.webp)
Supri mengawali keseriusan berlatih sepakbola dengan bergabung dengan Rungkut FC. Sekolah sepakbola itu paling dekat dengan rumahnya, di Rungkut, Surabaya.
Setelah itu dia pindah-pindah klub. Hingga kemudian, saat SMP, Supri mendapatkan tawaran bergabung dengan sebuah klub di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Supriadi dan Kisah Sepatu Rp 30 Ribu |
Supri tergiur. Dia pun menuju Jakarta dengan harapan tinggi; bisa berlatih sepakbola dan tetap sekolah. Setidaknya, Supri bisa mengurangi beban orang tuanya.
Tapi, sampai di Jakarta, Supri justru terlantar dan tak terurus. Dia sampai harus menjual baju dan sepatu bola untuk membeli makan serta membayar sekolah.
"Dia diajak ke Jakarta, mau dipindah ke Jakarta tapi saya menolak biar sekolah dulu di SMP 23. Tapi akhirnya pindah ikut klub Blue Eagle. Katanya dibiayai semua, tapi Supri ditelantarkan. Bahkan, waktu saya telfon dia cerita jual baju dan sepatunya biar bisa lanjut sekolah," kata Kalsum.
Mendengar kabar ini, Kalsum pun tak tega. Tapi, dia juga tak bisa berbuat banyak. Kalsum tak mempunyai biaya untuk menjemput putranya. Kalsum cuma bisa berdoa.
Sebuah jalan keluar didapatkan saat Supri mengikuti seleksi Timnas pelajar. Sebenarnya kondisi Supri sedang sakit, namun PSSI tetap meminta agar Supri bergabung dengan seleksi itu. Supri mendapatkan perawatan lebih dahulu, kemudian diikutkan seleksi.
"Untungnya dia punya nomor orang PSSI, jadi dia tertolong dan dibawa PSSI untuk dirawat dan masuk ke Timnas pelajar," ujar Kalsum.
Kini, Supri bergabung dengan Timnas Indonesia di Piala AFF 2018. Dia mengisi posisi sayap.
"Saya kalau inget ndak bisa nahan nangis, dulu selalu mbatin, kok ya gini nasibmu le (panggilan ke anak laki-laki). Tapi, alhamdulillah sekarang nasib Supri sudah diangkat derajatnya sama Allah," ujar Kalsum sembari menyeka air matanya.
Tonton juga 'Timnas Lumat Myanmar 2-1 di Piala Aff U-16':
 |
