Tanggapi Insiden Choirul Huda, Kemenpora Tekankan Pentingnya Edukasi Pertolongan Pertama

Tanggapi Insiden Choirul Huda, Kemenpora Tekankan Pentingnya Edukasi Pertolongan Pertama

Mercy Raya - Sepakbola
Selasa, 17 Okt 2017 00:03 WIB
Menpora Imam Nahrawi (Foto: Rengga Sancaya)
Jakarta - Meninggalnya kiper Persela Choirul Huda menjadi peringatan untuk semua pihak. Kementerian Pemuda dan Olahraga meminta semua cabang olahraga untuk memerhatikan edukasi pertolongan pertama.

Huda meninggal usai bertabrakan dengan rekannya di laga antara Persela dan Semen Padang di Stadion Surajaya pada Minggu (15/10/2017). Sempat dibawa ke RS Soegiri, nyawa pemain 38 tahun itu tak tertolong.

Kejadian tersebut lantas memunculkan pertanyaan terkait pertolongan pertama paramedis yang dinilai belum ideal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menanggapi itu, Menpora Imam Nahrawi mengatakan sudah meminta untuk memaksimalkan edukasi medis kepada seluruh pihak, termasuk PSSI, yang dilontarkan pada pertemuan di di Kantor Kemenpora, Senin (16/10/2017).

"Saya sudah minta harus ada edukasi, support medis kepada siapapun, baik itu kepada pemain, pelatih, wasit. Harus ada penanganan pertama yang harus dipahami oleh semuanya," kata Menpora Imam Nahrawi.

"Bukankah Fernando Torres dulu itu ditolong temannya sendiri (saat pertandingan Deportivo La Coruna vs Atletico Madrid 1-1 - La Liga 2017) dalam rangka penanganan pertama? Saya kira ini menjadi pelajaran penting bagi PSSI. Dan PSSI menyanggupi untuk melaksanakan edukasi secepat mungkin," ungkap dia kemudian.


Sementara itu, Sekretaris Menpora Gatot S. Dewa Broto mengakui jika pemahaman penanganan pertama terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan sesuai standar internasional belum dipahami secara benar oleh sebagian pihak, tak terkecuali bagi pengurus cabor dan atletnya sendiri.

"Memang penanganan seperti itu masih kurang. Tapi harusnya setiap Pengurus Besar/Pengurus Pusat punya standar penanganan sendiri. Misalnya bola, pada lisensi regulasinya, prosedur tentang penanganan itu kan ada karena setiap olahraga, tiap cabor, tentu saja berbeda. Tapi kami akan concern yang body contact."

Sigap Demi Asian Games 2018

Kejadian meninggalnya pemain dalam pertandingan yang disebabkan penanganan medis yang kurang cepat benar-benar jadi peringatan untuk semua pihak. Kemenpora pun akan berupaya meminimalisasi kejadian serupa tidak terulang. Apalagi di depan mata akan ada Asian Games 2018 Jakarta - Palembang.

"Olahraga yang body contact bukan hanya sepakbola tetapi ada beladiri. Intinya, karena yang dihadapi Bapak Edy Rahmayadi adalah sepakbola. Kami minta hal-hal seperti ini ada penanganan yang ada standarnya. Pak Imam juga mengatakan ini tidak hanya berlaku di sepakbola tetapi cabang-cabang lain, yang potensi body contact-nya tinggi," kata Gatot melanjutkan.

"Sebab, jika tidak, masyarakat akan berpikiran sekarang jadi olahragawan atau atlet yang potensi body contact-nya tinggi pasti akan berisiko. Kami pasti akan membuat rujukan, Standard Operating Procedure (SOP), yang sesuai dengan standar internasional. Seperti kapan tim medis masuk ke lapangan, tim medis harus dibawa ke rumah sakit. Apalagi ke depan akan ada Asian Games 2018."

"Jika info yang diberikan pada pertemuan tadi memang harusnya jangan buru-buru dibawa ke rumah sakit. Perlu ada penanganan di lokasi. Tapi saya tidak menyebutkan siapa, tapi ada penjelasan ke Bapak Menpora seperti itu," ujar dia lagi.

Namun sayang, Gatot mengatakan pemerintah belum ada rencana penyusunan regulasi untuk meminimalisasi kejadian terulang.

"Belum. Tadi baru kepikiran agar nantinya kami akan mendorong cabor untuk me-review ulang, apakah penanganan medical treatment-nya di emergency situation sesuai protapnya internasional atau tidak. Belum ada keinginan untuk bertemu PB," ujar dia.

Saksikan video 3 Kiper Dunia Berduka atas Meninggalnya Choirul Huda:

[Gambas:Video 20detik]

Tonton juga video lainnya di 20detik!

(mcy/nds)

Hide Ads