Erick berkunjung ke markas Persis di kawasan Manahan, Sabtu (21/9/2019). pria yang juga ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu juga menggelar konferensi pers di Solo.
Sebelumnya, Ercik sempat dispekulasikan menjadi plt menpora, menempati kursi kosong yang ditinggalkan Imam Nahrawi. Potensi itu tak surut, kendati plt menpora diserahkan kepada Menteri tenaga Kerja, Hanif Dhakiri, karena masa kerjanya tinggal sebulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya Persis Solo lah," kata mantan bos Inter Milan itu dalam jumpa pers di Hotel Alila, Solo.
Erick mengaku tidak ingin ada konflik kepentingan jika dia menjadi Menpora. Lagipula, Erick tak asing dengan manajemen olahraga, seperti memiliki klub basket Satria Muda dan klub sepakbola Oxford United di Inggris.
"Masa conflict of interest. Tadi saya bilang kalau konflik-konflik itu kurang bagus lah. Industrinya olahraga terus menjadi pimpinan (di Kemenpora), akhirnya konflik lah," kata dia.
Jabatannya sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) habis pada tahun ini. Dia mengaku enggan memimpin KOI dengan alasan regenerasi kepemimpinan.
"Udah selesai tugas Asian Games. Sekarang KOI yang baru tugasnya dapat (tuan rumah) Olimpiade 2032. Gantian lah. Masa tahu 2032 umur saya 60-an masih jadi ketua, gantian yang muda lah," katanya.
Meski masih dalam masa penjajakan, Erick mengaku serius. Dia pun sudah memaparkan program-program yang akan dia lakukan jika benar-benar membeli saham Persis Solo.
Di antaranya, dia ingin membuat akademi sepakbola untuk menjaring pemain-pemain muda. Dia juga ingin mendirikan tempat latihan hingga klinik untuk tim.
"Walaupun penjajakan, ini serius, bukan hanya mimpi. Seperti waktu saya di DC United Amerika dan di Inter Milan, saya punya program-program yang sama. Ini hanya bisa tercapai kalau antara pengurus, pemerintah, suporter solid," kata dia.
(bai/fem)