Agen pemain, Muly Munial, memahami keputusan PSSI untuk mengeluarkan kebijakan gaji 25 persen selama liga disetop. Dia mengucapkan syaratnya.
PSSI memberi saran pemotongan gaji pemain dalam periode force majeur Shopee Liga 1 dan Liga 2 2020. Federasi sepakbola tanah air itu menuangkannya dalam surat pada pekan lalu.
Merespons itu, Muly mengaku tidak masalah soal pemotongan. Hanya saja, dia menegaskan soal kesepakatan seharusnya dibuat oleh kedua belah pihak. Antara pemain dan klub.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami semua prihatin dengan situasi ini. Kami tahu klub susah, liga ditunda, tapi semuanya harus ada pembicaraan lebih dulu," kata Muly kepada detikSport, Senin (30/3/2020) dalam sambungan telepon.
"Bagi sebagian orang digaji hanya 25 persen mulai April sampai Juli mungkin fair. Tapi bagaimana dengan gajinya yang kecil, bagaimana dengan gaji yang misalnya Rp 5 juta. Dengan gaji Rp ,25 juta apakah cukup untuk hidup. Itu yang harus dibicarakan kedua belah pihak dengan kepala dingin agar semua sama-sama terlindungi," dia menjelaskan.
Menurut Muly, sejauh ini sudah ada beberapa pemain dan klub yang berkomunikasi dengannya menyikapi keputusan PSSI. Seperti Madura yang bersedia membayarkan gaji pemainnya secara penuh pada Maret ini. Sebab, pemainnya bekerja sampai 20 Maret. "Ke depannya digaji 25 persen tidak masalah," ujarnya.
Di sisi lain, dia berharap agar surat yang dikeluarkan PSSI tak lantas dimanfaatkan klub yang belum menyelesaikan kewajiban kepada pemain. Terutama down payment serta gaji di awal sebelum status force majeur dikeluarkan.
"Kalau force majeur itu kan tentang apa yang terjadi di depan, bukan belakang. Saya mengerti pembayaran lagi susah tapi kewajiban tetap harus dibayar," dia menegaskan.
(mcy/cas)