Indonesia berencana mengajukan permohonan untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034 bersama dengan Australia. Secara terpisah, negara-negara ASEAN juga mengusung wacana untuk jadi tuan rumah bersama.
Lantas apa saja yang jadi persyaratan untuk menjadi tuan rumah? Apakah menyiapkan atau membangun stadion-stadion bagus dan besar saja cukup?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari panduan proses penawaran untuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 yang dirilis FIFA bisa diketahui garis besarnya. Ada lima syarat utama untuk mengajukan diri menggelar turnamen empat tahunan tersebut.
Lima syarat utama itu adalah visi dan strategi tuan gelaran, informasi negara tuan rumah, persoalan teknis, hal-hal lain terkait ajang, serta manajemen berlanjutan terkait ajang, perlindungan hak asasi, dan lingkungan.
Visi dan strategi antara lain mencakup perencanaan terintegrasi untuk menjadi tuan rumah, juga dukungan politik di negara yang mencalonkan. Kemudian dalam syarat informasi negara yang mencalonkan, ada empat faktor pertimbangan yakni informasi umum, politik, ekonomi, serta media dan pemasaran.
Stadion hanyalah satu dari serangkaian faktor yang tercantum dalam syarat persoalan teknis. Ada enam faktor lain yang masuk ke penilaian, yakni fasilitas tim dan wasit, lalu akomodasi dan markas FIFA, bandara-bandara, transportasi dan infrastrukturnya, teknologi informasi-komunikasi dan pusat penyiaran internasional, lalu keamanan.
Tak kalah kompleksnya adalah syarat keempat. Ini mencakup komunikasi, hubungan masyarakat, dan promosi ajang, lalu penyelenggaraan FIFA Fan Fest, layakan-layanan dari kota-kota tuan rumah, sukarelawan, ajang-ajang yang terkait kompetisi, sistem kesehatan dan medis, juga terkait bujet dan tiket.
Syarat terakhir meliputi manajemen gelaran yang berkelanjutan, diikuti faktor hak asasi dan standar-standar ketenagakerjaan, lalu faktor perlindungan lingkungan.
Lima syarat ini harus diperhatikan betul oleh Indonesia jika ingin mencalonkan diri jadi tuan rumah. Mengingat besarnya skala ajang yang disasar, persiapannya tak bisa main-main.
Dalam hal infrastruktur saja misalnya, tidak cukup hanya menyiapkan stadion-stadion layak. Transportasi, baik untuk tim, ofisial, maupun fans, harus disiapkan secara matang. Khusus untuk fans, sistem transportasi yang terintegrasi tentu akan memberikan nilai plus. Ini belum bicara soal infrastruktur teknologi informasi, komunikasi, dan penyiaran.
Piala Dunia 2034 memang masih jauh, tapi banyaknya hal yang harus diperhatikan membuat perencanaan harus dimulai sejak kini. Itu jika Indonesia benar-benar serius ingin menjadi tuan rumah. Bukan begitu?
Simak Video "Inovatif! Sampah Plastik Piala Dunia 2018 Jadi Lapangan Sepakbola"
(raw/yna)