.webp)
Bagi para kolekter jersey zaman dulu alias jadul, mendapatkan kostum langsung dari para pemainnya menjadi pengalaman luar biasa. Tidak jarang mereka mendapatkan cerita-cerita menarik dari sana.
Hal itu yang dialami oleh Budi Frastio, salah satu kolektor jersey Timnas Indonesia. Ia kerap mendengar kisah menarik kala mendapatkan kaos orisinal langsung dari mantan punggawa Skuat Garuda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya cerita di balik jersey Timnas Indonesia pada saat mentas di Piala Asia 2004 di China. Ketika itu, kostum yang digunakan Ponaryo Astaman dkk merupakan buatan lokal dengan merek Ghazali.
"Ternyata saat itu Timnas belum ada kerja sama dengan apparel, sehingga baju yang dipakai itu ya buatan lokal merek Ghazali. Tidak sedikit pemain yang malu karena lawan semua memakai baju keluaran Adidas atau Nike yang lebih keren," kata Budi saat ditemui detikSport di rumahnya di kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
Lain lagi cerita tentang jersey away Timnas Indonesia saat berlaga di SEA Games 1997 Jakarta. Beberapa pemain, diketahui Budi, kurang pede mengenakannya, lantaran motifnya yang menyerupai jaring laba-laba merah.
"Selain itu ada juga pemain-pemain yang kurang nyaman saat mengenakan kostum Timnas saat Piala AFF 2000. Kausnya cukup berat saat digunakan, jadi tidak enak saat dipakai bertanding," ujar Budi sembari memamerkan jersey merah berlengan panjang timnas tahun 2000 yang pernah dikenakan Bima Sakti.
Meski tidak nyaman atau harus menahan malu saat mengenakannya, namun para pemain tetap berjuang sekuat tenaga untuk meraih hasil yang terbaik di lapangan. Bagaimanapun juga, yang mereka kenakan adalah representasi bangsa dan negara Republik Indonesia di ajang internasional.
