Vijaya Fitriyasa soal 'Serangan Fajar' untuk Gaet Suara di Kongres PSSI

Vijaya Fitriyasa soal 'Serangan Fajar' untuk Gaet Suara di Kongres PSSI

Mercy Raya - Sepakbola
Rabu, 16 Okt 2019 15:22 WIB
Vijaya Fitriyasa, calon ketua umum PSSI (Rachman Haryanto/detikSport)
Jakarta - Politik uang berpotensi muncul menjelang Kongres PSSI pada 2 November. Salah satu calon Ketua Umum PSSI, Vijaya Fitriyasa, menolak akan mengambil langkah itu untuk menggaet suara.

Delapan calon ketua umum lolos seleksi pertama PSSI. Salah satu calon yang muncul adalah bos Persis Solo, Vijaya.

Boleh dibilang Vijaya merupakan sosok baru di sepakbola dibandingkan pesaing, di antaranya Rahim Soekasah yang pernah menjabat sebagai ketua Badan Tim Nasional, Bernhard Limbong merupakan purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir Brigadir Jenderal (Brigjen) dan ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI pada 2012 dan penanggung jawab Timnas Indonesia era ketum Djohar Arifin juga pada 2012, serta La Nyalla M. Mattalitti yang merupakan mantan ketua umum PSSI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Vijaya bermodal visi misi sepakbola transparan dan profesional untuk menjadi calon ketua umum PSSI. Dia menjamin tak akan menggunakan serangan fajar alias politik uang untuk mencari suara.


"Saya kasih gambaran saja serangan fajar ibaratnya pemilih money politic. Siapapun pemilik suara hanya menikmati saat kongres saja. Nah, saya mungkin tak bisa melakukan itu tetapi saya kasih sesuatu yang sifatnya kontinu," kata Vijaya dalam perbincangan dengan detikSport, Senin (14/10/2019).

"Artinya, saya gaji semua, kami subsidi kegiatan asprov, jadi tak cuma klub. Uangnya dari mana? Dari sponsor, bisa juga dari ekosistem yang dibangun. Saya kan juga bangun ekosistem digital, jadi pemasukan PSSI tak hanya dari sponsor dan hak siar saja, juga dari streaming, marchandise, dari hak siar ke luar negeri. Nah. itu yang saya yakinkan bisa dihasilkan dan jumlahnya bisa lebih besar," dia menjelaskan.

Vijaya optimistis pemilik suara lebih tertarik dengan pengelolaan sepakbola secara profesional ketimbang politik uang yang imbasnya sesaat dan hanya ditujukan kepada segelintir orang. Dia menilai voters juga menginginkan perubahan ke arah lebih baik.

"Saya optimistis karena sebenarnya mayoritas voters itu ingin ada perubahan. Calon-calon yang lain muka-muka lama. Saya sebagai orang baru dan tahu susahnya mengurus klub, susahnya asprov mengelola liga amatir, melakukan pembinaan usia dini, sehingga saya yakin dengan sisa waktu ada, dan saya berkomunikasi dengan asprov, dan juga pemiik klub yang memiliki hak suara untuk sama-sama memperbaiki PSSI dan membangun sepakbola yang lebih baik lagi," kata dia.

Pria yang berprofesi sebagai pengusaha ini juga meyakini votersnya tak akan membelot pada saat hari pemilihan.

"Insya Allah enggak. Saya tidak hanya menawarkan sesuatu yang instan, tapi jangka panjang," ujarnya.



(mcy/fem)

Hide Ads