Tangani Pengaturan Skor, PSSI Jangan Tumpang Tindih dengan Kepolisian

Tangani Pengaturan Skor, PSSI Jangan Tumpang Tindih dengan Kepolisian

Mercy Raya - Sepakbola
Selasa, 15 Jan 2019 17:45 WIB
Foto: dok. PSSI
Jakarta - PSSI menggelar pertemuan dengan AFC untuk membahas pemberantasan pengaturan skor. PSSI diingatkan agar tidak tumpang tindih dengan kepolisian.

Pertemuan PSSI, di antaranya sekjend Ratu Tisha dan anggota exco Gusti Randa, dan Komdis Umar Husin, dengan AFC, yang diwakili bagian Integrity Executive Legal Affairs, Mohammad Yazid Bin Zakaria, itu dihelat Selasa (15/1/2019) di Hotel Sultan. Agenda itu juga dihadiri perwakilan kepolisian dan APPI, Ponaryo Astaman.

Tisha tak menjelaskan detail pembicaraan dalam pertemuan tertutup tersebut. Tapi, dia memastikan jika AFC meminta agar PSSI dan kepolisian memilah yuridis masing-masing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Ya masing-masing sesuai tujuannya. Yang satu, PSSI, menginvestigasi terkait integrity. Apapun hal berkaitan integritas kami yang laporkan ke polisi. Di dalam kepolisianlah investigasi tindak pidana, suap, lalu ditemukan ada match fixing, itu yang dikolaborasikan dengan PSSI. Jadi, tidak sendiri-sendiri," kata Tisha.

Sejak kasus match fixing mencuat, PSSI telah membentuk Komite Adhoc untuk menyikapi segala persoalan pengaturan skor dan hal lain berkaitan dengan sesuatu yang mencederai keolahragaan.

Di sisi lain, kepolisian membuat tim Satgas Anti Mafia Bola. Mereka bahkan sudah menangkap beberapa tersangka karena kasus suapnya, termasuk Vigit Waluyo.


AFC tidak secara gamblang mengatakan sikap kepolisian menangkap pelaku sudah benar. Mereka hanya sekadar mengingatkan tugas pokok masing-masing pihak meski sama-sama untuk memberantas match fixing.

"AFC tidak menyinggung (sikap kepolisian) ini sudah benar atau tidak. Masing-masing punya yuridisnya sendiri. Tinggal diingatkan mana yang kewenangannya, mana yang bukan. Dan kapan kita perlu mereport satu sama lain, dan kapan kita perlu jalan dengan yuridis kami," kata Tisha.

Sebab, kata Tisha, ada 2 motivasi pengaturan skor. Pertama supporting advantage atau keunggulan secara keolahragaan. Jadi, dijanjikan lolos ke berikutnya. Yang kedua, berkaitan uang.

"AFC bilang kasus pertama sulit dibuktikan. Itu benar-benar area keolahragaan. Nah, jangan sampai yang memiliki yuridis masing-masing lalu membuktikan hal yang tak bisa dijaring," katanya.

(mcy/fem)

Hide Ads