Denda Tak Lagi Cukup untuk Atasi Rasialisme, Pengurangan Poin Dirasa Pas

Denda Tak Lagi Cukup untuk Atasi Rasialisme, Pengurangan Poin Dirasa Pas

Rifqi Ardita Widianto - Sepakbola
Kamis, 28 Mar 2019 01:14 WIB
Raheem Sterling mengalami pelecehan rasial saat membela tim nasional Inggris melawan Montenegro. (Foto: Carl Recine/Reuters)
Jakarta - Isu rasialisme kembali mencuat belakangan ini di sepakbola Eropa. Ada usulan agar hukumannya diperberat, misalnya pengurangan poin.

Pelecehan ras terjadi kala Inggris menang 5-1 atas Montenegro di Kualifikasi Piala Eropa 2020, Selasa (26/3/2019) kemarin. Sejumlah pemain Inggris mendapatkan hinaan rasialis, di antaranya Raheem Sterling dan Danny Rose.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

UEFA telah membuka penyelidikan terkait insiden ini. Tentu saja ada potensi hukuman menanti Montenegro sebagai tuan rumah.

Denda kemungkinan akan jadi hukuman minimal untuk hal semacam ini. Tapi sanksi tersebut dinilai sudah tak relevan lagi untuk isu rasialis saat ini.

Eks penyerang Manchester United Dwight Yorke menyarankan mulai diterapkannya hukuman yang lebih keras. Pelecehan rasial bisa disanksi dengan pengurangan poin untuk menekan insiden.




"Saya rasa denda saja tidaklah cukup. Menurut saya, kita sudah mengalami progres dalam beberapa tahun di mana rasialisme jadi kekhawatiran, tapi isu ini jelas kembali ke pertandingan," kata Yorke dikutip Sky Sports.

"Ini adalah sesuatu yang perlu kita hilangkan dari olahraga kita. Dan satu-satunya cara Anda bisa melakukannya adalah membuat keputusan yang sangat sulit."

"Uang bukan jadi soal. Kita perlu pengurangan poin, kalian tahulah, untuk menghukum para rasialis ini dari pertandingan. Saya rasa orang-orang yang memimpin harus membuat sejumlah keputusan yang sangat-sangat sulit dan kita telah melihat bahwa denda saja tidak cukup," imbuhnya.


(raw/yna)

Hide Ads