Pennanen soal Sepakbola Indonesia: Sebelum Tanding Kok Makan Pizza?

Pennanen soal Sepakbola Indonesia: Sebelum Tanding Kok Makan Pizza?

Muhammad Robbani - Sepakbola
Selasa, 28 Apr 2020 17:15 WIB
Petteri Pennanen
Petteri Pennanen Soal Sepakbola Indonesia: Sebelum Tanding Kok Makan Pizza? (Instagram/petepennanen)
Jakarta -

Pemain asing Tira Persikabo Petteri Pennanen sedikit-banyak sudah mendapatkan gambaran kehidupan di Indonesia khususnya sepakbolanya. Apa katanya?

Pennanen sempat tinggal di Indonesia sekitar tiga bulan sejak pertama kali gabung Tira Persikabo pada pertengahan Januari. Ia memilih pulang kampung awal April ini setelah Shopee Liga 1 2020 ditangguhkan akibat pandemi virus Corona.

Meski baru seumur jagung, Petteri Pennanen sudah mendapatkan impresi tentang orang Indonesia. Setidaknya itu berdasarkan pengamatannya kepada rekan-rekan seprofesinya.

Disebutnya, pemain Indonesia punya dua sifat yang berbeda kala di lapangan dan di luar lapangan. Sikap berbeda 180 derajat akan ditunjukkan mereka di luar sepakbola.

"Saya bingung, pemain-pemain di sini sangat berapi-api (ketika bertanding) dan itu sangat kontras ketika mereka bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari," kata Pennanen, dikutip dari media Finaldia, Yle.

Ini bukan kali pertama buat pemain berusia 29 tahun berkarier di luar negeri. Sebelumnya Pennanen juga pernah berkarier di Belanda bersama FC Twente pada 2009 dan Miedz Legnica di Polandia pada 2017.

"Saya sangat menikmati bermain dan mendapatkan pengalaman dari budaya baru. Meski sebenarnya baru beberapa bulan (di Indonesia), tapi sudah terasa seperti satu tahun. Ada banyak pengalaman baru," ujarnya menambahkan.


[Gambas:Instagram]





SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Sudah lazim bahwa suporter Indonesia kerap memberikan kejutan buat pemain-pemain asing yang baru tiba di Tanah Air. Pennanen langsung merasakan hasrat besar suporter pada laga keduanya saat Tira Persikabo dijamu PSS Sleman pada pekan kedua Liga 1.

Pertandingan sebenarnya sepi dari penonton lantaran suporter PSS masih melakukan boikot kepada klub. Ini adalah lanjutan dari serangkaian protes suporter kepada manajemen PSS sejak musim lalu.

Meski begitu, suporter PSS sebenarnya tetap datang tapi tidak masuk ke stadion. Keadaan juga tak kondusif seusai laga karena suporter masih berada di luar stadion.

Kondisi itu membuat pihak pengaman terpaksa mengangkut rombongan Laskar Padjadjaran dengan kendaraan taktis (rantis). Bagi Pennanen, itu adalah sesuatu yang tak pernah terbayangkan dirinya sebagai pemain sepakbola asal Eropa.

"Suporter memboikot pertandingan karena suatu alasan. Namun 'kelompok ultra' suporter PSS (Brigata Curva Sud) memenuhi jalanan setelah laga," tuturnya.

"Kami harus menunggu satu setengah jam untuk bisa keluar dari stadion. Pada akhirnya kami meninggalkan stadion dengan menaiki kendaraan khusus yang disediakan polisi dan juga mendapatkan pengawalan yang cukup ketat," ucapnya.

ADVERTISEMENT



Ia juga pernah terkejut dengan kebiasaan tak sehat klubnya sesaat sebelum bertanding, yakni memakan pizza yang disediakan klub.

"Dalam suatu perjalanan kami protes tentang makanan. Kemudian satu setengah jam sebelum pertandingan, pizza mendarat dan kami diminta memakannya. Tentu saja saya menolak," kata Pennanen yang mengungkapkannya sambil tertawa.



Tak lengkap rasanya menggambarkan kualitas sepakbola di negara asing. Pennanen pun menyebut bahwa secara kualitas individu pemain dan pelatih di Indonesia tak jelek-jelek amat.

Pelatih Tira Persikabo sendiri juga berasal dari Eropa. Dia adalah Igor Kriushenko yang sebelum ke Indonesia tercatat sebagai Pelatih Timnas Belarusia.

Bersama Belarusia, Igor sudah terbiasa menemani anak asuhnya bertanding melawan tim-tim top seperti Prancis hingga Jerman. Itu terjadi di ajang kualifikasi Piala Dunia dan kualifikasi Piala Eropa.

"Saya pikir banyak individu-individu berkualitas di sini, memang gaya sepakbolanya sangat berbeda dibanding Eropa. Secara taktik tak juga tidak terlalu bagus," ungkap Petteri Pennanen.

"Meski begitu ini tidak mudah buat saya. Ada banyak situasi dimana kamu tidak terbiasa ketika bermain dalam sebuah pertandingan yang benar-benar berbeda dari biasanya," ucap pemain kelahiran tahun 1990.



Terkait kelanjutan kompetisi, ia tak yakin Liga 1 bisa bergulir lagi. Ia mengaku belum mendapat kepastian tentang hal ini.

"Saya baca di media online tak akan ada kompetisi sampai akhir Mei. Rasanya tak akan lanjutan liga, setidaknya dari beberapa informasi yang saya dapatkan," tuturnya.

"Beberapa pekan sebelum kompetisi dihentikan, kami masih bermain secara normal. Padahal situasinya tak bagus di seluruh dunia, tapi situasinya memang berubah dalam waktu cepat," ucapnya mengakhiri.


Hide Ads