Sekitar setahun lalu, pada 26 Mei 2018 di Olympiyskiy Stadium Kiev, Liverpool harus mengubur impiannya meraih trofi keenam di ajang tersebut. Mereka takluk 1-3 dari Madrid yang merupakan juara bertahan pada dua edisi sebelumnya.
Kekalahan itu makin menyakitkan karena diwarnai dua blunder kiper Loris Karius. Selang 12 bulan setelahnya, Liverpool kembali lagi ke final dan Tottenham Hotspur jadi lawannya akhir pekan ini di Wanda Metropolitano Stadium.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalannya pun tidak ringan karena Liverpool harus berjuang sedari fase grup karena baru bisa memastikan lolos di matchday terakhir. Selain itu pada fase semifinal, mereka membalikkan ketertinggal 0-3 usai menang empat gol tanpa balas atas Barcelona di leg kedua.
Kini Liverpool berpeluang membayar lunas kekalahan dari Madrid dengan syarat bisa menaklukkan Spurs. Bukan pekerjaan mudah, tapi Liverpool begitu termotivasi membungkam kritik yang ada, terutama setelah dipermalukan Madrid di final.
"Ini semua cuma soal bagaimana kami mengatasi kekecewaan usai kekalahan di final," ujar bek Liverpool, Andy Robertson, di situs resmi klub.
"Untungnya kami bisa menggunakan itu untuk keuntungan kami. Kami bisa menjadikan itu sebagai movitasi. Motivasi untuk kami selama sesi pramusim - terlebih untuk memberikan tenaga di kaki kami, sehingga kami siap dan berusaha keras untuk tampil bagus sedari awal musim," sambungnya.
"Saya rasa jika tim-tim mengalami kekecewaan seperti itu, maka hasilnya cuma dua. Itu bisa saja membuat mereka jatuh lebih dalam dan kesulitan. Untungnya, kami tidak seperti itu."
"Tentu saja kami tidak ingin merasakan seperti itu karena saya masih ingat betapa sakitnya usai final tersebut. Tidak enak rasanya. Anda ingin jadi juara - tentu saja. Kami akan melakukan apapun agar tidak merasa kecewa lagi tahun ini," demikian bek asal Skotlandia itu.