ortega juga dikatakan memiliki kemampuan untuk memotivasi para pemain. Saat ada team meeting sebelum pertandingan, justru Ortega yang mengambil sesi pertama di ruang ganti dan memberikan kata-kata penyemangat kepada para pemain.
Belajar dari Rugbi
Lahir di daerah kumuh kota Montevideo, Ortega memiliki pengalaman di berbagai bidang olahraga di banyak negara. Ia pernah bekerja di Meksiko, Kolombia, Chile, Jepang, Argentina dan Spanyol. Selain melatih fisik para pemain bola, Ortega juga pernah melatih atlet cabang olahraga atletik, tinju, dan juga tim rugbi sekolah Inggris di kota Montevideo.
Pelatih yang memiliki spesialisasi di latihan aerobik itu juga telah mengembangkan sistem evaluasi kondisi fisik pemain dengan menggunakan berbagai metode pengukuran manusia. Ortega juga menekankan pentingnya meningkatkan kapasitas maksimum VO2Max dan menjaga kestabilan faktor tersebut. Menurutnya, dengan cara itu, pemain bisa menjelajah lapangan namun dengan rasa lelah yang minimum.
Itu baru masalah peningkatan fisik. Untuk masalah menjaga intensitas pressing, Ortega sendiri banyak belajar dari olah raga rugbi. "Dari olahraga itu saya mengenal sistem pembagian ruang, dan bagaimana para pemain harus berkonfrontasi secara langsung pada zona-zona tertentu," ujar Ortega.
Tak heran jika sang profesor sangat mengerti keinginan Simeone dalam membentuk tim. Ortega pun coba untuk membuat kondisi latihan semirip mungkin dengan ketika pertandingan berlangsung, meski ia tahu ini sangat sulit dilakukan. Satu hal yang pasti adalah Ortega menuntut para penggawa Atletico untuk bermental baja dan tangguh.
Salah satu bukti dari kerja keras Ortega terlihat pada musim lalu, ketika Atletico akan menjalani pertandingan final Piala Raja. Kala itu, Los Rojiblancos harus berhadapan dengan seteru utamanya, Real Madrid, di partai final. Padahal, satu minggu sebelumnya, Atletico juga harus menjalani laga yang berat melawan Barcelona.
Ketika berhadapan dengan Barca, Simeone tetap menurunkan para pemain andalannya, seolah-olah tak memikirkan kondisi fisik para penggawa yang juga harus menjalani partai final. Padahal, Real Madrid telah mengistirahatkan beberapa pemain bintang saat menghadapi Espanyol satu hari sebelum laga pamungkas tersebut.
Atletico memang kalah ketika melawan Barcelona. Namun Diego Costa dkk justru berhasil menjadi juara Copa Del Rey dengan mengalahkan Real Madrid di babak perpanjangan waktu. Para pemain Atletico, yang beberapa hari sebelumnya baru menyelesaikan laga menguras tenaga, tetap mampu bermain prima hingga 120 menit.
Akhir pekan ini, kondisi yang serupa kembali terulang. Atletico harus menghadapi Real Madrid di pertandingan final Liga Champions. Satu minggu yang lalu, Atletico baru saja menjalani partai hidup mati dengan Barcelona untuk menentukan gelar juara La Liga.
Sebagaimana menghadapi partai final Piala Raja musim lalu, akhir pekan kemaren Diego Simeone juga menurunkan skuat terbaiknya saat melawan Barcelona. Skuat yang sama diperkirakan akan diturunkan pada pertandingan final Liga Champions nanti.
Jika Atletico berhasil menjadi juara Liga Champions, memang tidak ada salahnya untuk memuji-muji otak jenius Simeone yang berhasil meracik taktik genial untuk memenangi pertandingan.
Namun fans mereka tidak boleh buta dengan jasa Ortega yang berhasil menyiapkan fisik para pemain Atletico hingga menjadi sangat prima. Menjalani dua pertandingan hidup dan mati melawan dua tim terbaik di bumi ini tentu tidak akan bisa dijalani jika para pemain tidak memiliki fisik di atas rata-rata manusia biasa. Dan semua itu adalah karena Ortega.
====
* Akun twitter penulis: @aabimanyuu dari @panditfootball