Liga 1 Putri mulai bergulir pada 6 Oktober 2019. Ada 10 klub yang ikut ambil bagian di ajang ini: Persija Jakarta, Persib Bandung, TIRA Persikabo, PSS Sleman, dan PSIS Semarang yang tergabung di Grup A. Selanjutnya ada Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya, dan Arema Malang yang masuk ke Grup B.
Sejauh ini Liga 1 Putri sudah berjalan satu seri. Grup A berlangsung di Sleman dan Grup B di Malang. Seri kedua nantinya bergulir pada 19-25 Oktober di Bogor untuk Grup A dan di Bali Grup B.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Yang Kamu Perlu Tahu soal Liga 1 Putri |
"Keseriusan ini pas saya jadi exco (2016). Target saya waktu itu (Liga 1) harus bisa ada dulu, (tidak untuk memikirkan timnas dahulu) walaupun konsep sudah ada. Sekarang kita jauh tertinggal di ASEAN di bandingkan zaman saya dulu. Singapura sudah ada liganya, Vietnam, dan Myanmar. Kalau Thailand tidak usah dibandingkan," kata Papat saat bincang-bincang dengan detikSport.
"Mereka timnasnya terbentuk itu karena liganya ada. Semoga kita tidak lagi mengandalkan turnamen-turnamen lagi per hari17-an, Hari Kartini, dan sebagainya," sambung salah satu pemain legenda sepakbola wanita Indonesia itu.
"Kami dulu rencananya lima tim saja tetap jalan yang penting ada gaungnya. Tapi, akhirnya ternyata dari 18 ada 10 tim yang ikut. Luar biasa.
"Sosialisasi dimulai waktu kongres 2017, yang menyatakan 2018 harus ada liga. Klub-klub dikumpulkan empat bulan (2019) yang lalu kalau tidak salah ingat. Tapi liga akhirnya baru jalan tahun ini."
Dorongan untuk membentuk Liga 1 Putri tak lepas dari momentum tampil di Asian Games 2018. Indonesia kala itu bisa menang dari Maladewa 6-0, namun selanjutnya dilibas Taiwan 0-4 dan Korea Selatan 0-12.
"Dulu Asian Games itu adalah tamparan. Temen-temen dulu banyak kontra, mereka bilang coba pikir-pikir lagi apa nanti tidak mempermalukan karena ini levelnya tinggi. Justru buat saya itu adalah kesempatan untuk memperlihatkan ke pemerintah dan publik, bagaimana kita bisa sukses timnas putri kalau liga saja tidak ada," ungkapnya.
"Kerja keras waktu itu untuk negosiasi dengan pemerintah. Mereka juga harus tahu bagaimana ini kesiapannya, akhirnya semua diterima. Pemerintah cuma pasang target satu kemenangan ketika itu (di Asian Games)."
Liga 1 Putri bisa dikatakan bergulir dengan dana pas-pasan. Belum ada sponsor yang masuk untuk menyuntik dana selain adanya Mola TV selaku pemegang hak siar kompetisi ini.
"Kendala tahu sendiri di Indonesia kalau sepakbola laki-laki saja banyak kekurangan dan harus banyak yang dibenahi. (Biaya) ya, itu termasuk, ada juga fasilitas. Ada juga orang tua anak yang belum percaya melepas anaknya ke sepakbola," kata wanita 56 tahun itu.
"Sementara ini sponsor belum ada. Kami sekarang berharap banget dukungan dari klub itu sendiri. Pertama setidaknya untuk terus sosialisasi," lanjutnya.
Baca juga: Selamat Datang Liga 1 Putri Indonesia |
(ran/din)