Kecurigaan itu dimunculkan oleh seorang perangkat pertandingan yang ditutupi identitasnya dalam program Mata Najwa PSSI Bisa Apa Jilid 4 di Trans 7, Rabu (20/2). Si narasumber itu menyebut laga yang diatur adalah saat Arema menjamu Borneo FC di Liga 1 dan pertandingan dengan Bhayangkara FC.
Kongkalingkong menjelang pertandingan Arema dan Bhayangkara itu malah terjadi di kediaman IB di Ijen, Malang, Jawa Timur. Dalam dua pertandingan itu, disebut-sebut ada transaksi berupa uang sebessar Rp 20-25 juta per pertandingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami lebih memilih fokus mempersiapkan Piala Indonesia dan Piala Presiden. Karena, sepakbola sebagai hiburan rakyat tidak boleh tersandera," kata Sudarmadji dikonfirmasi detikSport, Kamis (21/2/2019), pagi.
"Kami sangat percaya dengan para penegak hukum. Karena, acara itu sifatnya diskusi dan karya jurnalistik tentu perlu ada cover both side dan sebatas dialektika sepakbola," ujar Sudarmadji.
Nama IB bukan pertama kali ini mencuat dalam kasus dugaan pengaturan skor. Mantan Manajer Perseba Super Bangkalan, Imron Abdul Fatah, melaporkan petinggi PSSI berinisial IB kepada Satgas Anti Mafia Bola. Imron diminta mengirimkan sejumlah uang oleh IB.
Transaksi itu terjadi pada babak delapan besar Piala Soeratin pada November 2009. Bangkalan menjadi tuan rumah ajang itu. Tapi, IB disebut mengancam untuk menarik keputusan dan memindahkan tuan rumah ke Bandung jika Imron tak mengirimkan sejumlah uang.
Imron bilang komunikasi dilakukan lewat telepon. Dalam percakapan via telepon itu, Imron diminta menyetorkan Rp 140 juta agar Bangkalan tetap menjadi tuan rumah. Saat itu, IB menjabat sebagai Ketua Badan Liga Amatir Indonesia (BLAI).
Kasus dugaan pengaturan skor tengah ditangani Satgas Anti Mafia Bola. Saat ini, Satgas telah menetapkan 15 tersangka, termasuk Plt Ketua Umum PSSI, Joko Driyono.
Saksikan juga video 'Polisi Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Pengaturan Skor':
(fem/fem)
Saksikan juga video 'Polisi Tetapkan 5 Tersangka Baru Kasus Pengaturan Skor':