Myanmar Sudah Berbenah dan Siap Mengubah Nasib

Piala AFF 2014

Myanmar Sudah Berbenah dan Siap Mengubah Nasib

- Sepakbola
Jumat, 21 Nov 2014 13:02 WIB
Getty Images/Francois Nel
Jakarta - Dalam beberapa tahun ke belakang, bolehlah nama tim nasional Myanmar sedikit tenggelam. Namun, mereka sesungguhnya memiliki alasan yang cukup kuat untuk merasa bangga terhadap sejarah dan prestasi mereka sendiri.

Pada tahun 1966 dan 1970 Myanmar dua kali menjadi juara cabang olahraga sepakbola pria di Asian Games. Dalam gelaran Piala Asia yang diapit oleh dua Asian Games tersebut, tahun 1968, Myanmar menjadi runner-up, tepat di belakang tuan rumah Iran.

Tidak ada, bagaimanapun, rangkaian keberhasilan yang lebih baik ketimbang kesuksesan di ajang SEA Games. Dalam lima gelaran berturut-turut (1965, 1967, 1969, 1971, dan 1973), Myanmar berhasil menjadi juara cabang olahraga sepakbola.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk semua capaian itu, mereka sebenarnya boleh saja merasa lebih berhak menyandang "Macan Asia dari Asia Tenggara" ketimbang Indonesia. Sejarah prestasi sepakbola mereka, di ajang-ajang resmi dan penting di Asia, sesungguhnya lebih mentereng dibanding Indonesia. Setidaknya pada masa lalu, tapi bukankah julukan "Macan Asia" untuk Indonesia juga adalah cerita lama?

Semua prestasi tersebut tidak diraih bersama nama-nama besar seperti Bert Trautmann (penjaga gawang legendaris Manchester City) atau Marcos Falopa (eks asisten manager tim nasional Brasil), namun bersama anak bangsa bernama Sein Hiang, yang juga berhasil membawa Myanmar menjadi juara di tiga edisi Pestabola Merdeka (1964, 1967, dan 1971).

Jika Anda merasa bahwa semua informasi yang telah saya jabarkan di atas tidak familiar, tak pelu berkecil hati. Bukan salah Anda jika Anda tidak mengetahui seluruh atau sebagian dari semua informasi yang baru saja Anda baca. Myanmar memang tidak terlampau populer di Indonesia karena potensi wisata negara ini belum digarap dengan maksimal, sehingga tak banyak juga saudara-saudara senegara kita yang mengunjungi Myanmar dan membawa kisah menarik sepulang dari sana. Ditambah, untuk urusan sepakbola, tim nasional Indonesia dan Myanmar tidak selalu terlibat persaingan langsung.

Ketika Myanmar menguasai sepakbola SEA Games, Indonesia tak ambil bagian. Ketika Indonesia menjadi juara SEA Games pada tahun 1991, Myanmar yang berada di grup yang berbeda dengan Indonesia tidak berhasil lolos ke fase gugur.

Sedikit sekali pertemuan penting antara Myanmar dan Indonesia. Di antaranya adalah dua final Pestabola Merdeka tahun 1971 dan 2006, yang keduanya dimenangi oleh Myanmar. Juga saat Indonesia menjadi juara SEA Games tahun 1987. Sebelum mengalahkan Malaysia di final, Indonesia terlebih dahulu mempecundangi Myanmar 4-1 di semifinal.

Selebihnya, biasa saja. Namun perhatian besar pantas dialamatkan kepada Myanmar (yang walaupun berjaya di level Asia, tak pernah sukses di kejuaraan sepakbola Asia Tenggara) tahun ini. Walaupun Indonesia dan Myanmar berada di dua grup yang berbeda, dalam usahanya untuk memperbaiki nasib di Piala AFF, Myanmar bisa menjadi ancaman besar untuk Indonesia di fase lanjutan.

Prestasi Sepakbola Terhambat Karena Masalah Politik

Walaupun sudah merdeka dari jajahan Britania Raya sejak tahun 1948, Myanmar tidak pernah benar-benar merasakan kebebasan. Perang saudara dan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di Myanmar adalah salah salah satu masalah yang paling panjang dan paling kompleks di dunia. Belum lagi, Myanmar lama dikuasai oleh penguasa tunggal. Sedikit banyak, hal ini mempengaruhi prestasi sepakbola negara.

Sejak tahun 1962, Myanmar adalah sebuah negara yang mengadopsi sistem politik partai tunggal. Pemerintahan dijalankan oleh satu-satunya partai yang boleh berdiri, Burma Socialist Programme Party (Partai Program Sosialis Burma). Kekuasaan BSPP berakhir pada tahun 1988, namun kondisi negara tidak menjadi lebih baik.

Pengganti posisi BSPP adalah State Peace and Development Council (SPDC), yang berganti nama menjadi State Law and Order Restoration Council (SLORC) pada tahun 1997. Selepas BSPP, merekalah yang berkuasa dan menjalankan negara semaunya. Merekalah junta militer Myanmar yang terkenal itu.



Wacana mengenai negara sosialis Myanmar dan penguasaan partai tunggal memang berakhir seiring dengan rnutuhnya BSPP. Namun, junta militer membawa sesuatu yang lebih buruk lagi: kasus pelanggaran hak asasi manusia. Kasus pelanggaran hak asasi manusia yang banyak jumlahnya.

Hak bersuara adalah sebuah kemewahan di Myanmar selama militer berkuasa. Pemenang pemilihan umum tahun 1990 sekaligus aktivis hak asasi manusia ternama, Aung San Suu Kyi, dijadikan tahanan rumah.

Semuanya mulai membaik belakangan ini, seiring dengan berakhirnya junta militer pada tahun 2011. Semua hal nampak membaik, termasuk hubungan internasional Myanmar dengan banyak negara dan industri pariwisata yang memiliki potensi besar. Juga, tentunya, sepakbola; Myanmar siap menyambut masa keemasan kedua.

Dari Yugoslavia via Singapura, Siap Membawa Myanmar Menjadi Juara

Nama pemain-pemain Myanmar terdengar asing bukanlah sesuatu yang mengherankan. Karena memang sedikit sekali di antara mereka yang bermain di luar negara sendiri. Di posisi pelatih kepala, bagaimanapun, kondisinya berbeda. Radojko Avramovic tentunya bukan sosok asing.

Anda tidak salah menebak. Avramovic yang barusan Anda baca namanya adalah Raddy Avramovic, eks pemain Notts County dan Coventry City, yang sukses di dunia kepelatihan bersama tim nasional Singapura.



Pada tahun 2004, 2007, dan 2012 ia berhasil membawa Singapura menjadi juara Piala AFF; menambah panjang daftar prestasinya yang sudah diisi oleh keberhasilan bersama Kuwait (juara West Asian Games 2002), Ruwi (juara liga Oman 2002/03).

Sosok ini juga adalah Avramovic yang sama dengan Avramovic peraih penghargaan individu Singapore Sports Council Coach of the Year 2007 ASEAN Football Federation Coach of the Year 2013

Ditunjuk sebagai pelatih kepala tim nasional Myanmar pada bulan Februari lalu, Avramovic sudah berhasil menghadirkan prestasi nyata. Myanmar ia bawa menjadi juara Philippine Peace Cup tahun ini. Dalam sepuluh pertandingan terakhirnya sebagai pelatih kepala tim nasional Myanmar, Avramovic berhasil mempersembahkan enam kemenangan (termasuk di antaranya di pertandingan melawan Palestina, 4-1, dan 3-2 melawan Filipina).

Avramovic siap memposisikan dirinya di tempat yang sama dengan Sann Win (pelatih kepala Myanmar saat menjadi juara Pestabola Merdeka 2006), jika memang menyamai prestasi pelatih legendaris Sein Hlaing masih terlampau jauh.

Harapan Baru di Pundak Para Pemuda

Membicarakan Myanmar belakangan ini, tak mungkin jika tidak disertai obrolan mengenai tim nasional U-19 mereka. Merekalah salah satu wakil Asia di Piala Dunia U-20 tahun depan. Merekalah, bukan tim nasional Indonesia U-19 (bukan pula Jepang atau Korea Selatan) yang akan bermain di Selandia Baru melawan banyak negara lainnya; mewakili Asia bersama tiga semifinalis AFC Cup U-19 2014 lainnya (Korea Utara, Uzbekistan, dan Qatar).

Sepanjang sejarah, baru kali ini Myanmar berhasil mencapai putaran final Piala Dunia U-20. Ada sebuah pepatah Myanmar yang berbunyi seperti ini: bagaikan seekor ayam buta yang menemukan sebuah wadah berisi beras. Pepatah tersebut seringkali digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang nampak menuai kesuksesan lewat keberuntungan. Pepatah tersebut, tentunya, tidak cocok digunakan untuk menggambarkan tim nasional Myanmar usia muda.

Boleh Anda mengklaim bahwa Myanmar dapat meraih satu tempat di empat besar karena mereka adalah tuan rumah kejuaraan. Sah-sah saja, karena bermain di kandang memang menawarkan banyak keuntungan.

Namun Anda salah besar jika meninggalkan dan melupakan sejarah dan prestasi terdahulu yang pernah diraih oleh tim nasional usia muda Myanmar. Tepat di belakang Korea Selatan, negara tersukses di ajang AFC Cup U-19 dengan jumlah 12 gelar juara, ada Myanmar. Tujuh gelar juara berhasil diraih oleh Myanmar pada tahun 1961, 1963, 1964, 1966, 1968, 1969, dan 1970.

Masa keemasan tim nasional Myanmar usia muda bersamaan dengan masa keemasan tim nasional seniornya. Sewajarnya, hal ini menjamin masa keemasan tim nasional senior lebih lama. Satu hal yang disayangkan, hal tersebut tidak terbukti. Prestasi sepakbola Myanmar di semua tingkatan usia meredup secara bersamaan pada tahun 1970-an.

Kalaupun Gagal Lagi, Tak Masalah

Myanmar memang unik. Di Asia mereka meraja, namun di tingkat regional hanya berstatus sebagai penghibur saja. Di ajang Piala AFF, Myanmar tidak pernah berhasil meraih sukses. Tak pernah sekalipun memang Myanmar absen. Namun, mereka selalu gugur di fase grup. Hanya sekali Myanmar berhasil melaju lebih jauh dari fase grup; pada tahun 2004. Kala itu Myanmar dikalahkan oleh Singapura di semifinal. Pada pertandingan play-off peringkat ketiga, Myanmar tak mampu menaklukkan Malaysia.

Catatan kurang baik yang dimiliki oleh Myanmar di Piala AFF, bagaimanapun, tidak mengherankan. Kejuaraan ini baru dijalankan pada 1996, setelah Myanmar lama meninggalkan masa kejayaan mereka. Namun, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, mereka siap mengubah nasib tahun ini. Mereka punya Avramovic, yang tahu benar cara menjadi juara Piala AFF (kurang lebih, Myanmar dan Avramovic sama dengan Real Madrid dan Carlo Ancelotti; untuk menjadi juara Champions League, Madrid mendatangkan spesialis Champions League).

Toh, tradisi dan hasil kejuaraan-kejuaraan sebelumnya tidak dapat dilepaskan saat memprediksi sejauh apa sebuah tim nasional mampu melaju. Mengingat Myanmar adalah tim penggembira di Piala AFF di banyak edisi sebelumnya, mereka juga bisa jadi akan mengalami nasib yang sama tahun ini.

Andaikata Avramovic hanya mampu menjadi Milan Zivadinovic (tujuh pertandingan, 0 menang) dan bukannya Sein Hlaing (pelatih legendaris peraih 10 gelar juara) di tahun ini, biarlah. Toh, ada fajar baru yang siap menerangi dan menghangatkan Myanmar secara utuh dalam beberapa tahun ke depan.

Lima atau enam tahun lagi, jika semua pemain tim nasional U-19 berhasil berkembang menjadi pemain yang jauh lebih baik, maka Myanmar boleh berharap akan sebuah masa keemasan yang baru. Yang sebenarnya. Yang akan membawa mereka kembali berjaya di Asia. Yang akan benar-benar mengubah nasib mereka di kejuaraan tingkat Asia Tenggara.

====

*ditulis oleh tim @panditfootball. Profil lihat di sini.

(roz/a2s)

Hide Ads