Dari beberapa informasi didapat, dan juga cerita teman-teman mahasiswa Indonesia di Rusia, Islam adalah agama terbesar kedua di negara Vladimir Putin ini, berada di belakang Kristen Ortodok. Tapi jumlah pemeluknya hanya enam persen dari total populasi Rusia menurut hasil sensus penduduk 2012.
Aliran Islam di Rusia adalah Sunni dengan kebanyakan dianut suku Kabardini-Balkaria, Bashkortostan, Karachay-Cherkessia, dan Tatarstan. Secara fisik ciri-cirinya pun mudah dikenali yakni berwajah oriental dan beralis tebal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Samara: Kota Antariksa, Bukan Sepakbola |
![]() |
Untuk negara sebesar Rusia (nomor satu terbesar untuk kategori luas wilayah), masjid di sini tak bisa dibilang banyak. Namun saat berkunjung ke Samara untuk menyaksikan pertandingan Swedia vs Inggris, detikSport beruntung bisa mengunjungi Masjid Agung Samara untuk menunaikan Salat Jumat. Ini merupakan salah satu masjid terbesar di Rusia.
Ditemani dua mahasiswa Indonesia, Ilham Putra Ardiansyah dan Gilang Gendewa Rizqi, saya bertolak ke Masjid Agung Samara (Samara Holy Mosque) untuk menunaikan Salat Jumat. Butuh perjalanan 30 menit dari tempat saya menginap menuju masjid tersebut.
Tata cara Salat Jumat di sini nyaris sama dengan di Indonesia. Satu-satunya yang berbeda cuma khutbahnya, yang (tentu saja) berbahasa Rusia.
Satu hal yang unik dari salat Jumat di Rusia, jamaah diminta tetap memakai kaus kaki saat salat. Ini ternyata juga berlaku untuk salat-salah lainnya. Saya pun sempat kebingungan karena beberapa orang malah melarang melepas kaus kaki. Bahkan di beberapa masjid, jemaah tidak diperbolehkan melepas sepatu atau alas kaki saat sedang wudu.
![]() |
Tapi beberapa orang Rusia itu gantian bingung melihat saya, lantaran salat memakai sarung. Ada beberapa dari mereka yang sampai bertanya soal sarung tersebut.
Sebagai pendatang, kami disambut ramah oleh pengurus masjid. Tas yang kami bawa disimpan di tempat khusus oleh mereka, sehingga kami bisa menunaikan salat dengan baik.
Hal lainnya yang menarik dari salat jumat di Samara adalah soal kesamaan-kesamaan dengan di Indonesia. Usai salat akan bisa ditemui beberapa orang yang meminta sedekah saat akan keluar dari masjid. Penduduk setempat menyebutnya Tsygan, semacam gipsi di banyak negara lain.
"Sebutannya seperti itu (Tsygan). Mereka tidak diketahui berasal dari mana, tapi mereka pendatang yang tidak dianggap oleh Rusia dan negara tetangga," cerita Ilham.
Bukan itu saja, 'pasar kaget' pun muncul dekat masjid sebelum dan seusai salat jumat. Yang dijual pun serupa dengan yang dijumpai di Indonesia. Ada buku-buku Islami, tasbih, Al Quran, sampai baju.
![]() |