Ada satu hal yang dianggap jadi penyebab jebloknya prestasi Arsenal. The Gunners dinilai kurang cakap dalam hal jual beli pemain.
Arsenal saat ini masih belum bisa bersaing menembus empat besar Liga Inggris musim ini. Pierre-Emerick Aubameyang dkk masih tertahan di peringkat kesembilan dengan 40 poin dari 28 laga.
Tidak hanya itu, Arsenal juga gagal menembus ke Liga Champions dalam tiga edisi terakhir. Musim 2016/2017 menjadi kali terakhir klub London Utara tersebut tampil di kompetisi tertinggi Eropa, meski hanya bertahan sampai babak 16 besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raihan tersebut tentu saja dapat dibilang kurang memuaskan buat klub besar sekelas Arsenal. Charlie Nicholas, legenda The Gunners sekaligus pandit Sky Sports, menyebut ada kesalahan mendasar yang menjadi pangkal jebloknya performa mantan klubnya itu.
Dalam pandangan Nicholas, Arsenal punya problem besar terkait kebijakan transfer. The Gunners dianggapnya buruk dalam membeli pemain, serta terlalu mudah menjual pemain-pemain bintang.
"Saya tidak berpikir mereka memiliki masalah identitas. Kenyataannya adalah selama bertahun-tahun, bahkan saat masih bersama Arsene Wenger, kami menjual Patrick Vieira, Thierry Henry dan sebagian besar pemain hebat kami," kata Nicholas kepada Sky Sports.
"Tidak ada yang salah dengan perubahan, tapi kami menjual mereka terlalu dini ketika kami belum dapat memanfaatkan mereka secara penuh. Kami membiarkan kontrak Aaron Ramsay dan di umur 28 tahun dia pergi tanpa meninggalkan apa-apa," sambungnya.
"Kami memiliki masalah dalam mengidentifikasi para pemain dan kemudian apa yang kami lakukan adalah membayar 30 juta paun buat Shkodran Mustafi dan bek-bek lain yang belum pantas buat Arsenal. Kami telah salah dalam membeli dan para pemain sadar jika mereka bukan lagi ancaman di Premier League dan Liga Champions."
"Hierarki Arsenal benar-benar ngawur. Jika Aubameyang pergi, dia bakal menuju klub yang bisa memenangkan trofi dan itu sama dengan yang dilakukan Robin van Persie. Arsenal tak ada masalah soal identitas, mereka bermasalah dalam pengambilan keputusan dan itu harus disortir dari level atas," tutup Nicholas.
(bay/aff)