Maraknya isu pengaturan skor dan dugaan juara hasil settingan mewarnai kompetisi sepakbola di Indonesia. Dugaan match fixing misalnya, terjadi di berbagai level mulai dari Liga 1 sampai Liga 3.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Erick menilai pengaturan skor memang ada, tak hanya di sepakbola melainkan juga di cabang olahraga lainnya. Butuh ketegasan dan keberanian dalam memberantas persoalan yang bermuara di judi ini.
"Bahwa ternyata match fixing itu ada, itu yang sudah saya ingatkan memang ada. Nah ini yang harus diperbaiki karena pengelolaan liga itu harus profesional dan transparan," ujar Erick saat ditemui di Jakarta, Senin (10/12/2018).
Baca juga: Liga 1 2019 Digelar Usai Pilpres? |
Pria yang memiliki saham minoritas di Inter Milan ini menilai PSSI bisa mengambil contoh dari Perbasi. Perbasi sebelumnya dengan tegas menghukum sembilan pemain Siliwangi Bandung karena terlibat dalam pengaturan skor pada musim IBL 2016/2017.
Pemain-pemain tersebut dilarang bermain di kompetisi tertinggi basket Indonesia seumur hidup. PSSI diharapkan juga berani dan tegas jika memang ingin memberantas pengaturan skor.
Termasuk soal melibatkan kepolisian, yang sudah dilakukan Perbasi.
"Seperti yang dilakukan oleh Perbasi kemarin di liga bola basket yang menghukum sembilan pemain seumur hidup. Jadi harus berani melawan mafia judi seperti ini. Kalau Perbasi melibatkan kepolisian," katanya. (ads/raw)