Banyak pihak yang tertarik untuk membeli saham PSS, mulai dari pengusaha ibu kota hingga politisi. Salah satunya adalah Mumtaz Rais, putra ketiga Amien Rais yang disebut-sebut akan maju dalam Pilkada 2020.
Minat Mumtaz untuk mengakuisisi saham mayoritas pun disoroti oleh Slemania, salah satu kelompok suporter PSS Sleman. Mereka mengingatkan agar hati-hati dalam menjual mayoritas saham yang dibanderol di angka Rp 15 miliar hingga Rp 20 miliar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami meminta kepada pemilik agar berhati-hati dalam menjual saham mayoritas itu, jangan sampai dibeli oleh politisi," ujar Presidium Slemania, Asep Handi Kurniawan, saat dihubungi Sabtu (18/1/2020).
Asep khawatir andai nantinya saham itu dijual kepada politisi justru bukan untung yang didapatkan klub, namun menjadi komoditi politik dan modal Pilkada bagi pemilik. Pemilihan kepala daerah di Sleman dihelat dalam waktu dekat.
"Kami khawatir jika nantinya PSS hanya digunakan sebagai ajang mencari suara untuk maju Pilkada," dia menjelaskan.
Setelah suara didapatkan bukan tak mungkin pemilik saham tak lagi peduli kepada klub. Asep berkaca dari kasus Sriwijaya FC pada 2018. Sriwijaya hanya digunakan sebagai kendaraan politik. Awalnya, Laskar Wong Kito memang menunjukkan finansial yang mapan sehingga bisa mendapatkan pemain top, namun dalam prosesnya prestasi Sriwijaya terjun bebas seiring gagalnya pemilik klub, Dodi Reza, menjadi Gubernur Sumatera Selatan.
"Kami tidak ingin prestasi PSS juga jeblok seperti itu. Saat ini, manajemen PSS seperti ini, kalau dibeli politisi mau jadi apa lagi? Kami tidak ingin PSS jadi mainan politik," dia menegaskan.
Sementara itu, Komisaris PT PSS, Soekeno, yang memiliki 68 persen saham, berencana melepas saham dan dalam beberapa kesempatan selalu menyatakan jika tidak ingin melepas saham kepada politikus.
"Saya enggak mau dibeli politikus. Saya enggak mau PSS nanti jadi ajang politik. Saya harap PSS ini suasananya agar tetap kondusif," kata Soekeno.
(fem/fem)