Rasa-rasanya Solskjaer adalah pelatih yang paling ragu menyambut Liga Inggris musim depan.
Sebagai pelatih yang juga legenda klub sebesar Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer menanggung beban yang maha dahsyat. Parahnya, ia seakan-akan menopang itu nyaris seorang diri. Musim lalu Manchester United hanya berhasil mengamankan posisi enam besar dan gagal tampil di Liga Champions musim depan. Akhir balapan musim 2018/2019 lalu adalah penurunan yang tak diduga oleh semua orang, terutama fans MU.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Setelah resmi diikat sebagai pelatih kepala, sebagian besar punggawa MU menyambut kegirangan keputusan manajemen mempermanenkan pelatih berkebangsaan Norwegia tersebut. Paul Pogba paling vokal, dengan gagah ia menyebut Solksjaer adalah orang yang tepat untuk membangkitkan MU mengejar perburuan gelar Liga Inggris di musim-musim berikutnya. Menurut gelandang asal Perancis ini, Solksjaer telah berhasil membawa aura positif untuk MU.
Tapi, ucapan tinggal ucapan, sejak diangkat menjadi manajer tetap, Solksjaer bersama MU-nya justru perlahan-lahan melaju mundur dalam perburuan gelar juara. Menjelang musim berakhir, Setan Merah berjalan secara teratur keluar dari perebutan tiket ke Liga Champions. Adapun Pogba mendadak menjadi seperti pesakitan yang bermain sepakbola seperti orang tanpa ruh. Akhirnya, opini-opini yang meragukan keputusan MU mengontrak Solksjaer adalah sebuah keniscayaan.
Padahal, kalau mau berbesar hati, Solksjaer tentu saja bukan satu-satunya sosok yang berhak disalahkan atas keterpurukan MU musim lalu. Totalitas pemain juga dapat dijadikan faktor x sebagai biang kerok hancur leburnya MU. Sekarang musim sudah usai. Para pemain akan berlatih kembali di pramusim dan bersiap menghadapi musim baru. Adapun Solksjaer masih kebingungan mencari cara untuk menyelesaikan berbagai masalah yang ada di timnya.
Masalah pertama MU menghadapi musim baru adalah susahnya mendapatkan pemain incaran. Musim baru akan segera dimulai, MU masih kelimpungan mendatangkan amunisi baru untuk memperbaiki kinerja tim musim depan. Beberapa pemain incaran terlihat makin sulit didapat. Padahal, MU sudah merilis daftar pemain incaran untuk mengarungi musim depan, mulai dari Jadon Sancho, Bruno Fernandes, Matthijs de Ligt, Harry Maguire, Christian Eriksen, hingga winger Real Madrid Gareth Bale.
![]() |
Baca juga: Inter Milan Segera Jemput Lukaku |
Tetapi tak satupun dari mereka yang berhasil didatangkan, setidaknya hingga tulisan ini dibuat. Baru Daniel James yang berhasil didaratkan dari Swansea City dengan kisaran harga 15 juta poundsterling. Winger belia berusia 21 tahun yang dikontrak selama 5 musim ke depan itu sebenarnya merupakan plan ke sekian-sekian MU jika target utama gagal didapat. Akhirnya hal tersebut menjadi kenyataan.
Setelahnya, pemain lain yang 'berhasil' didatangkan adalah Aaron Wan-Bissaka dari Crystal Palace. Bek kanan tersebut jadi rekrutan kedua 'Setan Merah' musim panas ini yang diplot sebagai pengganti Antonio Valencia yang kontraknya tak diperpanjang. Setelah dua pemain tersebut, MU kesulitan mendatangkan pemain buruannya. Selain tak diperhitungkan dalam perburuan gelar, pemain incaran MU rata-rata juga menjadi incaran klub besar lainnya yang memiliki daya tarik lebih aduhai.
"Sulit untuk melakukannya, itu tidak mudah. Semua orang tahu Manchester United menginginkan pemain dan label harga akan naik. Anda harus mencoba dan mengusahakan pemain datang ke klub. Para pemain juga tak hanya tinggal tanda tangan, mereka juga melakukan tugasnya dan membiarkan agennya bekerja," jelas eks pemain MU, Gary Neville kepada Sky Sports.
Menurut Neville, pemain incaran MU mungkin melakukan 50 pertemuan sebelum pindah klub. Adapun Manchester United menurutnya, akan berada di belakang dengan klub besar lainnya, yang juga mencari pemain besar.
Opini Neville tidak salah-salah amat, tapi menyebut hal tersebut sebagai satu-satunya alasan MU sulit mendatangkan pemain adalah kebohongan publik. Kita semua sepakat bahwa MU sudah kehilangan citra sebagai salah satu klub besar di Eropa dan Inggris setelah Sir Alex pensiun.
Selain itu, kharisma Ole Solksjaer sebagai pelatih juga kalah terang dengan manajer-manajer rival layaknya Josep 'Pep' Guardiola atau Juergen Klopp. Sehingga hal tersebut mempengaruhi pergerakan MU pada bursa transfer musim ini. Apapun alasannya, diakui atau tidak, Solksjaer sedang mempersiapkan diri menghadapi musim yang maha berat di depannya.
Buruknya performa MU di bursa transfer bukan satu-satunya masalah yang akan membuat MU diprediksi bakal terpuruk musim depan, sikap dan etos kerja pemain juga menjadi masalah besar lainnya yang harus dicarikan solusi oleh pelatih berjuluk "The Baby Face Assassin" itu.
Pemain-pemain macam Pogba dan Lingard lebih aktif di media sosial daripada memperbaiki kinerja di lapangan. Belum lagi Romelu Lukaku yang ngebet mencari pintu keluar Old Trafford. De Gea lain lagi, kiper timnas Spanyol tersebut belum akan berhenti merengek minta dilepas atau dipertahankan dengan kenaikan gaji selangit.
Masalah-masalah seperti itu membuat kepala Solksjaer mau pecah seperti anak SD yang dipaksa menyelesaikan rumus persamaan Helmholtz. Dengan segala kerumitan yang komplit tersebut, bisa apa Solksjaer musim depan?
Barangkali magis seringkali terjadi di sepakbola, tetapi kita juga harus berdamai dengan kenyataan, bahwa magis itu tidak akan terjadi selamanya...
======
Penulis adalah alumnus Antropologi Aceh yang menyukai sepakbola dan tulisan-tulisan satire.

***
detiksport menerima tulisan berupa kolom, opini, atau esai terkait isu-isu olahraga dari para pembaca. Tulisan hendaknya orisinal, belum pernah dimuat di media lain, disertai dengan identitas atau biodata diri singkat (dalam satu-dua kalimat untuk dicantumkan ketika tulisan tersebut dimuat). Kirimkan tulisan Anda ke redaksi@detiksport.com
(din/raw)