Nama Bambang Suryo membuat sepakbola Indonesia gempar pada 2015. Ketika itu dia menjadi whistleblower dengan mengungkap bagaimana praktik judi dan pengaturan skor sepakbola.
Pria yang akrab disapa BS itu bahkan muncul ke beberapa acara televisi yang membahas soal mafia bola di Indonesia. Pada posisi itu, BS mengaku sudah tobat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Najwa sempat bertanya apakah BS sudah betul-betul tidak terlibat lagi dalam pengaturan skor. Pria berkepala plontos itu langsung bersumpah.
Baca juga: Maaf, PSSI Tidak Bersih |
"Saya demi Allah, Rasul, demi anak, istri saya, dan bapak-ibu saya yang ada di (dalam) kubur, saya tidak pernah bermain lagi," kata Bambang.
Dalam acara itu juga hadir pelatih PS Ngada, Kletus Marselinus Gabhe. Dia mengaku sempat diajak oleh manajer Metro FC, yang dalam hal ini adalah BS, untuk mengatur pertandingan. Ajakan itu terjadi pada November 2017.
"Awalnya tanggal 10 November 2018, dua hari setelah kami melakoni laga leg pertama di Denpasar, Bali, menghadapi Putra Tresna. Tanggal 10 paginya, saya dapat pesan WA (WhatsApp) dari nomor yang tidak dikenal," ungkap Gabhe di hadapan Najwa dan BS.
"Saya akhirnya tahu kalau pesan itu dari orang yang mengaku sebagai manajer Metro FC. Ya, dalam pesan itu mengaku sebagai manajer Metro FC dalam hal ini Bambang Suryo," sambungnya.
"Dia sampaikan selamat atas kemenangan kami di Bali, mendoakan kami lolos ke 32 besar dan saya mengatakan intinya kalau lolos berarti satu grup di Grup G karena bagan sudah ada."
"Sampai di situ, itu hal biasa. Sampai akhirnya ada pesan yang berbunyi 'ada target, kah?' Itu pertanyaan yang harus saya sikap hati-hati karena maksudnya apa, tidak mungkin kami main tanpa target. Itu tanggal 10 kemudian dilanjutkan tanggal 21 November, atau sekitar tiga-empat hari sebelum kami berangkat ke Kediri."
"Orang yang mengaku sebagai manajer Metro FC menawarkan untuk lolos bareng di grup dengan menyediakan uang Rp200 juta. Rp100 juta dari kami dan Rp100 juta lagi dari Metro FC," jelasnya.
Ajakan itu dia akui oleh BS, tapi itu tak lepas hanya untuk mencari tahu apakah PS Ngada terlibat pengaturan skor.
"Ya (saya yang telpon), tujuannya cari info apakah tim ini bermain atau tidak. Cuma itu aja. Polisi kemarin bilang kalau tidak OTT (operasi tangkap tangan tidak bisa)," kata BS.
"Ya (saya mau jebak). Yang dulu-dulu juga saya mau jebak gitu. Buktinya tim saya kalah sama Ngada dan Persik Kediri. Buat apa kami kasih uang Rp100 juta, buat gaji pemain dua bulan saja terlambat," tegasnya.
Apa yang dikatakan BS mendapat tanggapan dari Mr. X selaku narasumber yang identitasnya dirahasiakan dalam acara tersebut. Mr. X menuding bahwa BS masih terlibat dalam pengaturan pertandingan.
"Kamu bilang tahun 2015 berhenti. Tahun 2017 PSBI lawan Persebaya, kamu main sama Manajer Persebaya, Chairul Basalamah. Ngaku kamu!" kata Mr. X dalam sambungan telpon dengan suara yang disamarkan.
"Di Liga 2017, kamu main di tim yang masuk semifinal dan di tim yang masuk delapan besar. Kamu juga main sama tim Semeru. Ngaku dulu kamu. Jangan gitulah!"
"BS, sudahlah. Kalau setelah tahun 2015 itu kamu masih jalan, bilanglah masih jalan. Kalau sudah setop, kamu bilang setop," tegasnya.
(ran/cas)