Jakarta -
Persebaya Surabaya berhasil finis di posisi kedua setelah sempat tampil inkonsisten.
Aji Santos berhasil menyulap Bajul Ijo dan tak terkalahkan.
Liga 1 2019 tak berjalan mulus untuk Persebaya. Mereka melakukan bongkar pasang pelatih.
Di awal musim 2019, Persebaya berjalan di bawah arahan
Djadjang Nurdjaman. Mantan pelatih Persib Bandung itu akhirnya dipecat setelah Persebaya tampil inkonsisten dan kursi kepelatihan untuk sementara pada saat itu diambil alih Bejo Sugiantor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di bawah arahan Bejo, Persebaya juga belum bisa konsisten meraih kemenangan. Kelompok suporter Persebaya bahkan sampai beberapa kali masuk ke lapangan untuk mengutarakan rasa kecewanya dengan hasil tim.
Selepas itu, Persebaya mengangkat Wolfgang Pikal sebagai pelatih kepala. Pria asal Austria itu menjalani lima laga tanpa kemenangan dan klub terpaksa harus memecat.
Pikal pergi, Aji datang. Keputusan Persebaya untuk mengangkat Aji sempat bikin dahi banyak pihak berkerut.
Aji sebelumnya tak punya catatan bagus sebagai pelatih. Bahkan, sebelumnya dia dipecat oleh PSIM Yogyakarta.
Mantan pemain Persebaya itu menjawab keraguan dengan sangat luar biasa. Persebaya justru mampu finis di posisi kedua.
Selama dilatih pria 49 tahun itu, Persebaya malah belum pernah kalah. Total dari sembilan laga, Persebaya besutan Aji mampu memetik tujuh kemenangan dan dua imbang.
Cara Aji Santoso Dongkrak PersebayaAji punya tiga jurus dalam mengangkat Persebaya dari keterpurukan. Hal pertama adalah menciptakan atmosfer yang kondusif, kedua mengangkat mental pemain, dan ketiga mengubah cara main.
"Pertama, tentu saya membangkitkan mental dan motivasi pemain. Artinya, bagaimana saya menciptakan satu atmosfer yang sangat kondusif di dalam tim," kata Aji dalam bincang-bincangnya bersama detikSport lewat sambungan telepon.
"Kedua, bagaimana saya meningkatkan mentalitas pemain yang sudah sangat terpuruk karena enam pertandingan tidak pernah menang. Ketiga, paling penting saya mengubah cara mereka bermain."
"Tiga komponen itu yang bikin Persebaya bisa berubah. Cara bermain itu yang paling urgent. Saya lihat dan amati, sepertinya pemain ini tidak cocok main dengan bola-bola long pass," tegasnya.
Badak Lampung Lawan Terberat Aji SantosoKeberhasilan Aji membawa Persebaya tak terkalahkan tidak bisa dianggap remeh. Sebab, lawan-lawan yang dihadapi terhitung cukup kuat, yakni PSM Makassar, Persipura Jayapura, Madura United, Arema FC, dan Persija Jakarta.
Kemenangan atas Persipura, Madura United, Arema FC, dan Persija bahkan didapat tanpa dukungan Bonek. Saat melumat Arema FC 4-1 di kandang, Persebaya tampil tanpa penonton.
"Jujur saja, finis di posisi kedua ini sebenarnya pikiran pertama saya sanggat berat. Poin tertinggal jauh, kondisi mental pemain tidak stabil, dan pikiran saya itu kami bisa finis di papan tengah seperti lima atau enam," Aji mengungkapkan.
"Banyak pertandingan spesial. Ketika bertemu tim rival seperti Arema FC, Persija, terus bertemu tim-tim besar seperti Madura United. Banyak yang spesial menurut saya karena lawan yang dihadapi berat, tim papan atas banyak. Kami menang tanpa dukungan suporter."
Meski lawan-lawan tersebut punya nama besar, Aji justru menilai lawan yang paling berat adalah Badak Lampung, yang dihadapi pada pekan terakhir. Persebaya sempat tertinggal 0-1 lebih dulu sebelum menutup dengan kemenangan 2-1.
"Dari semua pertandingan justru yang paling berat laga terakhir melawan Badak Lampung. Beratnya bukan secara taktikal, tapi masalah mental," kata Aji.
"Yang saya cemaskan itu pemain meremehkan lawan karena sudah degradasi. Lawan papan bawah dan kami di papan atas. Mental ini yang berbahaya dan itu terjadi di babak pertama."
Keharmonisan Persebaya Bantu Aji BekerjaAji menilai bahwa Persebaya yang dia tangani berbeda dengan klub-klub sebelumnya. Di Persebaya, dia menemukan kondisi manajemen yang harmonis.
"Kemarin itu banyak permasalahan di dalam tim, jadi susah juga. Tapi, masyarakat tidak perlu tahu bagaimana saya seperti di PSIM," Aji mengungkapkan.
"Sedangkan di Persebaya, antara tim dan manajemen tidak ada masalah. Yang menjadi masalah itu cuma mental dan takut-takut tidak bisa tampil lepas. Itu yang saya perbaiki."
"Kalau saya di tim-tim sebelumnya sangat kompleks. Orang luar tidak tahu. Tapi, ketika saya mendapatkan satu tim yang tidak bermasalah, alhamdulillah jalannya baik. Bahkan, menurut saya ini spektakuler dari posisi ke-11, finis di posisi kedua," tegasnya.