Enke: Akhir Tragis Depresi Berkepanjangan

Enke: Akhir Tragis Depresi Berkepanjangan

- Sepakbola
Kamis, 12 Nov 2009 16:39 WIB
Hanover - Malam baru mau turun, Robert Enke memarkir Mercedes-nya di sebuah perlintasan kereta, meninggalkan dompet dan kunci mobil, dan menyerahkan diri pada kereta yang melaju kencang.

Itulah deskripsi kematian Enke pada hari Selasa (10/11/2009) lalu, yang secara tragis mengakhiri hidupnya sendiri karena depresi berkepanjangan. Polisi menemukan catatan bahwa yang bersangkutan memang sengaja melepas nyawanya dengan cara demikian.

Pada sekitar jam 6.25 sore waktu setempat, Enke mengemudikan Mercedes 4X4-nya ke sebuah perlintasan kereta di Nestadt am Rubenberge, beberapa kilometer dari rumahnya di pinggiran kota Hanover. Setelah menaruh dompet dan kunci mobil, ia keluar dan tidak mengunci mobilnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu pria 32 tahun itu, yang sejak 2004 tercatat sebagai kiper utama Hannover 96, menunggu waktu yang tepat sampai sebuah kereta cepat melintas, dan dia melemparkan tubuhnya ke sana.

Jerman pun berduka cita. Ribuan orang langsung berkumpul di markas Hannover untuk berbelasungkawa, menangisi kepergiannya, dan bertanya-tanya gerangan apa yang membuat Enke berbuat senekat itu.

Banyak figur publik yang mengalami depresi di Jerman, salah satunya pemain bola berbakat besar bernama Sebastian Deisler, yang sampai direhabilitasi cukup lama karena mentalnya terganggu. Tapi jika sampai bunuh diri, Enke benar-benar menyentak Jerman.

Banyak yang tak menyangka sosok yang dikenal ramah, rendah hati dan dihormati banyak orang itu, termasuk oleh rekan-rekan setimnya -- Enke adalah kapten Hannover -- ternyata menyimpan masalah.

Tak sukses saat berkarir di Barcelona, Fenerbahce dan Tenerife, Enke membangun karirnya lagi setelah pulang kampung ke Hannover di tahun 2004. Pemain yang juga pernah membela Borussia Moenchengladbach dan Benfica ini bahkan sempat masuk nominasi kiper Jerman untuk Piala Dunia 2006.

Gagal menembus skuad Juergen Klinsmann, Enke berhasil meyakinkan pelatih berikutnya, Joachim Loew. Walaupun tidak dimainkan sama sekali, tapi ia terdaftar di dalam skuad Der Panzer di Euro 2008.

Bahkan, setelah Jens Lehmann pensiun dari ajang internasional, kesempatan Enke untuk menjadi kiper nomor satu Jerman terbuka lebar, apalagi ia terpilih sebagai penjaga gawang terbaik Bundesliga musim 2008/2009.

Enke mulai mengalami masalah mental serius ketika anak perempuannya yang bernama Lara, meninggal dunia di tahun 2006, dalam usia dua tahun karena gagal jantung. Ia dan istrinya yang cantik, Teresa, mencoba membangun kehidupan yang baru dengan menetap di sebuah kawasan pedesaan yang tenang, dan pada Mei lalu mengadopsi seorang bayi berumur tiga bulan, yang diberi nama Leila.

"Waktu dia depresi akut, itulah periode sulit. Kami pikir kami telah mengatasi semuanya. Kami berpikir bahwa dengan cinta, kami bisa menghadapinya. Tapi ternyata tidak," tutur Teresa dalam konferensi pers tentang kematian suaminya itu, di mana ia dan psikiater Enke yang mengidentifikasi mayat pria setinggi 186 cm yang ditabrak kereta api itu.

"Kami pernah punya Lara, kini punya Leila. Saya selalu ingin membantu dia melalui semua ini. Robert tak ingin keluar karena takut. Dia takut kehilangan Leila juga."

Diungkapkan Teresa, Enke sudah lama menyimpan potensi depresi bahkan sebelum anak mereka meninggal. Terapi psikologis pertama yang dilakukan Enke terjadi di tahun 2003, sewaktu dia dikambinghitamkan atas kekalahan Barcelona dari sebuah tim divisi dua, dan itu terjadi pada debut Enke bersama klub raksasa Spanyol itu. Itulah yang membuat Barca membuangnya ke bangku cadangan dan dua kali meminjamkannya ke Fenerbahce dan Tenerife.

Di Fenerbahce, Enke juga hanya kebagian satu pertandingan, di mana ia dilempari oleh suporter. Menurut dokter yang menanganinya, Enke makin gampang dihantui rasa takut gagal.

"Saya sudah mencoba mendampingi dia. Saya katakan, sepakbola bukanlah segalanya," lirih Teresa menceritakan hal itu sambil berusaha sekuat tenaga supaya airmatanya tidak tumpah.

Enam minggu yang lalu Enke terkena infeksi bakteri dan dia harus beristirahat dan tidak dipanggil Loew untuk laga persahabatan minggu ini. Di situlah ia mendapat terapi lagi. Sepertinya dia takut kehilangan kesempatan emas untuk menjadi kiper utama Jerman di Piala Dunia 2010, setelah bertahun-tahun menjadi cadangan Oliver Kahn dan Lehmann.

"Saya sudah mencoba mengatakan pada dia, selalu ada solusi," lanjut Teresa. "Saya mengantarnya latihan, tapi dia tak mau menerima bantuan lagi."

Dilansir Telegraph, Enke meninggalkan catatan bunuh diri, meminta maaf pada keluarga dan dokter-dokternya karena “mengelabui” mereka, seakan-akan dirinya sudah sembuh.

"Mengapa? Pertanyaan ini ada di benak kita semua. Mengapa atlet-atlet profesional, yang dipuja-puja sebagai idola, bisa mengambil keputusan seperti ini?" tukas presiden Federasi Sepakbola Jerman, Theo Zwanziger.

"Kita takkan bisa menjawab pertanyaan ini dengan cepat, tapi kita berutang pada Robert Enke untuk mencari tahu jawabannya."

Selamat Jalan, Enke.




Foto: Tiga pilar tim nasional Jerman memberi penghormatan terakhir untuk Robert Enke. Dari kiri ke kanan: Oliver Bioerhoff (manajer tim), Joachim Loew (pelatih), Michael Ballack (kapten). REUTERS. (a2s/din)

Hide Ads