Lasmi melaporkan Priyanto karena telah dinilai melakukan penipuan terhadap dirinya. Nama-nama lain justru terseret, termasuk petinggi PSSI. Belakangan Jokdri, sapaan karib Joko Driyono, juga terlibat sebagai aktor intelektual perusakan sejumlah barang bukti dugaan pengaturan skor di sepakbola Indonesia.
"Sebagai pelapor dugaan kasus mafia bola jujur aja saya malah semakin sedih. Karena, ternyata kasus ini semakin dalam dan semakin jauh. Selain itu, juga melibatkan banyak pihak," ujarnya kepada detikSport melalui sambungan telpon, Sabtu (16/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lasmi tak menyangka banyak orang penting di PSSI yang terlibat dalam kasus itu. Padahal, dia berharap petinggi PSSI itu yang memajukan sepakbola daerah.
"Saya, sebagai orang baru dalam dunia sepakbola, mestinya mendapatkan hal baik untuk ikut memajukan sepakbola di daerah. Ternyata, sekarang dihadapkan dalam situasi rumit dan tidak tau kapan akan berakhir. Ini yang membuat saya bersedih," kata dia.
Tak Percaya Komite Ad Hoc Integritas Akan Bantu Satgas
Dengan ditetapkannya Jokdri sebagai tersangka, kepercayaan Lasmi kepada petinggi PSSI lain kian luntur. Dia pun mempertanyakan dibentuknya Komite Ad Hoc Integritas, yang dalam Kongres PSSI di Bali pada 20 Januari, dibentuk untuk bersih-bersih PSSI hingga merekrut petinggi Polri dan kejaksaan.
"Pertanyaan besarnya adalah mana janji PSSI yang katanya akan bekerjasama dengan Satgas untuk memberantas mafia bola. Tindakan Joko Driyono ini menunjukkan hal sebaliknya dari komitmen dan slogannya sendiri," kata dia.
Saat ini, ia justru mengaku curiga ada sesuatu yang hendak ditutupi. Sebab, jika merasa tidak bersalah semestinya tidak perlu melakukan dugaan perusakan barang bukti atau menerobos Police Line.
"Tetapi meski bersedih, saya harap Satgas Anti Mafia Bola lebih mendalami dugaan mafia bola secara tuntas hingga ke akar akarnya," dia berharap.